Di Era Digital, Perpustakaan Bakal Mengalami Pergeseran Luar Biasa

16 Mar 2023
Di Era Digital, Perpustakaan Bakal Mengalami Pergeseran Luar Biasa
Kaban Suyitno saat berbicara secara daring dalam kegiatan Orientasi Pengelolaan Perpustakaan: Integrasi Aplikasi Perpustakaan Badan Litbang dan Diklat ke dalam Pusaka Super Apps, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (15/03/2023) malam.

Bandung (Balitbang Diklat)---Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Prof Amien Suyitno mengatakan sekarang ini merupakan era perpustakaan elektronik, atau perpustakaan digital, dan atau perpustakaan virtual. Jika kita sudah menggunakan istilah seperti itu maka sebuah perpustakaan akan mengalami pergeseran luar biasa.

Hal tersebut dikatakan Kaban saat berbicara secara daring dalam kegiatan Orientasi Pengelolaan Perpustakaan: Integrasi Aplikasi Perpustakaan Badan Litbang dan Diklat ke dalam Pusaka Super Apps yang digelar di Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (15/03/2023) malam.

Dahulu ketika kita menyebut sebuah perpustakaan, yang terbersit dalam benak kita adalah tumpukan buku yang begitu banyak dan ruangan yang luas sekali. Di dalamnya ada buku tandon, buku referensi, dan olah buku. Ada juga buku khusus peminjaman yang di dalamnya terdapat transaksi peminjaman.

“Nah, era itu sekarang sudah selesai. Kalau kita sudah berani melakukan virtual atau digital library atau e-library, maka tata-cara seperti itu sudah tidak lagi relevan,” tegas Kaban melalui zoom meeting.

Oleh karena itu, lanjut Kaban, bersamaan dengan kegiatan terkait integrasi aplikasi ke Pusaka Super Apps, setidaknya ada dua langkah besar yang perlu diperhatikan dalam mengelola perpustakaan.

“Pertama, memastikan semua layanan perpustakaan sudah saatnya transformasi from conventional to digital system. Semua buku yang manual itu harus dilakukan transformasi digital. Baik buku yang sudah kita miliki maupun buku yang akan kita punyai,” terangnya.

Jikalau kita masih menggunakan sistem konvensional, kata Kaban, salah satu kelemahannya adalah kesulitan kita melakukan maintenance. Kita butuh ruangan yang luas. Belum lagi kita tidak bisa mengurusinya dengan waktu yang terbatas.

“Padahal sebagaimana Bu Puji sampaikan tadi bahwa perpustakaan digital bisa dikendalikan kapan pun dan di mana pun. Misalnya, kita sedang di luar kota seperti ini, ketika kita sudah sistem digital maka kita hari ini tetap bisa melayani dengan baik,” sambungnya.

Kegiatan Kolaborasi

Sebelumnya, Kepala Bagian Umum dan Perpustakaan Sekretariat Balitbang Diklat, Puji Kusbandari, dalam laporannya mengatakan kegiatan ini merupakan kolaborasi antara pustakawan dengan pranata komputer.

“Tujuan kegiatan ini hendak memberikan wawasan dan motivasi kepada pustakawan juga melakukan implementasi terkait transformasi digital dan dalam memberikan layanan kepada pemustaka secara optimal,” ujarnya.

Melalui kolaborasi pustakawan dan pranata komputer, diharapkan dapat membangun layanan kelembagaan secara umum sesuai perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya melalui satu layanan super apps Pusaka Kemenag.

“Kegiatan ini juga menggandeng tim Kubuku dan pengelola Slim dalam satu rumah untuk melakukan pencarian koleksi. Contoh buku digital, repositori, jurnal, dan termasuk karya tulis lain,” paparnya.

Tujuan menciptakan perpustakaan virtual adalah agar bisa diakses kapan dan di mana saja, yaitu dengan co-working space. Kegiatan ini mengundang narasumber ahli dari Kemendikbud Ristek, komunitas Slim, Kubuku, dan Biro Humas, Data, dan Informasi (HDI) Setjen Kemenag.

“Peserta kegiatan berjumlah 63 orang, terdiri dari pustakawan dan pranata komputer dari 2 Pusdiklat, LPMQ, BLA, BDK, dan Loka,” kata Puji.

Kegiatan tersebut dijadwalkan selama tiga hari, Rabu-Jumat, 15-17 Maret 2023 di Travello Hotel Bandung Jl Dr Setiabudi No 268 Ledeng, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung, Jawa Barat. (Ova/diad/bas)

   

 

Penulis: Mustofa Asrori
Editor: Abas/Dewindah
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI