POLA INTERAKSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KOTESAN, PRAMBANAN, KLATEN

11 Jun 2007
POLA INTERAKSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KOTESAN, PRAMBANAN, KLATEN

POLA INTERAKSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI  KOTESAN, PRAMBANAN, KLATEN

Tim Puslitbang Kehidupan Beragama
Badan Litbang dan Diklat
2006


Penelitian ini merupakan penelitian sosio-antropologi yang dilaksanakan di Desa Kotesan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Responden penelitian ini adalah key persons yang terdiri dari aparat pemerintah desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan anggota masyarakat. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah Focus Group Discussion (FGD) atau diskusi kelompok, participant observation (observasi partisipatif), in-dept-interview (interview mendalam), dan documentation (dokumentasi). Analisis data yang digunakan adalah analisis sosio-antropologi. Nilai-nilai antropologis yang dimaksud adalah bahwa, interkasi tersebut merupakan warisan nenek moyang masyarakat Kotesan yang secara sosiologis telah mengalami proses transformasi, penguatan, dan pelestarian sehingga nilai-nilai tersebut masih hidup dan berkembang hingga sekarang.

Hasil-hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi antar umat beragama di Kotesan, Prambanan, Klaten merupakan warisan sejarah yang telah diturunkan dan dilestarikan dari generasi ke generasi. Terbentuknya relasi ini dipengaruhi oleh beberapa kondisi antara lain kondisi geografis, sistem sosial, sistem mata pencaharian, kondisi perekonomian masyarakat, dan tingkat kesejahteraan yang relatif seimbang. Disamping itu, ternyata semua pihak seperti aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan anggota masyarakat terlibat secara aktif bahu-membahu untuk senantiasa membangun, memperkuat, serta melestarikan interaksi yang telah terbangun bersama-sama.

Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi terbangunnya interaksi antar umat beragama di Kotesan yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi interaksi antar umat beragama di Kotesan antara lain ikatan emosional, ikatan budaya, ikatan kekeluargaan, dan faktor ajaran agama. Sedang faktor-faktor eksternal terdiri dari kontak dengan masyarakat luar serta mobilitas masyarakat.

Masyarakat Kotesan melestarikan interaksi antar umat beragama tersebut melalui berbagai cara antara lain melalui kegiatan sosial, dialog, pembinaan pemerintah setempat, dan pembinaan keagamaan secara internal. Kegiatan sosial merupakan wahana yang paling dominan karena melalui kegiatan informal itu cakupan peserta dan bidang yang dibicarakan jauh lebih luas. Hal ini tidak akan diketemukan di dalam dialog, pembinaan pemerintah, dan pembinaan keagamaan secara internal. Dalam kegiatan sosial tersebut misalnya pertama: semua masyarakat terlibat, dan ini tentu sulit terpenuhi dalam dialog, pembinaan oleh pemerintah setempat, dan terlebih-lebih dalam pembinaan internal agama. Kedua, tidak ada sekat agama, mungkin situasi ini dapat terkondisikan dalam dialog dan pembinaan pemerintah setempat, tetapi sulit terpenuhi dalam pembinaan internal agama.***

 

 
Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI