WORKSHOP PENGEMBANGAN RA/BA

18 Jan 2012
WORKSHOP PENGEMBANGAN RA/BA

PENDAHULUAN

 

Sebagian besar orang tua atau guru menganggap kualitas anak didik berhubungan langsung dengan proses dan hasil belajar. Fenomena yang terjadi di masyarakat bahwa kualitas siswa ditafsirkan agar anak-anak yang masuk sekolah dasar harus mempunyai kemampuan yang memadai. Penafsiran itu menyebabkan beberapa Sekolah Dasar menetapkan syarat bagi calon siswa kelas satu, yaitu harus menguasai baca, tulis dan hitung. Tuntutan persyaratan ini menciptakan pola pembelajaran di bawahnya. Misalnya banyak TK yang menekankan program belajrnya pada berkemampuan membaca, menulis dan berhitung sekolah dasar, dengan mengabaikan prinsip-prinsip pembelajaran di TK. Bahkan banyak TK yang melaksanakan les baca, tulis dan hitung untuk mempersiapkan anak masuk sekolah dasar karena tuntutan tersebut, selain karena tuntutan orangtua yang ingin agar anaknya cepat pintar.

Keringnya pengetahuan orang tua tentang perkembangan anak, menyebabkan ketika mendapatkan tawaran dari lembaga pendidikan TK yang menyelenggarakan program calistung, mereka dengan cepat memasukkan anaknya ke lembaga tersebut, meskipun harus mengeluarkan biaya mahal. Fenomena ini, secara psikologis bertentangan dengan prinsip perkembangan anak dan kebutuhan anak, yang akhirnya merugikan anak didik itu sendiri. Padahal prinsip pendidikan bagi anak usia dini adalah belajar sambil bermain, kebermaknaan, berpusat pada anak dan penyelenggaraan pendidikan tidak sekedar mempersiapkan anak mengikuti pendidikan selanjutnya

 

Pembelajaran anak usia dini sesungguhnya harus menekankan pada keterlibatan anak secara aktif, sehingga anak dapat memperoleh pengalaman langsung dan?terlatih untuk menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Dengan diberikan pengalaman langsung, anak akan memahami konsep yang dipelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahami.

 

Workshop ini dilaksanakan untuk menemukan strategi atau model pembelajaran yang benar dan tepat diajarkan kepada anak-anak usia dini. Workshop ini menjadi penting, karena diasumsikan masih banyaknya RA dan BA yang belum menerapkan strategi atau model pembelajaran yang benar dan tepat bagi anak didiknya. Hasil yang diharapkan dari kegiatan workshop tentang “Model Pembelajaran Pada Raudatul Atfal dan Bustanul Atfal”. Workshop ini diikuti sebanyak 70 orang terdiri dari 20 orang peserta dari pusat dan 50 orang peserta daerah yang terdiri dari para guru yang mengajar pada RA dan BA yang ada di wilayah Surakarta dan sekitarnya.

 

PENGEMBANGAN RA/BA

Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat (14) yang menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan usia dini diatur dalam pasal 28 bahwa pendidikan usia dini dapat dilakukan secara formal, nonformal dan/atau informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Pasal 9 ayat (1) menyatakan Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Selanjutnya pada pasal 48-54, ditegaskan bahwa Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar, memberikan kesempatan seluas-luasnya, yang diarahkan kepada pengembangan sikap dan kemampuan anak, penghormatan hak asasi, pengembangan rasa hormat kepada orang tua, identitas budaya, bahasa, dan nilai-nilai nasional.

Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia sejauh ini menunjukkan gejala yang menggembirakan. Data (2007) menunjukkan jumlah lembaga RA/BA di seluruh Indonesia cukup tinggi, yaitu berjumlah 18.886 lembaga, dengan kapasitas daya tampung sebanyak 808.828 anak. Menurut telaah strategis penyusunan Renstra 2010-2014, dalam empat tahun terakhir, perkembangan RA/BA menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu setiap tahun mengalami pertumbuhan sebanyak 7,10 %. Angka ini menunjukkan tingginya partisipasi masyarakat dalam mengembangkan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia.

Tingginya partisipasi masyarakat serta cepatnya perkembangan lembaga RA/BA, ternyata belum diikuti dengan kualitas pembelajaran (mutu) yang standard. Dalam persoalan mutu, ditengarai ada dua titik lemah penyelenggaraan RA/BA, yaitu : Pertama, jumlah dan kualifikasi guru RA. Dari sisi jumlah dan kualifikasi, perbandingan antara jumlah peserta didik (808.828 anak) dengan jumlah guru PAI yang berkualitas sangat tidak sebanding. Kedua, belum adanya instrumen standar baku, baik yang menyangkut standar materi, sarana prasarana, model pembelajaran, evaluasi, maupun instrumen lainnya, menyebabkan tidak sedikit RA yang membuat kurikulum sesuai dengan kehendak dan kecenderungan masing-masing lembaganya, sehingga mutu antara satu RA dengan RA lainnya bervariasi. 

KESIMPULAN

 

1. Perlu pemetaan PAUD khususnya RA/BA dilakukan dalam kegiatan penelitian sehingga dapat dirumuskan program pengembangan PAUD (RA/BA).

2. Muatan materi kurikulum yang dirasa terlalu baku sehingga dalam mengaplikasikannya kurang variatif dapat dirumuskan model pembelajaran RA/BA oleh Kementerian Agama.

3. Kementerian Agama khususnya Pusdiklat dapat melakukan program peningkatan kemampuan profesionalisme guru dalam kegiatan diklat dan seterusnya.

  

 

 

REKOMENDASI

1. Kondisi pembelajaran PAUD khususnya RA/BA beragam dan menggunakan strategi dan metode pembelajaran beragam sehingga tingkat keberhasilannya sangat bergantung pada kemempuan lembaga pendidikan masing-masing.

 

2. Kurikulum yang diterapkan di RA/BA beranekaragam namun cenderung berbeda-beda dalam pendekatan dan metodologi pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan pendidik.

3. Pendidik pada RA/BA secara kualifikasi dan kompetensi belum terstandar sehingga penyelenggaraan RA/BA saat ini banyak dilaksanakan secara apa adanya dan belum terpola secara baik, baik kualifikasi dan kompetensi pendidik.

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI