Kapusdiklat Teknis Buka Pelatihan Kemandirian Pesantren

19 Jul 2022
Kapusdiklat Teknis Buka Pelatihan Kemandirian Pesantren

Bogor (Balitbang Diklat)---Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat bekerjasama dengan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama menyelenggarakan Pelatihan Kemandirian Pesantren Angkatan X, XI, dan XII pada 18-23 Juli 2022. Pelatihan ini menjadi bagian dari tahapan dalam program Kemandirian Pesantren yang menjadi salah satu program prioritas Menteri Agama. Sebelum pesantren mendapatkan bantuan inkubasi bisnis, para manajer atau pimpinan unit usaha pesantren terlebih dahulu dibekali pengetahuan, sikap, dan keterampilan enterpreneurship melalui pelatihan ini.

Pelatihan yang bertempat di Hotel Royal Pajajaran Bogor, Jawa Barat, ini diikuti oleh102 pondok pesantren yang berasal dari Provinsi DKI Jakarta, provinsi se-Sumatera, dan provinsi se-Kalimantan. Pelatihan dibuka secara resmi oleh Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan (Kapusdiklat Teknis), Imam Safe’i pada Senin, 18 Juli 2022. Hadir bersama Kapusdiklat, Kasubdit Pendidikan Pesantren Basnang Said, Koordinator Bidang Penyelenggaraan Efa Ainul Falah, dan Kabag TU Diar Sunyono.

Dalam arahan pembukaan, Imam menekankan pentingnya inovasi. Menurut Imam, rumus inovasi mengacu pada tiga kata, yaitu the first (pertama), the best (terbaik), dan the diffrent (berbeda). “Sebuah inovasi disebut the first apabila kita membuat sesuatu yang pertama kali dari yang lain. Yang lain belum memikirkan, kita sudah memikirkan. Yang lain belum mewujudkan, kita sudah mewujudkan. Pesantren inovatif adalah pesantren yang mampu membuat sesuatu pertama kali, itulah the first,” ujarnya.

Lanjut Imam, “jika tidak bisa membuat yang pertama kali, maka buatlah yang terbaik di antara yang sudah ada, itulah the best. Seorang inovatif akan berusaha membuat sesuatu lebih unggul dan lebih bermutu dari yang lain. Selanjutnya, inovasi yang ketiga adalah the diffrent, yaitu produk kita berbeda dari yang lain. Kita menawarkan alternatif produk lain yang berbeda dari yang sudah ada meskipun memiliki kesamaan. Jika tidak bisa membuat the first atau the best, inovasi itu minimal tampil beda dari yang lain,” ungkap mantan Sekretaris Ditjen Pendis ini.

Dengan diselingi humor segar khas pesantren, Imam mengajak peserta untuk memajukan pesantren melalui program Kemandirian Pesantren. “Ada empat kunci sukses ketika kita berusaha untuk meraihnya. Pertama, potensi. Kita harus mengenali potensi diri kita dan selanjutnya mengoptimalkan semua potensi yang ada. Apapun kelebihan yang kita miliki akan menjadi kunci sukses jika dioptimalkan dengan baik. Ada orang sukses karena berhasil mengoptimalkan kecerdasannya. Namun, ada juga orang sukses karena mampu mengoptimalkan potensi dari anggota tubuhnya. Begitu juga pesantren, optimalkan semua sumber daya yang ada untuk bisa memajukan pesantren,” ungkap Kapusdiklat yang juga pengasuh Pesantren Pendawa ini.

“Kunci sukses kedua adalah kerja keras. Hanya orang yang mau kerja keras yang akan sukses. Perlu totalitas ketika kita berusaha mewujudkan mimpi dan obsesi. Jangan pernah ragu dan setengah-setengah. Hanya orang yang berani gagal total yang berani berusaha secara total,” terang Imam seraya disahut gemuruh tepuk tangan peserta.

“Kunci ketiga adalah networking atau jejaring. Di era sekarang ini tidak mungkin lagi kita bekerja sendirian karena dunia sudah terhubung satu sama lain. Kesuksesan diraih dengan strategi membangun jejaring. Ibarat menangkap ikan, kalau pakai satu tali pancing dapatnya hanya satu-satu. Tapi kalau pakai jaring jala, dapatnya bisa langsung banyak. Dan kunci sukses keempat adalah keberuntungan berupa kesempatan, kesiapan, dan momentum. Kita harus siap meskipun belum tentu dipakai, dari pada mau dipakai tapi kita tidak siap. Kadang kala ada orang menempuh bermacam usaha, namun belum kunjung sukses. Pada kesempatan dan momentum tertentu barulah ia meraih kesuksesan,” pungkas Imam. (Efa Ainul Falah/bas)

 

 

Penulis: Efa Ainul Falah
Editor: Abas
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI