Termasuk IKU Kemenag, Indeks Kesalehan Sosial Umat Beragama Penting Dilanjutkan

16 Agt 2022
Termasuk IKU Kemenag, Indeks Kesalehan Sosial Umat Beragama Penting Dilanjutkan

Jakarta (Balitbang Diklat)---Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan (BALK) Balitbang Diklat Kementerian Agama RI menggelar seminar hasil evaluasi Indeks Kesalehan Sosial (IKS) Umat Beragama di Indonesia di Jakarta. Pelaksana tugas (Plt) Kepala Puslitbang BALK Balitbang Diklat Kemenag, Mohsen Alaydrus, mengatakan bahwa IKS merupakan salah satu Indikator Kinerja Utama (IKU) Kemenag.

Habib Mohsen, sapaan akrabnya, dalam sambutannya mengatakan pentingnya kegiatan ini digelar dan dilanjutkan. “Kita berkumpul di sini untuk membicarakan hal-hal yang sangat penting terkait umat beragama, dan ini sudah hampir setiap tahun. Tahun keberapa ini Pak? Saya bertanya seperti ini karena saya termasuk muallaf di lingkungan Litbang,” selorohnya.

“Saya baru setahun di Litbang. Di Pusat 1 ini baru beberapa saat saja. Makanya saya di sini belajar sama bapak-ibu yang ada di sini terutama terkait konten riset dan menekuni dunia pengetahuan. Ternyata enak juga mengasah kemampuan kita termasuk juga peka terhadap isu-isu aktual,” sambungnya.

Pria yang juga Kepala Puslitbang Penda ini mengatakan bahwa program-program yang ada di Pusat 1 sangat seksi dan keren semua. “Insyaallah dalam waktu tidak terlalu lama banyak juga program penting yang akan kita laksanakan. Seingat saya yang diseminarkan untuk IKU Kementerian Agama ada dua, yaitu IKS dan Indeks KUB,” ungkapnya.

Secara pribadi, Habib Mohsen menyampaikan apresiasi karena masih bisa mengawal sejumlah kegiatan termasuk yang ada di Pusat 2 lantaran dalam keadaan seperti ini, kaki tangan kita ini sudah ‘diamputasi’ seperti sekarang ini.

“Makanya saya setuju pernyataan Pak Kasubag TU tadi bahwa Biro Perencanaan sebenarnya mau melihat kemampuan kita untuk bisa mempertahankan program-program yang cukup baik ini. Ternyata kita buktikan dengan ini. Hanya perlu perubahan diksi saja, dari penelitian menjadi evaluasi,” tuturnya.

Ia mengatakan bahwa konten dan outputnya sama. Bahkan, bisa lebih jika bisa dipertahankan kualitasnya setingkat lebih tinggi. “Jangan karena hanya dikawal Plt lalu kualitasnya berkurang,” selorohnya disambut tawa hadirin.

“Terpenting kontennya, kita tidak mempermasalahkan kemasannya, tapi isinya itu yang penting,” sambung pria kelahiran Sigenti, Palu, Sulawesi Tengah ini.

Habib Mohsen mengatakan bahwa ada korelasi antara kesalehan individual dan kesalehan sosial. Menurut dia, kadang kesalehan sosial lebih tinggi daripada kesalehan individual. Atau bahkan sama tinggi atau sama rendahnya.

“Persoalannya adalah bahwa kesalehan individual lebih tinggi daripada kesalehan sosial. Nah, para peneliti di sini mencoba mencari apa masalahnya, apakah ada kesenjangan dan sejauhmana misalnya dampak dari kesalehan individual terhadap peran khususnya terhadap pembangunan,” jelasnya.

 

Indeks Kesalehan Sosial Naik

Dalam laporannya, Kasubag TU Puslitbang BALK Rizky Riyadu Taufiq mengatakan bahwa evaluasi IKS ini mengundang perwakilan-perwakilan agama karena survei terkait indeks kesalehan umat beragama ini segmentasinya adalah umat beragama.

“Dalam forum ini kita akan saling menguatkan dan meluruskan hasil evaluasi terkait temuan peneliti di lapangan,” ujarnya mengawali sambutan.

Topek, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa Evaluasi IKS ini telah dilakukan dalam dua metode, yakni kuantitatif dan pendalaman kualitatif. Kita laksanakan sejak April hingga Juni. “Alhamdulillah telah selesai pengolahan datanya. Dari sekilas analisis data, ada peningkatan meskipun satu digit,” ungkapnya.

 

Pria asal Cirebon Jawa Barat ini juga bersyukur kegiatan indeks pada tahun 2022 ini bisa terlaksana di tengah peralihan Puslitbang BALK lantaran sebagian besar timnya hijrah ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

“Ini juga untuk memupuskan keragu-raguan Biro Perencanaan terhadap kita, bahwa apakah Pusat 1 masih bisa memegang survei-survei ini. Alhamdulillah kita masih bisa melaksanakannya dengan mengubah judul kegiatan dari penelitian menjadi evaluasi,” ungkapnya.

Ia menambahkan, kegiatan ini mengundang tiga narasumber. Pertama, Dr. Farhan Muntafa dari Universitas Indonesia yang memaparkan ringkasan kuantitatif Evaluasi IKS 2022.

Kedua, Prof. Adlin Sila, Ph.D (Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI) yang memberi komentar pada diskusi Panel Sesi 1 dengan lima lokus: Kab. Pandeglang (Asnawati), Kab. Brebes (Akhsanul Khalikin), Kota Makassar (Edi Junaedi), Kota Bandung (Reslawati), dan Kota Banjarmasin (Zaenal Abidin Eko Putro).

Ketiga, Romo Agustinus Heri Wibowo (Sekretaris Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Konferensi Wali Gereja Indonesia). Ia memberi komentar pada diskusi Panel Sesi 2 dengan 5 lokus: Kab. Malang (Raudatul Ulum Ruksin), Kabupaten Manggarai Barat (Deva Alvina Sebayang), Kota Bandar Lampung (Fatimah Zuhrah), Kabupaten Bangka (Fauziah), dan Kota Kupang (Novi Dwi Nugroho).

Keempat, Dr. Rumadi Ahmad (Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) dan Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Ia memberi komentar pada diskusi Panel Sesi 3 dengan 3 lokus: Kabupaten Lombok Barat (Wakhid Sugiyarto), Kota Denpasar (Tri Handoko Seto), dan Kota Jambi (Rahmat Husein Andriansyah).

“Usai kegiatan ini kita lanjut peluncuran Indeks Kesalehan Sosial. Seminar evaluasi IKS ini dihadiri 50 orang terdiri dari eks peneliti Puslitbang BALK dan sejumlah perwakilan ormas keagamaan. Acara ini dijadwalkan tiga hari, Senin-Rabu, 15-17 Agustus 2022,” pungkas Topek.[]

Ova/diad

Penulis: Mustofa Asrori
Editor: Dewindah
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI