Inovasi Metode Pembelajaran Agama*)

19 Agt 2015
Inovasi Metode Pembelajaran Agama*)

Inovasi diperlukan pada semua profesi. Inovasi adalah upaya memperkenalkan berbagai hal, gagasan atau cara-cara baru dalam melakukan sesuatu, atau sesuatu yang baru diperkenalkan (Turnbul, ed., 2010: 775). Tujuannya untuk menghasilkan hal-hal yang dipandang lebih baik.  

Inovasi juga perlu bagi guru Pendidikan Agama Islam (PAI).  PAI yang dimaksud dalam tulisan ini mencakup PAI di sekolah, namun lebih difokuskan pada PAI di madrasah yang didistribusikan dalam beberapa mata pelajaran.  Tujuannya agar profesi itu dijalankan dengan sebaik-baiknya dan membawa hasil yang terbaik. Yaitu: meningkatkan minat siswa mengikuti pendidikan agama di sekolah/madrasah, menyampaikan bahan ajar secara efektif, dan mewujudkan tujuan pembelajaran sebagaimana diharapkan.

 Tuntutan ke arah inovasi pembelajaran PAI tak dapat dielakkan. Ini merupakan konsekuensi dari kondisi masyarakat yang berkembang terus dari masa ke masa. Dinamika dan perubahan yang mencolok dalam beberapa dekade terakhir terjadi pada bidang sosial, ekonomi, politik, seni, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi.  Perkembangan itu membawa pengaruh pada orientasi nilai dan gaya hidup banyak orang, pola komunikasi antar individu, hubungan  sosial dan sebagainya. Orientasi nilai yang mengarah kepada gaya hidup materialistis dan pragmatis yang melanda sebagian siswa bisa berakibat pada lemahnya minat mereka untuk mempelajari agama. Hal yang sebaliknya bisa juga terjadi. Kesadaran terhadap berbagai dampak negatif dari kondisi zaman, kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi memberi dorongan bagi siswa untuk mendalami ajaran agama. Kecenderungan yang disebut terakhir berkembang jika siswa yang bersangkutan berada dalam lingkungan keluarga dan sosial yang religius atau aktif mengikuti kajian keagamaan yang mencerahkan.

Guru agama bisa menjadi sumber motivasi yang kuat bagi muridnya untuk belajar banyak tentang agama. Pendekatan, metode, dan teknik mengajar menjadi penting untuk dikembangkan secara terus menerus, di samping hal-hal mendasar lainnya. Tuntutan ke arah inovasi ini mengharuskan guru agama untuk menjalankan tugas yang benar-benar profesional. Profesionalisme dalam mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan, mencurahkan waktu dan memberikan perhatian yang besar pada tugas.   

Dalam kaitannya dengan mata pelajaran PAI, hal yang paling menonjol dewasa ini adalah tersedianya referensi yang melimpah ruah dalam bentuk cetak, elektronik, digital atau online. Hal tersebut sangat memudahkan bagi guru dan siswa dalam proses belajar dan mengajar. Sebagai misal, dewasa ini pelajaran tajwid didukung dengan ketersediaan mushaf Al-Qur’an yang sudah diberi warna sesuai dengan hukum tajwid. Pengajian Al-Qur’an dapat dengan mudah diperdengarkan melalui rekaman yang tersimpan di CD. Terjemah dan tafsir Al-Qur’an dengan mudah dapat dibuka dengan menggunakan komputer. Kamus bahasa asing (misalnya Arab) bisa dibuka di hand phone dan cara mengucapkan kata asing yang benar dapat diperdengarkan.  Jika referensi ataupun sumber belajar itu dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam proses pembelajaran di kelas, tentu hal tersebut akan menjadi salah satu daya tarik bagi siswa dan membuat suasana kelas lebih hidup dan bergairah.  Hanya saja, peluang seperti itu terkadang tidak dimanfaatkan untuk menggapai hal-hal yang positif. Dampak negatif bisa jadi lebih menonjol. Sebab, sebagian pengguna produk teknologi informasi dan komunikasi sering tergoda untuk bersentuhan lebih banyak dengan contens yang sifatnya hiburan.

Kemudahan-kemudahan yang tersedia saat ini dalam mengakses referensi di bidang agama Islam bukan tanpa masalah. Banyak sekali contens yang tersedia melalui CD dan semacamnya atau secara online tidak diketahui sumber dan penulisnya, padahal latar belakang penulis itu sangat penting dalam pembahasan tentang ajaran agama. Informasi yang dikandungnya belum dijamin kebenaran atau akurasinya. Sebagian contens yang dapat diakses secara online belum pernah diverifikasi oleh ahli terkait. Sebagian isi yang terkandung dalam sejumlah CD tidak luput dari kelemahan ataupun kesalahan. Dalam kaitan ini peran guru PAI menjadi sangat penting untuk memperkenalkan dan memilih referensi yang standar dan dapat dipertanggung jawabkan.  

Peran Sentral Guru PAI

            Guru agama sangat menentukan kualitas dan daya tarik proses pembelajaran. Proses belajar mengajar agama di kelas yang konvensional memposisikan guru sebagai aktor utama. Penunjang utamanya adalah buku. Selebihnya, penjelasan verbal dari guru lebih dominan. Kondisi seperti itu perlu diubah dan ditingkatkan.

            Mata pelajaran PAI di madrasah mempunyai alokasi waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan hal serupa di sekolah. Jumlah guru yang mengampu juga lebih banyak. Dengan demikian, hasil belajar harus lebih baik. Idealnya, materi pelajaran yang dikuasai oleh siswa madrasah lebih banyak dan lebih dalam. Penguasaan itu harus tercermin dalam beragam bentuknya, seperti materi hafalan ayat Al-Qur’an dan hadis, kemampuan menjelaskan pesan agama secara lisan dan tulisan lebih baik, dan tingkat kesadaran dalam mengamalkan ajaran agama lebih baik. Singkatnya, hasil belajar PAI di madrasah diharapkan lebih baik sebagai wujud dari integrasi keilmuan yang diemban oleh madrasah.  

            Inovasi pembelajaran PAI diharapkan menyentuh aspek substansi. Pengenalan pada materi bisa dilakukan lebih banyak, walaupun tetap fokus pada materi yang terbatas. Sebagai misal, ayat-ayat tentang perintah melaksanakan ibadah dapat ditunjukkan lebih banyak, karena perangkat IT menunjang ke arah itu. Namun demikian, uraian guru terfokus pada ayat yang dipilih. Selanjutnya, guru bisa memperkaya pengenalan siswa terhadap referensi tafsir, namun demikian penjelasan yang disampaikan tetap dibatasi. Suatu hal yang sangat baik, jika siswa di madrasah mengenal lebih awal kamus mencari ayat dalam Al-Qur’an,  kamus kosakata Al-Qur’an, buku-buku tafsir standar yang sebagian sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonsia, buku kumpulan ceritera di dalam Al-Qur’an, i’rab Al-Qur’an, dan sebagainya. Pengenalan secara sekilas itu diperlukan dan akan menjadi modal yang baik untuk dikembangkan selanjutnya oleh siswa.  

            Sehubungan dengan perkembangan yang pesat di bidang ilmu pengetahuan, maka semestinya hal itu dimanfaatkan untuk memperkuat keimanan siswa dan memperkaya penjelasan dengan temuan-temuan yang relevan. Sebagai misal, Al-Qur’an melarang orang-orang beriman untuk berbuat kerusakan di atas bumi. Al-Qur’an juga menegaskan bahwa terjadi banyak kerusakan di darat dan di laut karena ulah manusia. Redaksi larangan itu sedapat mungkin dapat dianalisis dengan berbagai perspektif. Larangan itu semestinya bisa dijelaskan dengan memadukan referensi tafsir yang  lama maupun baru diterbitkan. Hikmah larangan itu sebaiknya diperkuat dengan temuan ilmu terkait di bidang psikologi, sosiologi, ekologi, kesehatan, dan sebagainya. Fakta-fakta mengenai kerusakan sedapat mungkin ditunjukkan dengan informasi aktual, baik yang melanda individu, masyarakat, bangsa, maupun lingkungan alam. Hal ini hanya bisa dilakukan jika perhatian guru dicurahkan pada tugasnya mengajar.

            Inovasi dapat dilakukan pada pemilihan metode dan teknik mengajar. Di tengah keragaman metode dan teknik itu, maka beberapa hal yang mendasar adalah sedapat mungkin materi pokok bahasan dapat dijelaskan dengan tuntas dan lengkap. Berbagai pertanyaan mendasar sedapat mungkin dapat dijawab. Penjelasan itu diharapkan tertanam di dalam diri siswa. Di dalam dirinya tumbuh penghayatan tentang nilai dan norma agama yang harus diikuti. Kisah dalam kitab suci, sebagai misal, itu mengandung pesan moral yang kuat. Sedapat mungkin itu bisa ditangkap dan dicerna yang pada gilirannya menjadi pedoman dalam bertindak.

            Metode dan teknik mengajar diarahkan pada pemahaman yang dapat ditunjukkan oleh murid secara lisan atau tertulis. Metode tanya jawab bisa sangat efektif untuk menyampaikan dan mengevaluasi pemahaman itu. Metode dan teknik diarahkan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan yang diperolehnya. Pengembangan itu, sebagai misal, dapat dilakukan siswa dengan memperbanyak contoh yang sudah diberikan. Intinya adalah agar siswa mengembangkan kreativitas. Metode dan teknik diarahkan agar siswa mampu mendemonstrasikan skill yang dimiliki. Dalam konteks pendidikan agama, maka kemampuan membaca Al-Qur’an dengan benar itu sangat penting. Memeragakan tata cara salat lengkap dengan doanya itu penting. Praktik memberi tausiyah itu penting. Berlatih mengemas pesan moral dan spiritual dalam sebuah tulisan pendek itu sangat penting.

            Sebagai bahan perbandingan, pengajaran bahasa asing sangat maju dalam hal metode dan teknik. Penggunaan lagu-lagu, role play, game, short story, dan sebagainya membuahkan hasil yang cukup efektif. Dalam kaitannya dengan pembelajaran PAI, banyak murid Madrasah Diniyah Takmiliyah menghafal al-asmaa al-husnaakarena menggunakan lagu sebagai medium. Sebagian muslim memelihara hafalan kitab Barazanji karena ditunjang dengan irama yang menarik. Tentu inovasi metode pembelajaran PAI dapat dikembangkan terus sesuai dengan karakteristiknya sendiri.

            Kunci pokok dari inovasi itu ada pada diri guru PAI. Dasar utamanya adalah penguasaan materi yang tinggi. Di samping itu, guru diharapkan mengembangkan kompetensinya dalam bentuk karya tulis atau kreativitas. Pepatah Inggris men behind the gun sering dikaitkan dengan peran guru. Wallahu a’lam bishshawab.  (H. M. Hamdar Arraiyyah, Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan)      

_______

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI