Pusdiklat Siapkan Kurikulum Pelatihan yang Futuristik

16 Sep 2022
Pusdiklat Siapkan Kurikulum Pelatihan yang Futuristik

Bogor (Balitbang Diklat)---Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan tengah menyiapkan kurikulum pelatihan yang bisa menjawab kebutuhan di masa mendatang. Harapannya, agar pelatihan yang diselenggarakan terus terasa update.

Pernyataan ini disampaikan Kepala Pusdiklat Teknis Imam Safe'I saat memberikan arahan pada acara Penyusunan Kurikulum Pelatihan Berbasis MOOC (Massive Open Online Course). Kegiatan berlangsung di Bogor pada 13-16 September 2022, dihadiri para kepala madrasah, wakil kepala madrasah bidang bidang kesiswaan, kurikulum/akademik, humas, dan widyaiswara.

"Kita harus segera meninggalkan cara berpikir reaktif, sudah saatnya mulai berpikir proaktif. Karena reaktif hanya menyelesaikan kebutuhan sesaat, sementara proaktif akan menjawab kebutuhan yang panjang di masa yang akan datang," tuturnya di Bogor, Kamis (15/9/2022).

Kapus Imam meminta agar semua yang terlibat dalam penyusunan kurikulum bisa memprediksi yang akan terjadi di masa yang akan datang. "Kita harus dapat membaca kebutuhan pelatihan jauh ke depan, karena dengan begitu, pelatihan-pelatihan yang kita selenggarakan relevan dengan kebutuhan mereka," pintanya.

Menurut Kapus Imam, saat ini pelatihan yang proaktif semakin dibutuhkan karena dapat menjawab kebutuhan masyarakat. “Ini juga sekaligus bisa menjawab gap kompetensi antara yang mengajar dengan yang diajar,” ungkapnya.

Selain itu, ia juga mengimbau agar menyiapkan kurikulum dan silabus pelatihan yang proaktif dan matang. Karena yang mengajar semakin tua, sementara yang diajar semakin muda.

“Kondisi tersebut menyebabkan gap kompetensi yang semakin lebar. Gap kompetensi inilah yang harus diatasi dengan kurikulum serta silabus yang baik. Ini akan membantu menutup gap tersebut," katanya.

Menutup sambutannya, Kapus Imam mengingatkan pentingnya Pusdiklat menjadi center academic recharging. Menurutnya, Pusdiklat harus menjadi pusat mengembangkan SDM Kementerian Agama.

“Sebagai center academic recharging, pengajar di Pusdiklat harus terus menerus belajar. Pengajar itu ibarat power bank, antara di-charge dan untuk men-charge harus imbang. Kalau terus dipakai men-charge tanpa pernah di-charge, maka isinya kosong; peserta pelatihan tidak akan mendapat apa-apa," tandasnya. []

Beta/diad

Penulis: Muhtadin
Editor: Dewindah
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI