PROFIL KERUKUNAN HIDUP BERAGAMA PADA MASYARAKAT PERKOTAAN (Studi Kasus di Kecamatan Makassar Kodya Ujung Pandang)

21 Mei 2007
PROFIL KERUKUNAN HIDUP BERAGAMA PADA MASYARAKAT PERKOTAAN (Studi Kasus di Kecamatan Makassar Kodya Ujung Pandang)

PROFIL KERUKUNAN HIDUP BERAGAMA PADA MASYARAKAT PERKOTAAN 
(Studi Kasus di Kecamatan Makassar Kodya Ujung Pandang)

Oleh: Abd. Kadir M
63 halaman

Departemen Agama
Badan Penelitian dan Pengembangan Agama 
Proyek Peningkatan Kerukunan Hidup Umat Beragama 
1996/1997


Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat kemajemukan sangat tinggi baik dari suku, agama, adat, maupun budaya. Kemajemukan dalam hal agama terjadi karena masuknya agama-agama besar ke Indonesia yang diawali oleh agama Hindu dan Budha, kemudian Islam, Katolik dan Kristen Protestan. Agama-agama tersebut diakui keberadaannya berdasarkan Pancasila dan mendapat kesempatan yang sama untuk berkembang dengan menciptakan kehidupan beragama yang sesuai dengan agama yang bersangkutan.

Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang kerukunan hidup beragama yang aktual yang terjadi di tengah masyarakat, mendeskripsikan unsur-unsur, baik yang mendukung maupun yang kurang terciptanya kerukunan hidup beragama.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan pengamatan. Data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan dikategorisasi berdasarkan kerangka tertentu, kemudian dianalisis dan disajikan secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukan dalam kegiatan ekonomi masyarakat Makassar hubungan umat beragama berlangsung tanpa mengaktifkan identitas kelompok dan agama. Hubungan diantara mereka hanya didasari hubungan kerja, saling ketergantungan dan saling menguntungkan. Dalam hubungan formal ditandai hilangnya batas sosial karena perbedaan kelompok dan agama. Sehingga interaksi dalam lembaga-lembaga formal berlangsung dengan baik.
Faktor-faktor yang mendukung terwujudnya kerukunan beragama di  Kecamatan Makassar ia alah sikpa netralnya pemimpin formal mulai dari atas sampai kepada pemimpin paling bawah, tumbuh dan berkembangnya kesadaran masyarakat untuk menghargai perbedaan yang ada, sikap gotong royong, tenggang rasa dan persaudaraan, dan peranan lembaga-lembaga keagamaan yang menghimpun kelompok dalam intern umat beragama.

Penelitian ini menyarankan perlunya pemantapan peranan lembaga-lembaga keagamaan yang menghimpun kelompok-kelompok umat beragama sebagai forum komunikasi intern dan antar umat beragama, dan hendaknya meningkatkan frekuensi pertemuan tokoh-tokoh agama melalui lembaga-lembaga kegamaan tersebut.

Perlunya peningkatan penataran P4 kepada para tokoh agama, tokoh masyarakat, generasi muda, umat beragama dalam rangka peningkatan wawasan kebangsaan dan pandangan nasional.***

 

 
Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI