Perjalanan Menjadi Widyaiswara Ahli Utama Ke-32 Kementerian Agama

29 Mar 2024
Perjalanan Menjadi Widyaiswara Ahli Utama Ke-32 Kementerian Agama
Rudi Hermawan Widyaiswara Ahli Utama ke-32 Kementerian Agama.

Denpasar (Balitbang Diklat)---Kementerian Agama telah melantik Rudi Hermawan sebagai Widyaiswara (WI) Ahli Utama ke-32. WI asal Balai Diklat Keagamaan (BDK) Palembang tersebut mengatakan mencapai posisi widyaiswara utama tidak mudah, ada beberapa tahap yang harus dilalui.

 

“Proses dimulai sejak 2019, saya mengikuti diklat penjenjangan utama yang kemudian dilanjutkan dengan uji kompetensi,” ujarnya di sela-sela kegiatan Perhitungan Sebaran Formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara Kementerian Agama di Denpasar, Jumat (29/3/2024).

 

Setelah melalui uji kompetensi, ia mengaku menemui permasalahan, yaitu pada formasi widyaiswara yang tersedia. Tidak patah arang, Rudi tetap konsisten berjuang untuk mencapai jenjang utama.

 

“Tahun 2020, untuk mencapai jenjang utama setiap widyaiswara diminta untuk membuat karya tulis ilmiah (KTI) yang harus dikonsultasikan dengan pembimbing yang berasal dari Kemenag dan Lembaga Administrasi Negara (LAN),” ungkapnya.

 

Setelah KTI disetujui, proses berikutnya yang paling penting adalah ujian tertutup. “Jadi KTI yang dibuat diuji secara tertutup,” katanya.

 

Lebih lanjut, Rudi mengatakan ada tiga penilaian ujian, yaitu lulus tanpa saran, lulus dengan perbaikan, dan tidak lulus. Mengutip informasi dari LAN bahwa proses yang paling menentukan adalah ujian tertutup tersebut.

 

“Ketika itu, ada beberapa kawan yang gagal saat ujian tertutup. Maka diharapkan para widyaiswara dapat mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian tersebut,” tuturnya.

 

“Ujian tertutup menjadi proses akhir dalam mengerjakan KTI,” imbuhnya.

 

Menjadi WI sejak 2005, Rudi mengaku tantangan paling sulit yang dihadapi adalah membina peserta didik untuk meningkatkan disiplin dan kompetensinya. WI harus bisa membangkitkan motivasi diklat.

 

“Kadang-kadang banyak yang mengikuti diklat hanya ingin memperoleh sertifikat saja. Bukan motivasi untuk mendapatkan pengetahuan seperti yang diharapkan, maka ini sangat disayangkan,” kata pria kelahiran Lahat itu.

 

Di samping tantangan yang harus dihadapi, hal yang paling berkesan adalah jika peserta dapat menerima pelajaran diklat dan dapat menerapkannya di lingkungan pekerjaan.

 

“Jika peserta adalah guru, maka bisa mengimplementasikan hasil diklat di madrasahnya. Atau jika peserta pengawas, dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh dari diklatnya,” ujarnya.

 

Terakhir, Rudi berpesan kepada para WI agar tidak putus asa. Tetap semangat dalam menghadapi berbagai tantangan.

 

“Jangan mudah putus asa meski pun banyak rintangan yang ditemui dalam mencapai tujuan, baik rintangan dalam bentuk aturan atau yang lainnya. Tetap berpikir positif, sebab apa yang dipikirkan akan menjadi kenyataan,” tandasnya.

 

Diad/Sr

Penulis: Dewi Indah Ayu D
Sumber: Dewi Indah
Editor: Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI