Perpustakaan Kemenag Jajaki Kerja Sama dengan Perpus UIII

1 Agt 2022
Perpustakaan Kemenag Jajaki Kerja Sama dengan Perpus UIII
Tim Perpus Kemenag berpose bersama Warek UIII Prof Jamhari Maruf dan Direktur Perpustakaan UIII Syafiq Hasyim PhD di halaman kampus, Senin (1/8/2022).

Jakarta (Balitbang Diklat)---Perpustakaan Balitbang Diklat Kemenag kembali menjajaki kerja sama kelembagaan. Kali ini dengan Perpustakaan Universitas Islam International Indonesia (UIII) Depok, Jawa Barat. Penjajakan kerja sama tersebut dikemas dalam Rapat Konsultasi dan Koordinasi Perpustakaan yang digelar di Gedung Smart Meeting Room Fakultas A UIII, Senin (1/8/2022).

Tim yang dipimpin Subkoordinator Perpustakaan Balitbang Diklat, Hariyah, ini diterima langsung Direktur Perpustakaan Pusat UIII Syafiq Hasyim, Wakil Rektor Bidang Riset, Kerja Sama, dan Pengabdian kepada Masyarakat UIII Prof. Dr. Jamhari Maruf, serta para pelaksana pada Perpustakaan Pusat UIII.

“Tim kami yaitu Shinta Plasentavia Sesiana, Yani Kurnia, Fadhil Dzil Ikram, Asep Syamani, Elsa Dianita Aulia, dan Nadya Maharani,” kata Syafiq mengawali sambutan sembari memperkenalkan para stafnya.

Dalam kesempatan tersebut, Syafiq Hasyim mengungkapkan asal-usul perbincangan tentang kemungkinan kerja sama antara Perpustakaan Kemenag dengan Perpus UIII tersebut. Ia berbincang dengan Kepala Puslitbang BALK saat itu, Prof. H.M. Adlin Sila, tentang buku-buku hasil penelitian.

“Sebetulnya ini idenya waktu Pak Adlin datang ke sini, kami bincang-bincang soal perpustakaan. Waktu itu saya tanya, itu nasibnya gimana bahan-bahan tertulis atau referensi di Litbang. Beliau bilang akan menanyakan ke perpustakaan seperti apa (kemungkinan kerja samanya-red),” ungkap Syafiq.

Pria asal Jepara Jawa Tengah ini mengatakan, sebagaimana diketahui bahwa salah satu pilar UIII adalah terwujudnya perpustakaan yang baik dan berkualitas. Akan tetapi, untuk mewujudkan hal tersebut tentu butuh waktu.

“Sebab, program pemerintah mulai pengadaan sarpras, termasuk pengadaan buku itu kami mengalami kesulitan karena kami lebih banyak mengadakan buku berbahasa asing. Tidak semua rekanan bisa mengadakannya. Jadi, kami harus berusaha, berjuang, supaya benar-benar bisa diadakan,” tuturnya.

Selain pengadaan secara mandiri, lanjut Syafiq, pihak UIII juga mendapatkan donasi buku dari banyak kalangan dan sejumlah lembaga, antara lain Centre for Strategic and International Studies (CSIS), sebuah lembaga think-thank yang fokus pada perekonomian, politik, dan perubahan sosial.

“Nah, yang paling besar saat ini adalah peminjaman buku dan jurnal berjangka panjang dari CSIS. Perpustakaan CSIS kan sangat keren dan representatif sehingga jadi rujukan mahasiswa dan peneliti asing yang sedang meriset tentang ekonomi dan politik di Indonesia,” ujar doktor jebolan Jerman ini.

Syafiq mengatakan,bahwa Nota Kesepahaman antara UIII dengan CSIS telah selesai dibuat dan tinggal penandatanganan. “Ada sekitar 19 ribu eksemplar yang akan kita pindahkan ke Perpustakaan UIII. Tapi, kebanyakan referensi mereka ini berbahasa Inggris. Karena kami memang mengutamakan referensi berbahasa Inggris,” tandasnya.

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menambahkan, bahwa Bank Indonesia (BI) juga berkomitmen akan memberi sumbangan kepada UIII. Mereka juga minta BI Corner di Perpus UIII.

“Selain lembaga tadi, juga ada sumbangan individual dari para profesor yang sudah pensiun atau meninggal. Oleh keluarganya, buku-bukunya disumbangkan kepada kami. Misalnya Prof Bachtiar Effendy (mantan Dekan FISIP UIN Jakarta) dan Prof Rickleff dari Australia,” ungkapnya.

Prof Merle Calvin Ricklefs PhD (lahir 17 Juli 1943, wafat 29 Desember 2019) adalah sejarawan kontemporer Australia yang memiliki otoritas dalam sejarah Jawa dan Indonesia, terutama pada periode 1600-an hingga 1900-an. “Akan tetapi, untuk sumbangan individu ini tidak kami buatkan corner,” kata Syafiq.

Oleh karena itu, lanjut dia, jika Perpustakaan Balitbang Diklat Kemenag ingin menyimpan buku di kampus ini sudah tentu yang disimpan adalah yang berkaitan dengan bidang studi. “Kami tidak bisa menyimpan yang tidak ada kaitannya dengan studi,” tegasnya.

Wakil Rektor Bidang Riset, Kerja Sama, dan Pengabdian kepada Masyarakat UIII Prof Dr Jamhari Ma’ruf sangat menyambut baik pertemuan tersebut. Pihaknya berharap penjajakan kerja sama tersebut bisa diwujudkan.

“Silakan teman-teman nanti melihat-lihat ke gedung perpus kami di dekat Masjid UIII,” ujar mantan Wakil Rektor I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini sembari menunjuk ke luar.

 

Koleksi Perpus Kemenag

Saat ditanya tentang koleksi yang dipunyai Perpustakaan Balitbang Diklat Kemenag, Hariyah selaku Subkoordinator Perpustakaan sekaligus pustakawan perpus tersebut mengatakan awalnya ia membagikan foto-foto penandatanganan MoU dengan Perpus Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terkait koleksi keagamaan menyusul berpindahnya peneliti Kemenag ke lembaga itu.

“Nah, oleh Pak Adlin dikomentari alangkah bagusnya jika Perpus Kemenag memiliki semacam corner di Perpus UIII. Akhirnya saya dihubungkan dengan Pak Syafiq Hasyim,” kata Hariyah mengawali sambutan.

Tentang referensi yang dipunyai Perpustakaan Balitbang Diklat, Hariyah menyebut bahwa pihaknya memiliki sejumlah naskah kebijakan dan buku terbitan dari unit Eselon 1 di lingkungan Kemenag.

“Pertama bahwa itu semua adalah terbitan lembaga baik yang diterbitkan menggunakan ISBN, maupun tidak. Kedua, penghimpunan itu berdasarkan UU Deposit atau UU Serah Simpan Karya Cetak Karya Rekam (SSKCKR) No 13 Tahun 2018,” terang magister jebolan UI ini.

Isi UU tersebut, lanjut dia, mewajibkan seluruh terbitan lembaga itu dihimpun di perpustakaan lembaga, perpustakaan provinsi, dan atau nasional. “Masing-masing 1 atau 2 eksemplar. Nah, kami di Balitbang Diklat kesulitan menghimpun semua khazanah intelektual dari para pejabat tinggi kami, peneliti, widyaiswara, atau produk apapun di Kemenag,” ungkapnya.

Hariyah mengatakan, hal itu terjadi karena masing-masing memiliki unit sendiri. Jadi, belum ada unit yang diberi kewenangan untuk menghimpun semua melalui Peraturan Menteri Agama (PMA). “Akhirnya kami yang hunting ke unit-unit Eselon 1 untuk menyimpan terbitan mereka,” tuturnya.

Hariyah juga mengungkapkan bahwa Balitbang Diklat juga memiliki lembaga penerbitan, yakni Litbang Diklat Press. “Jadi, baru menikmati penerbitan sekitar dua atau tiga tahun, Litbang bubar. Nah, bahwa di Kemenag pernah ada sejarah Litbang Diklat, maka kami menyambut baik usulan Prof Adlin untuk kerja sama membuat Kemenag Corner di UIII,” ujarnya.

Usai bincang-bincang, Hariyah bersama tim kecilnya yakni Luki Budiawan, Nur Rochmah, dan Musthofa Asrori diajak keliling kampus dan meninjau gedung Perpus UIII oleh Shinta, Fadhil, Asep, dan Nadya.

Di gedung berlantai 8 itu, pustakawan Perpus UIII memandu peninjauan sudut-sudut perpus kampus baru tersebut. Setelah puas meninjau lokasi, akhirnya dipilihlah sebuah ruangan di lantai 2 untuk Kemenag Corner. Ruangan itu berada di depan eskalator di sisi kiri dari pintu utama.

“Kami tertarik untuk mendirikan Kemenag Corner di sini. Tapi, sebelumnya kami konsultasi terlebih dahulu dengan pimpinan di kantor. Untuk perkembangannya, nanti kita berkabar,” pungkas Hariyah. []

Ova/diad

Penulis: Mustofa Asrori
Editor: Dewindah
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI