DAMPAK SOSIAL DARI PERKEMBANGAN PEMIKIRAN DAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN DI INDONESIA

26 Feb 2007
DAMPAK SOSIAL DARI PERKEMBANGAN PEMIKIRAN DAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN DI INDONESIA

DAMPAK SOSIAL DARI PERKEMBANGAN PEMIKIRAN DAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN DI INDONESIA

SCHISMA GEREJA KRISTEN PROTESTAN DI SUMATERA UTARA;

Studi Kasus Gereja Protestan Persekutuan (GPP) di Medan

Oleh: Tim Peneliti 
58 halaman

Balai Penelitian Agama dan Kemasyarakatan
1985/1986


Perkembangan pemikiran dan pemahaman keagamaan yang terjadi saat ini sebenarnya juga sudah mulai terjadi pada masa sebelum perang kemerdekaan meskipun intensitasnya berbeda-beda bagi masing-masing wilayah di Indonesia. Pada dua dasawarsa terakhir percikan-percikan perkembangan pemikiran dan pemahaman keagamaan itu bisa dilihat antara lain, misalnya pada Ge­rakan Islam Jama’ah pada paruhan terakhir dasa warsa ‘60an; pemikiran pembaharuan dengan issue “sekulari­sasi” yang muncul pada awal dasawarsa ‘70 an; gelombang-gelombang pro dan kontra yang mengikuti penerbitan buku “Pergolakan Pemikiran Islam” oleh Ahmad Wahib pada dasawarsa ‘80 an. Dan akhir-akhir ini muncul issue fundamentalis, gerakan inkarus sunnah, theologi pembebasan dan sebagainya.

Dampak sosial dari keanekaragaman gelombang pemikiran dan pemahaman keagamaan dapat dirasakan. Bahkan kadangkala meningkat menjadi "issue politik” sebagaimana tercermin dari kasus jilbab. Meskipun de­mikian dampak dari perubahan pemikiran dan pemahaman keagamaan itu belum diketahui secara mendalam dan lu­as, setidak-tidaknya pemikiran terhadap dampak sosialnya seringkali masih bersifat spekulatif.

Berdirinya gereja-gereja Kristen Protestan di Sumatera utara yang berdiri sendiri dan satu sama lain tidak a­da hubungan apa-apa pada mulanya disebabkan beragamnya faham keagamaan atau sekte yang dianut oleh para pekabar Injil asing yang datang di Sumatera Utara. Sebab-sebab lainnya ialah letak geografis masyarakat yang berlainan dan berjauhan, dimana sosio-kulturalnya pun berbeda- beda. Namun pada perkembangan selanjutnya bermunculanlah gereja-gereja yang baru berdiri sendiri sebagai akibat schisma/perpecahan-perpecahan yang terjadi di kalangan gereja in­duknya.

Pada umunmya perpecahan itu terjadi disebabkan a­danya perbedaan faham tentang peristiwa-peristiwa gereja­ni, sentimen terhadap tokoh-tokoh gerejani, perbedaan suku dan adat istiadat serta keluarga dan perbedaan pandangan dalam organisasi gerejani, seperti ; kepemimpinan, keuangan dan sebagainya. Sedang dalam masalah ajaran-ajaran seperti ; buku-buku gerejani, buku nyanyian, katekismus, liturgi dan tatagereja, tidak menjadikan pertentangan. Sebab-sebab yang terakhirlah yang melatar belakangi berdirinya Gereja Protestan Persekutuan (GPP), walaupun tidak semua sebab itu turut melatar belakanginya.***

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI