Puslitbang BALK Bedah Buku ‘Politik Moderasi dan Kebebasan Beragama’

7 Jun 2022
Puslitbang BALK Bedah Buku ‘Politik Moderasi dan Kebebasan Beragama’
Plt Kepala Puslitbang BALK Mohsen Alaydrus saat memberi sambutan pada bedah buku Politik Moderasi dan Kebebasan Beragama di Jakarta

Jakarta (Balitbang Diklat)---Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan (BALK) Balitbang Diklat Kemenag menggelar Bedah Buku Politik Moderasi dan Kebebasan Beragama: Suatu Tinjauan Kritis. Kegiatan tersebut digelar di Hotel Ibis Style Jakarta, Selasa (7/6/2022).

Dalam sambutannya selaku Plt Kepala Puslitbang BALK, H Mohsen Alaydrus, mengatakan sangat menyambut baik kegiatan tersebut lantaran pentingnya isu yang dibahas, yakni moderasi beragama.

“Kegiatan ini menjadi sempurna karena dihadiri oleh beberapa unsur yang penting antara lain para peneliti dan penulis, utamanya Menteri Agama periode 2014-2019 Bapak Lukman Hakim Saifuddin, sekaligus kami mengucapkan selamat atas gelar doctor honoris causa yang diterima. Semoga berkah dan maslahah,” ujar Habib Mohsen, sapaan akrabnya.

Pria keturunan Arab asal Sulawesi Tengah ini bersyukur karena bedah buku ini dapat dilaksanakan dan dihadiri Kepala Puslitbang BALK sebelumnya yang kini menjadi Staf Ahli Mendikbud Ristek, yakni Prof M Adlin Sila.

Habib Mohsen mengatakan, pentingnya bedah buku ini dilaksanakan karena membahas hal yang sangat substantif yaitu tentang Moderasi Beragama itu sendiri. Selain itu, sebuah tinjauan kritis untuk mengkritisi apa yang kita kenal sebagai moderasi beragama yang sedang mengemuka.

“Bahkan Kementerian Agama sudah menginisiasi moderasi beragama, ini merupakan ide yang tidak bisa terlepas dari penggagasnya yaitu Bapak Lukman Hakim Saifuddin. Saat menjabat Menteri Agama, beliau telah menggagas dan berupaya melembagakan program moderasi beragama ini,” ujarnya.

Menurut pria yang juga Kepala Puslitbang Penda ini, moderasi beragama bukan sekedar gagasan dan ide. Tapi sekarang ini telah menjadi kebijakan negara dan pemerintah. Oleh sebab itu, dalam berbagai kegiatan, Gus Men selaku Menag yang sekarang merilis program moderasi beragama ini, khususnya di lembaga pendidikan.

“Ini menunjukkan bahwa Kemenag serius menempatkan lembaga itu lokomotif atau garda terdepan di dalam mengawal gerakan moderasi beragama di lembaga pendidikan maupun lembaga kemasyarakatan,” tutur Habib Mohsen.

Ia berharap, diskusi dan bedah buku ini sedapat mungkin diharapkan menjadi bagian penting dari sosialisasi tentang urgensi moderasi beragama itu sendiri. Diharapkan pula para peserta diskusi mampu memberi masukan yang berarti untuk meningkatkan kualitas kebijakan.

Korelasi Substansi

Sebelumnya, dalam laporannya Kasubag TU Puslitbang BALK Rizky Riyadu Taufik mengatakan bahwa gagasan membedah buku ini sudah mengemuka sejak awal tahun 2022. Pihaknya menganggap buku ini penting karena secara substansi buku ini memiliki korelasi dengan buku Moderasi Beragama yang digawangi Puslitbang BALK pada 2019.

“Tokoh-tokohnya antara lain Prof Adlin, Pak Jamil, Bu Anik, dan para peneliti Pusat 1 bekerja sama dengan PPIM UIN Jakarta. Saat itu, Pak Lukman masih menjabat Menteri Agama, memberikan arahan agar buku tersebut diterbitkan,” ujarnya.

Hingga saat ini, lanjut dia, buku Moderasi Beragama buah karya Puslitbang BALK masih menjadi rujukan utama terkait pengenalan moderasi beragama di masyarakat. Meski demikian, buku tersebut melahirkan pro-kontra. Sebagian kalangan kanan di medsos menganggap ini bagian dari gerakan Islam liberal.

“Setelah itu, kami melihat buku yang digawangi teman-teman ICRS ini sangat menarik karena mengambil angle berbeda dan mampu memposisikan secara kritis. Oleh karena itu, Pusat 1 dalam kesempatan ini berkewajiban menampung segala yang berbeda terkait buku kami yang lahir pada 2019,” tandas Topek, sapaan akrabnya.

Dalam kesempatan tersebut, ia juga curhat bahwa 2022 ini merupakan tahun terakhir Puslitbang BALK. Ia tidak tahu apakah Oktober tahun ini Pusat 1 masih ada atau bubar.

“Oleh karena itu, peserta acara ini mayoritas para peneliti BRIN eks Pusat 1. Jadi, karena kami satu hati, satu keluarga, tidak bisa lepas. Kami memang telah ‘bercerai’, tapi sesekali masih pandang-pandangan,” selorohnya.

Hadir dalam diskusi itu penulis buku sekaligus editor, Zainal Abidin Bagir. Sementara selaku narasumber penanggap Menteri Agama RI 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin.

Diskusi dan bedah buku ini digelar secara hybrid: luring dan daring. Sejumlah peserta dari kalangan peneliti dan perwakilan ormas Islam serta tamu undangan tampak khusyuk menyimak diskusi. Sementara di zoom meeting juga aktif mengajukan pertanyaan. (Ova/bas)

   

 

Penulis: Mustofa Asrori
Editor: Abas
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI