Pesan-Pesan Keagamaan bagi Siswa Melalui Puisi

30 Okt 2015
Pesan-Pesan Keagamaan bagi Siswa Melalui Puisi

Oleh Faisal Ismail

Guru Besar Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta

Islam adalah agama wahyu terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai tatanan doktrin, agama Islam tentunya mempunyai ajaran-ajaran (doctrine) dan pesan-pesan (risalah, messages) yang sangat berguna bagi manusia. Allah mengutus Nabi Muhammad untuk menyampaikan ajaran-ajaran dan pesan-pesan keagamaan Islam itu kepada manusia sebagai petunjuk, bimbingan dan pedoman hidup di dunia ini. Misi suci Nabi Muhammad adalah mengajarkan doktrin Islam dan menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada umatnya agar umat menjalani kehidupan ini sesuai dengan bimbingan dan petunjuk Allah demi keselamatan di dunia dan akhirat. Sebagai seorang dai, penyiar agama, komunikator dan penyampai pesan-pesan keagamaan, Nabi Muhammad sangat berhasil. Dalam kurun waktu 22 tahun (610-632 M), agama Islam sudah tersebar di seluruh jazirah Arab. Kini Islam telah tersebar dan tersiar di semua belahan dunia dan para penganutnya, Umat Islam, berjumlah ratusan juta.

 

Pesan-Pesan Keagamaan Melalui Cerita, Musik dan Lagu

  

Isi pesan-pesan keagamaan tentunya terkait dengan soal-soal akidah, ibadah, syari’ah dan akhlak yang memang menjadi inti ajaran Islam. Ada banyak cara untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada anak-anak dan para siswa. Cara paling mudah adalah pendidik (orang tua, ustaz, guru ngaji, kiai, guru madrasah atau guru agama di sekolah umum) secara langsung menyampaikan pesan-pesan keagamaan itu kepada anak-anak dan para siswa. Misalnya, para pendidik tadi berpesan kepada anak-anak dan para siswa agar mereka taat kepada Allah dan rasul-Nya, rajin beribadah, mencintai dan menghormati ayah ibu, guru, saudara, teman dan tetangga, bersifat jujur, adil, sopan, dan rajin belajar agar sukses. Pesan-pesan keagamaan juga dapat disampaikan kepada anak-anak didik dan para siswa melalui dongeng sebagai pengantar tidur. Orang tua berdongeng kepada anak-anak dan para siswa sebelum tidur tentang kisah-kisah para Nabi yang berakhlakul karimah, konsisten dan berani membela kebenaran agama Allah; tentang orang-orang bijak bestari seperti akhlak Lukmanul Hakim dalam Al-Qur’an; atau tentang kisah-kisah kepahlawanan para pahlawan yang berjuang merebut kemerdekaan dari tangan penjajah asing.

Pesan-pesan keagamaan kepada para siswa dapat pula disampaikan melalui gambar, cerita atau komik yang berisi pesan-pesan keimanan, akhlak, budi pekerti dan moral yang baik, luhur dan mulia. Sesuai tingkat berpikir dan pemahaman para siswa, maka pesan-pesan keagamaan yang disajikan dalam bentuk gambar, cerita dan komik tadi disampaikan dengan bahasa yang mudah dicerna atau mudah dipahami. Suatu hal yang sangat ditekankan adalah cerita yang mengandung pesan-pesan keagamaan tadi mempunyai daya gugah dan daya sentuh yang kuat sehingga pesan-pesan keagamaan itu dapat merasuk dan meresap di kalbu nurani para siswa. Sentuhan dan resapan pesan-pesan keagamaan yang membekas di kalbu nurani para siswa sejak masa anak-anak akan bertahan sepanjang hayat.

Nyanyian juga memegang peranan signifikan dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada anak-anak dan para siswa. Misalnya, lagu religius yang berjudul “Tuhan” ciptaan Grup Musik Bimbo. Ketika lagu ini dilantunkan dengan suara yang merdu dan syahdu, nyanyian ini memiliki daya sentuh dan daya rengkuh yang sangat sensitif-inspiratif bagi para pendengarnya, termasuk para siswa dan anak-anak. Dalam nyanyian itu, Tuhan disebut sebagai tempat berteduh. Maksudnya, Tuhan adalah Zat yang kepada-Nya kita semua – termasuk anak-anak dan para siswa – berlindung, memanjatkan doa dan memohon petunjuk, rahmat dan karunia-Nya demi kehidupan yang penuh berkah. Begitu juga, lagu-lagu religius yang diciptakan oleh Opick. Ayat-ayat Al-Qur’an yang disisipkan dalam bait-bait nyanyiannya sangat menyentuh dan merengkuh kalbu para siswa, anak-anak dan para pendengarnya. Lebih-lebih kalau lagu-lagu religius Bimbo dan Opick dilantunkan pada hari-hari besar keagamaan atau bulan suci Ramadan, daya sentuh dan daya rengkuh nyanyian-nyanyian itu semakin terasa menggugah dan berbekas di kalbu nurani para siswa, anak-anak dan para pendengarnya.

 

Pesan-Pesan Keagamaan Melalui Puisi

 

Tidak kalah efektifnya adalah penyampaian pesan-pesan keagamaan melalui puisi. Salah seorang penyair senior Indonesia yang menciptakan puisi-puisi religius adalah Taufiq Ismail. Berlatarbelakang tamatan pendidikan kedokteran hewan, Taufiq mencipta puisi sejak masa remaja. Bersama Goenawan Mohamad dan Arief Budiman, Taufiq Ismail pernah menjadi salah seorang anggota redaksi Majalah Horison (majalah sastra dan kebudayaan) yang dipimpin oleh kritikus sastra terkenal HB Yassin. Salah satu kumpulan puisi Taufiq yang terkenal adalah “Tirani”yang ia tulis pada tahun 1966. Taufiq sangat aktif mengambil bagian dalam aksi demonstrasi pemuda, pelajar dan mahasiswa melawan rezim Orde Lama (Orla) pasca pemberontakan G30S/PKI tahun 1965. Dalam demontrasi melawan rezim Orla ini, salah seorang mahasiswa Universitas Indonesia yaitu Arief Rahman Hakim gugur ditembak mati oleh aparat keamanan. Nama Arief Rahman Hakim diabadikan sebagai nama masjid monumental di kampus Universitas Indonesia Jakarta. Semua puisi Taufiq dalam “Tirani” mendapat inspirasi dari keterlibatannya dalam unjuk rasa menentang dan menumbangkan rezim Orla di tahun 1966. Itulah sebabnya, kumpulan puisinya diberi judul “Tirani” karena, di mata Taufiq, rezim Orla adalah rezim tiran yang memerintah sewenang-wenang, banyak melakukan pennyimpangan konstitusional dan dibangun di atas kultus individu.

Taufiq Ismail menyadari bahwa praktik kultus individu terhadap pemimpin Orla adalah suatu kesalahan dan dosa. Karena itu ia memohon kepada Tuhan kiranya kesalahan dan dosa “bersama” itu diampuni oleh Tuhan dan Dia menerima kembali orang-orang yang telah bertobat itu dalam barisan-Nya. Di balik pengakuan perbuatan dosa bersama ini, ada pesan moral keagamaan yang sangat kuat dari Taufiq untuk melawan dan menghapuskan praktik kultus individu. “Kutukan” Taufiq terhadap kultus pada masa rezim Orla ini sangat terasa dalam puisinya yang bertajuk “Doa.” Pesan moral keagamaan Taufik untuk melawan kultus individu ini berlaku universal, tidak hanya berlaku bagi orang-orang dewasa tetapi juga berlaku bagi anak-anak dan para siswa di mana saja dan kapan saja:

    

Doa

 

Tuhan kami

Telah nista kami dalam dosa bersama

Bertahun-tahun membangun kultus ini

Dalam pikiran yang ganda

Dan menutupi hati nurani

 Ampunilah kami

Ampunilah

Amin

 

Tuhan kami

Telah terlalu mudah kami

Menggunakan Asma-Mu

Bertahun di negeri ini

Semoga Kau rela menerima kembali

Kami dalam barisan-Mu

Ampunilah kami

Ampunilah

Amin

 

Melalui puisinya yang berjudul “Salemba,” Taufiq Ismail menyampaikan pesan moral keagamaan dan pesan moral kepahlawanan untuk melawan tirani rezim Orla dengan segala bentuk dan manifestasinya. Ia menyampaikan pesan moral keagamaan dan kepahlawanan kepada warga kampus, para mahasiswa, para pengunjuk rasa dan masyarakat pencinta keadilan dan kebenaran untuk melawan tirani karena praktik ini bertentangan dengan ajaran Tuhan (agama), moral dan hati nurani kemanusiaan. Perjuangan dan perlawanan terhadap tirani menuntut ketulusan, kejujuran, kegigihan dan pengorbanan. Karena itu, Taufiq berpesan kepada para pejuang kebenaran dan keadilan untuk tidak terlalu bersedih walaupun beberapa anak pejuang kampus tersungkur ke bumi ditembak mati oleh aparat keamanan rezim Orla. Walaupun Taufik menulis puisi ini untuk umum, tapi pesan-pesan moral keagamaannya sangat cocok dan pas untuk anak-anak dan para siswa bahwa tirani harus dilawan karena merupakan bentuk kebatilan dan kezaliman yang menjadi musuh bersama:

 

Salemba

            Alma Mater, janganlah bersedih
            Bila arakan ini bergerak pelahan
            Menuju pemakaman
            Siang ini


            Anakmu yang berani
            Telah tersungkur ke bumi
            Ketika melawan tirani.

  

 

Taufik Ismail juga menyampaikan pesan dan nasehat keagamaan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Dalam puisinya yang bertajuk “Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua pada Anaknya Berangkat Dewasa,” pesan keagamaan ini sangat terasa. Suasana demonstrasi pemuda-pelajar-mahasiswa pada tahun 1966 untuk menumbangkan rezim Orla sangat menginspirasi isi dan pesan keagamaan puisi Taufik. Dalam puisi ini, Taufik – melalui nasehat orang tua – menyampaikan pesan keagamaan kepada anaknya yang berangkat dewasa bahwa kebatilan dan kezaliman harus ditumbangkan, keyakinan akan kebenaran (haq) tidak bisa diperjualbelikan, hanya Allah dan Rasul-Nya yang harus dipuja dan diagungkan, sedang praktik pengagungan berlebih-lebihan dan pemujaan terhadap manusia biasa – seperti terjadi di masa rezim Orla – merupakan praktik kultus yang tidak benar dan harus dilawan dan ditumbangkan.  Dan jika ada kesempatan untuk memilih kematian – seperti halnya dalam perjuangan menumbangkan rezim Orla di tahun 1966 –, maka mati syahid harus diutamakan dan menjadi pilihan. Pesan keagamaan dan pesan moral ini sangat terasa dalam puisi Taufiq Ismail berikut ini.  

 

              

 

               Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua

                pada Anaknya Berangkat Dewasa

                   Jika adalah yang harus kaulakukan
Ialah menyampaikan kebenaran
Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan
Ialah yang bernama keyakinan
Jika adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon kezaliman
Jika adalah orang yang harus kauagungkan
Ialah hanya Rasul Tuhan
Jika adalah kesempatan memilih mati
Ialah syahid di jalan Ilahi.

        

 

Taufiq Ismail berkolaborasi dengan Grup Musik Bimbo asal Bandung. Sejumlah puisi religius Taufiq dinyanyikan oleh Bimbo dengan alunan suara yang indah, syahdu dan merdu. Kolaborasi ini sangat berhasil dan dapat mengimbangi lantunan lagu-lagu yang bertemakan cinta birahi yang cengeng, vulgar dan “erotis.” Salah satu puisi Taufiq yang dinyanyikan oleh Bimbo adalah puisi yang berjudul “Dengan Puisi Aku.” Puisi ini sangat kental dengan pesan keagamaan. Pendek tapi sangat cespleng. Dengan puisi, penyair senang bernyanyi, bercinta, mengenang, tetapi menangis jika “jarum waktu kejam mengiris.” Taufiq juga mengutuk bau zaman yang busuk yang penuh limbah busuk kezaliman, kepalsuan, kolusi, nepotisme, korupsi, suap, manipulasi, patgulipat, kongkalikong, keculasan, kebohongan, ketidakadilan hukum, tirani, antidemokrasi, prostitusi, kemaksiatan, perbuatan amoral, asusila, asosial dan limbah-limbah busuk perilaku bejat dan jahat lainnya. Ringkas kata, Taufik mengutuk nafas dan bau zaman yang busuk. “Kutukan” Taufiq terhadap zaman yang busuk ini didasarkan pada ajaran, jiwa, semangat dan pesan keagamaan yang sangat kuat dan mendalam. Taufiq berdoa kepada Tuhan kiranya Dia mengabulkan “kutukannya” sehingga segala “kebusukan” itu digantikan dengan kebenaran, keadilan, kebaikan dan kebersihan. Coba renungi pesan keagamaan puisi Taufiq yang kontemplatif, inspiratif dan imajinatif berikut ini.    

Dengan Puisi Aku
 

Dengan puisi aku bernyanyi
                   Sampai senja umurku nanti
                   Dengan puisi aku bercinta
                   Berbaur cakrawala
                   Dengan puisi aku mengenang
                   Keabadian Yang Akan Datang
                   Dengan puisi aku menangis
                   Jarum waktu bila kejam mengiris
                   Dengan puisi aku mengutuk
                   Napas jaman yang busuk
                   Dengan puisi aku berdoa
                   Perkenankanlah kiranya

Penyampaian pesan-pesan keagamaan dan pembelajaran akhlak dan moral melalui puisi merupakan salah satu metode yang sangat tepat dan efektif bagi anak-anak didik dan bagi para siswa. Karena puisi memiliki daya sentuh dan daya rengkuh yang sangat kuat terhadap jiwa para siswa dalam menerima pesan-pesan keagamaan dan pesan-pesan moral yang terkandung dalam puisi-puisi itu. Oleh karena itu, para guru dan para pendidik dihimbau untuk dapat menggunakan metode ini dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan pesan-pesan moral kepada para siswa agar pesan-pesan keagamaan dan moral itu dapat tertanam dan mengakar kuat dalam kalbu nurani para siswa. Secara didaktis-paedagogis, ajaran dan pesan-pesan keagamaan yang disampaikan dan ditanamkan ke dalam jiwa anak didik, murid dan siswa pada usia dini akan bertahan sepanjang hayat. Di samping itu, para guru dihimbau untuk selalu memotivasi para siswa dan para siswa pun harus bisa memotivasi diri agar mampu mengekspresikan diri dengan menuangkan inspirasi, ide, gagasan atau kreativitas mereka ke dalam karya yang berbentuk karangan, cerita, lukisan atau puisi-puisi yang baik dan bermutu. Metode pembelajaran seperti ini dapat merangsang para siswa ke arah percepatan transformasi dan revolusi mental.***  

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI