Pusaka Pusaka

Moderasi Beragama di Tengah Isu Kontemporer

Moderasi Beragama di Tengah Isu Kontemporer
Judul Buku Moderasi Beragama di Tengah Isu Kontemporer
Pengarang Abdullah Haidar, Anifatul Kiftiyah, Danur Putut Permadi, Evania Herindar, Fahmi Syahirul Alim, Hanif Fitri Yantari, Hendri Hermawan Adinugraha, Inneu, Mutiara Mudrikah, Irpan Sanusi dkk.
Penerbit Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI
Tahun 2023
Deskripsi

Keragaman adalah hal yang mutlak atau dalam bahasa agama biasa disebut sunatullah, yaitu suatu kejadian atau fenomena yang sudah ditetapkan oleh Sang Pencipta yang berkaitan dengan alam semesta dan bersifat fitrah. Keragaman budaya maupun etnik tersebut mengharuskan manusia untuk saling mengenal dan menerima perbedaan agar tercipta hubungan yang harmonis dan lahir koeksistensi di tengah masyarakat, yaitu sebuah keadaan hidup berdampingan secara damai di antara entitas masyarakat yang berbeda dalam berbagai aspek, baik budaya, agama, etnik, suku, maupun perbedaan pandangan politik.

Sejarah mencatat, ketika sebuah bangsa atau masyarakat abai atau bahkan tidak menerima dan mengakui realitas dunia yang sangat beragam ini, maka akan menimbulkan konflik sosial yang berujung pada aksi kekerasan. Bahkan pada kasus tertentu, akan terjadi pembersihan etnis tertentu atau dikenal juga dengan istilah genosida, yaitu pembunuhan yang disengaja terhadap sejumlah besar orang dari bangsa atau kelompok etnis tertentu dengan tujuan menghancurkan bangsa atau kelompok tersebut.

Sebuah contoh yang menjadi catatan sejarah kelam konflik etnis dan juga sentimen keagamaan bisa kita lihat tragedi kemanusiaan di Bosnia. Pada 8 Maret 1995, Radovan Karadzic (pemimpin politik Serbia-Bosnia), memerintahkan Pasukan Serbia untuk melenyapkan kantong-kantong Muslim di Srebrenica dan Zepa. Pasukan Serbia-Bosnia tersebut mulai menyerang wilayah Srebrenica pada 2 Juli 1995. Dalam catatan sejarah, serangan di daerah ini berlanjut hingga 11 Juli 1995, ketika Ratko Mladic dan Pasukan Serbia-Bosnia memasuki Srebrenica. Pasukan itu meneror Muslim Bosnia, yang secara paksa dipindahkan ke daerah-daerah di luar Srebrenica dan banyak dari mereka melarikan diri melalui hutan menuju Tuzla (wilayah bebas).

Sebagian besar dari kelompok ini terdiri dari warga sipil, bahkan lebih dari 7.000 tahanan Muslim Bosnia yang ditangkap di daerah sekitar Srebrenica dieksekusi mati pada 13 Juli – 19 Juli 1995. Setelah perang, lebih dari 40.000 orang ‘hilang’ dan lebih dari 3.000 kuburan massal ditemukan berisi jenazah korban pembantaian 1995. Dari Agustus 1995 hingga November 1995, pasukan Serbia-Bosnia berpartisipasi dalam upaya terorganisir dan komprehensif untuk menyembunyikan pembantaian di Srebrenica. Hingga saat ini, jenazah korban masih diidentifikasi menggunakan teknik DNA kompleks. Tercatat, sebanyak 8.372 orang tewas di Srebrenica dengan lebih dari seribu mayat korban masih belum ditemukan hingga sekarang (Kompas, 2022). Tragedi kemanusiaan yang terjadi di Bosnia merupakan salah satu peristiwa monumental dalam kehidupan masyarakat yang beragam, multietnis dan multiagama sehingga menimbulkan banyak korban jiwa, terutama bagi umat Muslim.

Kondisi Indonesia yang beragam baik etnis, suku, dan agama, mendorong Pemerintah, khususnya Kementerian Agama untuk terus berikhtiar menjaga kerukunan umat beragama dan persatuan Indonesia dengan memunculkan istilah ‘moderasi beragama’. Secara harfiah, moderasi atau moderat adalah sebuah kata sifat yaitu turunan dari kata ‘moderation’, yang berarti tidak berlebih-lebihan atau memiliki makna sedang. Merujuk pada situs Oxford Language, ‘moderation’ memiliki arti menghindari sikap berlebihan atau ekstrem, terutama dalam perilaku atau pendapat politik. Dalam bahasa Indonesia, istilah ‘moderation’ diserap menjadi ‘moderasi’ yang memiliki arti sebagai pengurangan kekerasan atau penghindaran keekstreman (KBBI). Dalam koteks tersebut, Menteri Agama, Lukman Hakim Saefuddin (periode 2014 – 2019), menyampaikan bahwa ketika kata moderasi disandingkan dengan kata beragama dan menjadi moderasi beragama, istilah tersebut berarti merujuk pada sikap mengurangi kekerasan, atau menghindari keekstreman dalam praktik beragama (Saefuddin, 2019).

Untuk memperluas makna dan dimensi moderasi beragama, buku yang sedang dibaca oleh Pembaca Budiman ini berupaya menghadirkan moderasi beragama dari berbagai perspektif, baik itu dari berbagai sudut keilmuan, pengalaman organisasi keagamaan dalam berbangsa dan bernegara, maupun dinamika dan isu kontemporer seperti industri halal yang menjadi perhatian dunia. Buku ini hadir untuk meneropong bagaimana moderasi beragama bersinggungan dengan berbagai isu kontemporer, baik itu dalam politik, ekonomi, pendidikan dan kebudayaan. Sebagai contoh, tulisan pertama pada bagian satu menjelaskan bahwa agama harus dapat memberikan color and spirit in culture, sedangkan budaya dapat memberi kekayaan terhadap agama. Harmonisasi yang terjalin antara agama dan budaya merupakan implementasi dari sila Persatuan Indonesia. Budaya dapat menjadi sarana dalam menyebarkan ajaran agama. Begitu juga kehadiran agama tidak bisa menghilangkan keberadaan budaya yang telah ada di masyarakat. Maka moderasi beragama merupakan konsep positif dalam membangun keadilan dalam masyarakat, keberagaman dalam beragama harus menjadi potensi untuk saling mengenal dan berkolaborasi dalam kebaikan untuk mewujudkan kemaslahatan bersama.

Kemudian pada bagian kedua misalnya, dua tulisan mengupas dengan dalam bagaimana peran organisasi masyarakat seperti Nahdhatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah memilih mengambil jalan politik kebangsaan dengan berkompromi dengan Pancasila sebagai dasar negara untuk kemaslahatan bangsa. Keduanya bisa dikatakan sebagai dua pilar penyokong moderasi beragama yang saat ini sedang digencarkan oleh Kementerian Agama. Ada pun dua tulisan terakhir meninjau kembali peran pembangunan pariwisata halal di Indonesia serta bagaimana media sosial dewasa ini sangat berpengaruh dalam mendorong industri halal nasional yang juga merupakan lini yang sedang menjadi perhatian Pemerintah khususnya Kementerian Agama. Semoga buku ini dapat memperkaya khazanah moderasi beragama, terutama bagaimana moderasi beragama dapat dilihat dari berbagai perspektif dan berkelindan dengan isu-isu kontemporer yang menjadi perhatian masyarakat. Selamat membaca!
[unduh]


SEARCH

Translate