PEMETAAN KERUKUNAN KEHIDUPAN BERAGAMA DI NUSA TENGGARA BARAT

2 Apr 2007
PEMETAAN KERUKUNAN KEHIDUPAN BERAGAMA DI NUSA TENGGARA BARAT

PEMETAAN KERUKUNAN KEHIDUPAN BERAGAMA DI NUSA TENGGARA BARAT

Tim Puslitbang Kehidupan Beragama
Badan Litbang dan Diklat
2006


Secara teoritik penyebab terjadinya konflik sosial yaitu pada tataran makroskopik, disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah dalam segala bidang yang sentralistik dengan dampak ketimpangan dan ketidakadilan  dalam bidang ekonomi, hukum, politik dan budaya, dan pada tataran mikroskopik sebagai akibat dari adanya kebijakan yang kurang memperhatikan kehidupan sosial keagamaan masyarakat lokal.

Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan memerankan metode observasi, wawancara dan dokumentasi, yang ditunjang dengan data kuantitatif melalui penyebaran angket.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada keempat kecamatan dalam tiga kabupaten dan satu kotamadaya dalam wilayah Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa (1) hubungan antar umat beragama antara masyarakat dengan berbagai etnis dan beragam agama terkategori cukup baik, meski secara insidental terjadi pula komflek, namun sebatas masih dikendalikan sebut saja peristiwa 1 Juli 2001 sebagai dampak pembantaian umat Islam di Ambon, terjadi komflik antara umat Islam dan Kristen. Komflik antara Islam dengan Hindu di Kecamatan Cakranegara dan komplik internal agama dalam satu organisasi NW di Kecamatan Selong, (2) pontensi komflik di Nusa Tenggara Barat disebabkan karena faktor kesejarahan, faktor sosial dan ruang interaksi, faktor perkawinan, faktor ekonomi, faktor kearifan lokal, keterlibatan aparat kepolisian, dan faktor provokator.

Untuk mengetahui secara nyata konflik yang terjadi di Nusa Tenggara Barat khususnya pada ketiga kabupaten dan satu kotamadya di Lombok dan solusi pencegahan-nya dapat dikemukakan bahwa:
a). Di Kecamatan Cakranegara Kota Mataram pada Kelurahan Cakranegara Barat konflik terjadi antara Islam di Lingkungan Karang Tapen dengan Hindu Bali dilingkungan Karang Jasi sebagai penyebabnya adalah ulah para remaja, dan di Kelurahan Taliwang Tahun 2000 konflik terjadi antara Islam di Tohpati dengan Hindu Bali di Sindu yang disebabkan adanya rasa ketersinggungan orang Bali ketika Nyepi oleh ulah orang Islam yang membaca shalawat (selakaran) sebagai budaya menyambut kedatangan jama’ah haji, demikian juga konflik yang terjadi tahun 2001 di lingkungan Nyangget dengan Saksari yang juga antara Islam dengan Hindu Bali, yang diawali dengan perkelahian remaja akibat mabuk.
b). Di Kecamatan Narmada Lombok Barat konflik terjadi di Desa Suranadi antara Islam dengan Hindu Bali disebabkan karena orang Hindu mendirikan pura di kawasan hutan lindung, dan di Desa Peresak Dusun Sedau tahun 2000 konflik terjadi inter umat Islam karena masuknya ajaran tarekat yang disusul tahun 2005 masuknya Tarikat Qadariyah Naqsabandiyah yang dinilai bertentangan dan menyesatkan. ***

 

 
Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI