Puslitbang Penda Lanjutkan Tradisi Diskusi Ilmiah

16 Jan 2015
Puslitbang Penda Lanjutkan Tradisi Diskusi Ilmiah

Jakarta (16 Januari 2015). Para peneliti Badan Litbang dan Diklat kembali mendapatkan “menu segar” di hari Jum’at pagi (16/1). Adalah Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan (Puslitbang Penda) yang berusaha memuaskan dahaga ilmu para peneliti.

Bertempat di ruang Perpustakaan Badan Litbang dan Diklat, Gedung Kementerian Agama Jakarta, Puslitbang Penda selenggarakan diskusi ilmiah bertajuk “Coffee Morning”. Kegiatan diikuti oleh sebagian besar peneliti di lingkungan Badan Litbang dan Diklat.

Pada Coffee Morning edisi perdana, hadir sebagai narasumber Kapuslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Dr. H.M. Hamdar Arraiyyah, M.Ag. Beliau membawakan makalah berjudul “Islam Rahmatan Lil Alamin”. Sebagaimana disampaikan Hamdar, Coffee Morning edisi perdana dikhususkan pada kajian tafsir tematik.

Dalam paparannya, Hamdar menjelaskan bahwa Islam merupakan jalan keselamatan bagi pemeluknya di dunia dan akhirat. Sebagai sebuah jalan, Islam memberikan rambu-rambu dan tuntunan yang sangat detail kepada pemeluknya untuk bersikap dan berperilaku.

Ia mencontohkan, dalam Islam seorang yang telah memeluk agama Islam harus meyakini secara pasti kebenaran ajaran-ajaran Islam. Namun demikian, keyakinan tersebut tidak boleh dimanifestasikan dalam perilaku yang mengganggu pemeluk agama lain. “Islam juga memberikan arahan yang jelas dalam hubungannya dengan pemeluk agama lain. Islam punya prinsip lakum diinukum waliyadiin, bagimu agamamu, bagiku agamaku. Kita tidak boleh mengganggu keyakinan umat agama lain” demikian ungkapnya.

Coffee Morning berjalan sangat dinamis. Pada sesi tanya jawab, peserta diskusi banyak yang memberikan pendapat dan pertanyaan. Salah satu pendapat disampaikan oleh Kapuslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan, Drs. H. Choirul Fu’ad Yusuf, SS. M.A. Beliau mengapresiasi makalah yang dibawakan oleh narasumber dan berharap dalam pembahasan tema tertentu, sebaiknya menggunakan sudut pandang dan teori-teori yang lebih luas untuk mempertegas dan menguatkan “doktrin” yang terkandung dalam Al-Qur’an. Tanggapan senada juga disampaikan oleh peserta lainnya.

Apresiasi terhadap diselenggarakannya diskusi ilmiah juga disampaikan oleh peserta diskusi, peneliti Puslitbang Penda, Nunu Ahmad An-Nahidl mengungkapkan bahwa forum seperti ini adalah forum yang ia rindukan sejak beberapa tahun terakhir. Tradisi diskusi ilmiah antar peneliti membahas topik-topik tertentu, menurutnya mulai menghilang dari tradisi Puslitbang Penda sejak tiga tahun terakhir. Oleh karena itu, ia sangat bersyukur dengan diadakannya Coffee Morning ini.

Menanggapi pertanyaan peserta diskusi, Hamdar menyatakan bahwa Islam telah memiliki tradisi keilmuan yang terbangun sangat baik. Menurutnya, umat Islam dapat merujuk penafsiran Al-Qur’an yang dilakukan oleh umat Islam pada setiap generasi. Ia menyatakan: “Kita punya Tafsir Ibnu Abbas yang merekam pendapat para Sahabat tentang Al-Qur’an. Dimasa-masa sesudahnya-pun, kitab-kitab tafsir semakin banyak diproduksi oleh para ulama”.

Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa di masa sekarang banyak metodologi yang digunakan dalam mengkaji Al-Qur’an, salah satunya adalah metode hermeunetika. Berkaitan dengan metode ini, Hamdar menyampaikan ketidaksetujuannya. “Saya termasuk orang yang tidak sepakat penggunaan metode hermeunetika dalam mengkaji Al-Qur’an,” demikian pungkasnya.[]

ags/viks/ags

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI