Reformulasi Pelatihan, Jaring Kebutuhan Keagamaan Berbasis Masyarakat

30 Apr 2024
Reformulasi Pelatihan, Jaring Kebutuhan Keagamaan Berbasis Masyarakat
Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Suyitno bersama Dirjen Bimas Islam Kamarudin Amin di Jakarta, Senin (29/4/2024).

Jakarta (Balitbang Diklat)---Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama tengah mereformulasikan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia. Salah satu dari reformulasi tersebut adalah pelatihan bidang keagamaan.

 

Kepala Badan Litbang dan Diklat Suyitno menekankan pentingnya melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pelatihan keagamaan. Sebab kebutuhan dan karakteristik masyarakat di setiap wilayah berbeda-beda.

 

“Kami perlu mendengarkan aspirasi serta masukan dari masyarakat agar program pelatihan yang disusun dapat tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan,” ungkap Kaban Suyitno saat memberian arahan pada Focus Group Discussion (FGD) Pelatihan Keagamaan Berkelanjutan Berbasis Masyarakat di Jakarta, Senin (29/4/2024).

 

Menurut Suyitno, tujuan utama dari penyelenggaraan FGD tersebut adalah untuk menghimpun masukan dan saran dari berbagai pihak. “Kami menjaring berbagai input dalam rangka menyusun program pelatihan keagamaan yang efektif, berkelanjutan, dan berbasis kebutuhan masyarakat,” tuturnya.

 

Lebih lanjut, Kaban Suyitno mengatakan bahwa pelatihan keagamaan merupakan upaya strategis dalam memperkuat pemahaman dan pengamalan ajaran agama di masyarakat.

 

"Melalui pelatihan ini, kami berharap dapat menciptakan generasi yang tidak hanya memiliki pengetahuan agama yang mendalam, tetapi juga mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari," pungkasnya.

 

Senada dengan hal tersebut, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kamaruddin Amin menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta atas masukan dan saran yang telah diberikan. Ia akan menampung seluruh masukan dan saran sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan program pelatihan keagamaan berkelanjutan berbasis masyarakat.

 

"Kami berharap, dengan adanya program ini, masyarakat Indonesia akan semakin kokoh dalam memegang teguh nilai-nilai keagamaan. Selain itu, mereka juga bisa menjadi pelopor dalam menyebarkan kedamaian dan kebaikan di muka bumi,” tandasnya.

 

Selama sesi diskusi, terpantau para peserta FGD memberikan masukan dan saran yang sangat berharga. Beberapa di antaranya mencakup perlunya peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga pengajar atau penyuluh agama, penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, serta pengembangan metode pembelajaran yang interaktif dan menarik bagi peserta pelatihan.

 

Tak hanya itu, para peserta juga menekankan pentingnya melibatkan generasi muda dalam program pelatihan keagamaan. Hal tersebut dianggap penting untuk menjamin keberlangsungan dan keberlanjutan pemahaman serta pengamalan ajaran agama di masyarakat.

 

"Generasi muda adalah aset bangsa yang harus kita berdayakan sejak dini agar mereka menjadi generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berakhlak mulia,” ungkap salah satu peserta.

 

Hadir dalam FGD tersebut adalah para perwakilan dari berbagai organisasi keagamaan, tokoh masyarakat, akademisi, serta pejabat terkait dari lingkungan Kementerian Agama.

 

(Dipo/Dela/Dewi Indah)

Penulis: Dipo Barnu/Dela
Sumber: Pusdiklat Teknis
Editor: Dewi Indah Ayu/Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI