Indonesia Panen Intelektual Pesantren

22 Jun 2023
Indonesia Panen Intelektual Pesantren
Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Mastuki menyampaikan arahan pada Pembukaan Pelatihan Kemandirian Pesantren Angkatan XXX-XXXII secara online di Jakarta, Kamis (22/6/2023).

Jakarta (Balitbang Diklat)---Pesantren berkembang begitu pesat. Tahun 1980-an terjadi booming pesantren yang ditandai pendirian baru dan munculnya pesantren-pesantren besar. Hal ini disampaikan Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan (Kapusdiklat) Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Mastuki, kala menyampaikan arahan pada Pembukaan Pelatihan Kemandirian Pesantren Angkatan XXX-XXXII secara online di Jakarta, Kamis (22/6/2023).

Di hadapan 120 peserta yang hadir di kelas virtual, Mastuki memaparkan signifikansi peran pesantren dalam bentang sejarah bangsa. “Saat ini, Indonesia mengalami panen intelektual alumni pesantren. Pasca booming pesantren tahun 1980-an, banyak tokoh bangsa yang menduduki posisi penting di negera ini berasal dari pesantren. Banyak santri sukses berkiprah di dunia publik seperti pendidikan, politik, dan ekonomi,” ungkap mantan Kepala Biro HDI Kementerian Agama ini.

“Dalam bidang pendidikan, banyak intelektual kampus berskala nasional dan internasional berasal dari pesantren. Dalam bidang ekonomi pun, lahir saudagar-saudagar santri yang sukses mengelola bisnis. Jadi, alumni pesantren ini terbuka bisa berkiprah di mana saja. Terlebih, pesantren memiliki jejaring yang kuat, baik dengan sesama pesantren maupun dengan lembaga lain. Banyak lembaga yang ingin bermitra dengan pesantren. Ini kesempatan besar yang tidak dimiliki lembaga pendidikan lain,”  jelas Kapusdiklat.

“Pesantren adalah lembaga par excellence (unggul). Keunggulan pesantren ada pada sistem pembinaan santri yang begitu intensif. Dengan sistem khas yang disusun dan dikembangkan sendiri, pesantren mampu mencetak kader yang bukan hanya piawai dalam bidang keagamaan, tapi juga dalam banyak bidang di luar keagamaan. Salah satu di antaranya munculnya saudagar santri,”  ungkap Mastuki.

Mastuki melanjutkan arahannya dengan menegaskan pentingnya program kemandirian pesantren. “Program Kemandirian Pesantren bukan sekadar menjalankan usaha setelah mendapatkan bantuan inkubasi bisnis. Namun, program yang digagas Gusmen (Menteri Agama) ini memiliki tujuan yang mendasar, yaitu memperkuat jati diri pesantren sebagi lembaga mandiri yang mampu menjaga keberlangsungan pendidikan agama. Melalui unit usaha yang dikembangkannya, pesantren diharapkan memiliki ketangguhan finansial dalam menjalankan misi pendidikan, dakwah, dan pengabdian masyarakat,” pungkasnya.

Dalam laporannya, Ketua Gugus Tugas Pelatihan Kemandirian Pesantren, Efa Ainul Falah, menyampaikan tahapan pelatihan yang akan dilalui oleh peserta. “Ada 3 tahapan pelatihan yang harus diikuti, yaitu tahap online yang dilaksanakan selama 2 hari pada Kamis-Jum’at (22-23 Juni 2023), tahap offline yang dilaksanakan secara tatap muka pada Minggu-Rabu (25-28 Juni 2023) bertempat di Kampus Balai Diklat Keagamaan Bandung, terakhir tahap praktik terbimbing selama tiga bulan kemudian. Pada tahap ketiga ini peserta melaksanakan praktik merintis, membuka, dan mengembangkan usaha,” ungkapnya. (Efa AF/sri)

Penulis: Efa Ainul Falah
Editor: Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI