Sekjen: Harusnya "Research Leads Policy"

21 Jul 2011
Sekjen: Harusnya "Research Leads Policy"

Bandung, (21/7) – Dalam mendiskusikan riset kebijakan, Sekertaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Agama, Bahrul Hayat, Ph.D menyatakan bahwa seharusnya research leads policy. Hal itu disampaikan dalam kapasitasnya sebagai pembicara pada Temu Riset Nasional IX Tahun 2011 Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (20/7).

Ia berharap bahwa hasil-hasil penelitian, khususnya yang dilaksanakan para peneliti di lingkungan Badan Litbang dan Diklat dapat membantu memberikan bahan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan di bidang agama, dalam hal ini Kementerian Agama.

Menurut beliau, ada tiga hal penting dalam mengembangkan riset kebijakan.  Pertama, terkait dengan objek riset itu sendiri. Pemahaman terhadap objek penelitian sangat penting. Ia juga menjadi penentu hubungan antara topik-topik riset dengan visi dan misi Kementerian Agama. Dengan demikian, memahami problem dari objek yang diteliti menjadi sangat urgent.

Kedua, aspek metodologi riset. Dikotomi antara penelitian kualitatif dan kuantitatif saat sudah tidak perlu diperdebatkan lagi. Yang paling penting adalah memahami kekuatan dan kelemahan dari metodologi riset yang dipilih sehingga kita mampu menunjukkan alasan dan tujuan penggunaan suatu metodologi penelitian.  Pentingnya memahami keragaman metodologi adalah untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan penelitian itu sendiri.

Ketiga, difusi riset, yaitu suatu proses bagaimana riset ini mampu diadopsi dan disebarluaskan kepada para user dan masyarakat seluas-luasnya.

Beliau menambahkan bahwa fokus policy research juga mesti dapat mengembangkan evaluation research, policy options, dan developmental research.

Sebelum mengakhiri sesinya, Sekjen berharap agar para peneliti dapat terus meningkatkan kapasitas dan kualitas penelitiannya, terutama terkait isu-isu aktual dan urgent di bidang agama sehingga mampu memberikan bahan pengambilan kebijakan yang tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan juga bermanfaat bagi kepentingan masyarakat.

Bahkan beliau kembali mengingatkan bahwa riset adalah proses yang tidak mudah dan memang pekerjaan yang tidak pernah selesai.  Sebuah riset selalu melahirkan riset baru dan justru kelebihan penelitian terletak pada dinamika yang tidak pernah berhenti tersebut.  Sebab, peneliti melakukan riset untuk kemudian terus melahirkan masalah baru dan riset baru. Hal itu pula yang menjadi jawaban mengapa pengetahuan itu berkembang.

Di akhir sesi, Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan, selaku moderator mengakui bahwa kebanyakan penelitian khususnya di lingkungan Badan Litbang dan Diklat baru sampai pada tahap describing the past dan understand better now. Artinya,belum sampai pada tahap forecasting the future. (RPS)

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI