Bangun Indonesia dengan Kebersamaan dan Kerukunan

18 Agt 2011
Bangun Indonesia dengan Kebersamaan dan Kerukunan

KUDUS - Indonesia sebagai negara dengan ragam agama dan budaya sangat rawan terjadi konflik. Untuk membangun Indonesia lebih jaya maka dibutuhkan kebersamaan dan kerukunan.

 

Demikian ditegaskan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Prof Dr H Abdul Djamil MA ketika menjadi keynote speaker seminar nasional kerukunan beragama yang digelar MAQDIS Foundation bekerjasama dengan Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kemenag di Hotel Griptha Kudus Jawa Tengah (9/8/11).

 

Seminar dengan tema Reaktualisasi Spirit Sunan Kudus juga dihadiri empat narasumber; Prof Abdurrahman Masud,PhD (Kapuslitbang Kehidupan Keagamaan), Prof Mudjahirin Thahir MA (Dosen UNDIP), Dr Abu Hapsin MA (Ketua FKUB Jateng) dan H. Hasyim Asyari M.Si (Sekretaris CeRMIN).

Masyarakat kita masih belum sadar sosial dan seringkali mempersoalkan perbedaan. Perbedaan yang harusnya menjadi modal kemajuan justru diputarbalikkan untuk bertengkar. "Harusnya perlu ditekankan perbedaan yang tidak perlu bertengkar", imbuh Jamil yang juga mantan Rektor IAIN Walisongo Semarang.Kondisi ini menjadikan ancaman bagi bangsa Indonesia. Yang paling berat lagi adalah soal perbedaan agama. Agama sering dijadikan alat untuk berkonflik. Dengan semangat sadar akan nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika seharusnya perbedaan agama tidak akan dijadikan soal serius.

Kerukunan beragama yang sesungguhnya jelas-jelas dicontohkan oleh Sunan Kudus. "Sunan Kudus sangat toleran kepada agama selain Islam" imbuh Djamil. Umat Islam Kudus sampai sekarang pun masih banyak meyakini larangan Sunan Kudus untuk makan daging sapi, untuk menghormati umat Hindhu.

Sunan Kudus banyak merefleksikan kedamaian di Kudus. Imbasnya, hingga sekarang masyarakat Kudus sangat baik dalam menjaga keharmonisan. "Semoga pola toleransi Sunan Kudus dapat menjadi inspirasi bagi model kerukunan beragama di Indonesia" tegasnya.

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI