Mungkinkah CALL (Computer Assisted Language Learning) digunakan untuk Kegiatan Belajar-Mengajar Bahasa Inggris di Indonesia?

10 Okt 2011
Mungkinkah CALL (Computer Assisted Language Learning) digunakan untuk Kegiatan Belajar-Mengajar Bahasa Inggris di Indonesia?

 Oleh : Agus Mukhtar R.

Abstraction

 The development of science and technology achieved nowadays has contributed to the advance in language teaching and learning. Language teachers utilize computers and the Internet with their software and facilities for the purpose of teaching and learning activities in the classrooms. The Internet offers a wide range of authentic and interesting materials can facilitate student-centered activities. There are some barriers to its implementation as well as the possibility of the negative impact it has on the students. CALL has alternatives to be adapted in Indonesia. CALL may offer for language teaching and learning activities, and find out the advantages and disadvantages of using it. The next, it will also see the barriers to its implementation in Indonesian classrooms, and finally some suggestions are proposed for CALL to be implemented in Indonesia.

 

Key Words

Language learning, CALL, Traditional CALL, ‘generic’ resources

 

A. Pendahuluan

 

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai sekarang ini telah mendukung kemajuan yang luar biasa dalam segala bidang. Proses belajar dan mengajar bahasapun merasakan pengaruhnya. Para guru tidak hanya bersandar pada buku teks sebagai bahan ajar, tetapi juga dapat menggunakan komputer dan Internet dengan fasilitas dan perangkat lunaknya untuk tujuan aktifitas belajar dan mengajar di kelas. Ini berkaitan dengan fakta bahwa paradigma pengajaran bahasa sekarang ini mendukung pemanfaatan teknologi yang baru itu (Turner & Taylor, 2000). Internet, sebagai contoh, yang menawarkan suatu cakupan yang sangat luas dari bahan-bahan asli (generic) dapat menjadi daya tarik, dan dapat memudahkan aktivitas yang berpusat pada siswa, yang merupakan karakteristik utama dari pendekatan Communicative Language Teaching (CLT). Meskipun demikian, pemanfaatan komputer dengan bahan-bahan asli (generic) sebagai alat bantu belajar belum dimaksimalkan, bahkan belum digunakan sama sekali di sebagian sekolah, untuk mengajar Bahasa Inggris. Ada beberapa penghalang untuk penerapannya di Indonesia, seperti kemungkinan pengaruh negatif yang dikhawatirkan akan berdampak kepada para siswa. Agar pemanfaatan komputer berbahan asli (generic) dapat sesuai untuk diterapkan, tulisan ini akan mendiskusikan apakah CALL (Computer Assisted Language Learning-pengajaran bahasa berbantukan komputer ) menawarkan keuntungan atau kerugian-kerugian dalam penggunaanya itu.

 

?

B. Pembahasan

1. Pengertian CALL dan kategorinya

CALL (

Computer Assisted Language Learning) adalah pemanfaatan komputer sebagai alat bantu belajar bahasa. Menurut Turner & Taylor (2000), CALL mempunyai dua kategori yang luas, CALL yang "tradisional dan CALL yang menggunakan sumber "generic (asli)". Call yang tradisionaldikembangkan dari disain pembelajaran dan pelatihan berbasis komputer yang dikenal luas di luar pengajaran bahasa. Untuk menjalankan program ini, kita memerlukan sebuah komputer plus alat pengeras suara (speaker) dan CD-ROM untuk perangkat lunak audionya. Dalam kerangka yang disajikan oleh program pelatihan CALL AMES Victorias Computer Literacy Centre (Corbel, 1998, yang dikutip di Turner & Taylor, 2000), CALL yang tradisional menawarkan perangkat lunak yang dibagi menjadi tiga kategori. Kategori yang pertamaadalah perangkat lunak dengan pendekatan pengajaran, dimana komputer dirancang untuk mengajarkan sesuatu. Dalam hal ini, pelajaran bahasa dilihat tidak hanya secara akumulatif, membangun dari hal paling kecil ke hal yang lebih besar tetapi juga secara kolektif dari sistem formal, tatabahasa, kosa kata, dan pengucapan kata-kata yang dapat dihadapkan dengan secara terpisah (Corbel, 1999). Pendekatan ini, bersandar pada konsistensi dan "kesabaran" komputer, pengulangan, penjelasan dan aktivitas siswa. Dengan kehadiran multimedia yang menyediakan fasilitas penyimpanan yang lebih besar pada CD-ROM, pelajar dapat menikmati interaksi dan tanggapan yang lebih canggih ketika membuka paket program seperti Click into Englishdan Planet English (Turner & Taylor, 2000). Kategori yang keduaadalah perangkat lunak dengan pendekatan penyelidikan(exploratory). Dimana kendali yang lebih besar berada di tangan pelajar. Dalam hal ini, belajar bahasa dilihat sebagai bagian kompleks yang saling berjalin dari sebuah sistem. Pelajaran bahasa diperlakukan sebagai sebuah proses penemuan atau penyelidikan sampai pembentukan melalui uji coba hipotesis yang dilakukan sendiri oleh siswa. Dengan kapasitas penyimpanan data yang sangat besar pada CD Rom, uji coba-uji coba yang dilakukan siswa dapat disimpan terlebih dahulu dan digunakan kembali sampai menemukan yang dimaksud. Kategori yang yang ketiga adalah perangkat lunak untuk memanipulasi teks, yang terdiri dari unsur-unsur penelitian dan pendekatan lain yang lebih luas. Pendekatan ini melihat bahasa sebagai satuan sistem yang terintegrasi sedangkan komputer adalah sebagai alat. Corbel (1999) mengatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan ini didapat melalui praktek dan permainan dibandingkan instruksi melalui praktek dan latihan.

Keberhasilan siswa sangat ditentukan oleh motivasinya sendiri. Pendekatan Ini telah sangat populer pada program TESOL melalui program-porgram seperti Widas Storyboard, Carmen Sandiego Word Detective, Crossword Magic dan Wiggleworks (Turner & Taylor, 2000).

 

CALL yang kedua adalah menggunakan sumber "asli/generic", yang bergeser dari menggunakan program yang dirancang khusus untuk pengajaran bahasa menjadi penggunaan media komunikasi melalui komputer dengan tujuan pengajaran bahasa. Turner & Taylor (2000) membagi kategori ini ke dalam sumber daya yang menggunakan perkakas komputer yang asli (generic computer tools) dan yang menggunakan teknologi komputer yang asli (generic computer technology). Untuk penggunaan perkakas komputer ini, kita memerlukan suatu komputer dengan kemampuan CD-ROM untuk mengacu kepada encyclopedia yang tersedia.

Penggunaan dari perkakas komputer ini meliputi pengolah kata, database, dan informasi rujukan. Pengolah kata (word processor) pada umumnya tersedia pada perangkat lunak aplikasi seperti WordStar, Word Perfect dan Microsoft Word.

Kesemua piranti lunak ini dapat digunakan untuk meningkatkan ketrampilan siswa terutama sekali secara tertulis. Di samping itu, juga melatih para siswa untuk mempunyai ketrampilan komputer baku yang penting bagi pekerjaan seperti halnya menggunakan database yang sederhana. Menggunakan material rujukan seperti encyclopedia pada CD-ROM, pelajar juga dapat mempunyai ketrampilan mencari bahan pustaka, yang penting bagi studi mereka

 

Penggunaan teknologi komputer yang asli dimudahkan dengan ketersediaan Internet. Untuk menjalankan teknologi ini, kita memerlukan sedikitnya suatu komputer dengan sebuah modem, yang dihubungkan ke jaringan telepon, dan speaker untuk perangkat lunak audio.

Karena Bahasa Inggris sebagai aktivitas Foreign Language (Bahasa Asing, EFL), Internet menawarkan secara minimal tiga pelayanan dasar, yakni: Email dan mailing list, newsgroup, dan World Wide Web (Carrier, 1997).

Belajar Bahasa Inggris melalui Internet mempunyai banyak keuntungan untuk para siswa. Di samping pelajaran yang dimediasi komputer sangat memotivasi siswa, Internet juga membuka peluang siswa ke arah riset dan menempatkan bahan-bahan asli tersebut untuk mengem-bangkan ketrampilan membaca, men-dengarkan, menulis seperti halnya memper-kaya kosa kata mereka (Carrier, 1997).

3. Penerapan CALL di Indonesia

 

Bagaimana bisa CALL digunakan untuk Bahasa Inggris belajar dan mengajar di Indonesia? Sedikitnya tiga penggunaan dasar dari Internet yang dapat digunakan di kelas Indonesia di hari mendatang ditawarkan, yakni: Email dan mailing list, newsgroup dan World Wide Web (Carrier, 1997). Menggunakan Internet untuk mengajar bahasa di sekolah Indonesia, meskipun masih belum realistis untuk sementara waktu dalam kaitan dengan yang terbatasnya pembiayaan dari pemerintah dan institusi/lembaga pendidikan itu sendiri, mungkin lambat laun dapat direalisir di masa mendatang. Hal ini sangat diharapkan sebab penggunaan Internet dalam pembelajaran bahasa akan memberi manfaat banyak orang. Itu akan, sebagai contoh, meningkatkan minat belajar siswa, seperti ketika siswa berkesempatan untuk mengoperasikan sendiri teknologi terbaru yang pada hakekatnya menarik bagi para remaja se usia siswa-siswa itu. Ini adalah penting seperti Lambert dan Gardner (yang dikutip di Cook, 1991) yang menyatakan bahwa motivasi intrinsik memainkan peran yang penting dalam meningkatkan hasil belajar. Karena ini juga sangat menolong bagi para guru bahasa dalam membuka peluang untuk menciptakan aktivitas belajar dan mengajar dengan secara lebih efisien. Di samping, akan juga memperkaya pengetahuan guru dan bisa mengilhami mereka dengan banyak gagasan yang dapat digunakan untuk meningkatkan strategi dan gaya mengajar mereka.

Untuk mengadopsi tiga jasa Internet ini untuk mengajar Bahasa Inggris di kelas, adalah penting bagi para guru untuk mempertimbangkan usul Carrier (1997) bahwa harus ada tujuan pengajaran bahasa yang jelas ketika menelusuri koleksi dan pertukaran informasi internet dengan orang lain, karena World Wide Web dan newsgroups, Internet dapat menyediakan jumlah bahan-bahan asli yang luas seperti surat kabar dan majalah berbahasa Inggris (Chang Li dan Hart, 1996). Bahan - Bahan seperti itu dapat menciptakan harapan dan tantangan tugas pembelajaran, yang bisa menyediakan pelajar dengan aktivitas yang produktif. Sebagai tambahan, bacaan yang menyenangkan akan mendorong ke arah pelajaran sebagai suatu komplemen (kelengkapan) penting bagi pengajaran tentang kosa kata (Coady, Huckin, Schmitt & Mccathy, 1997, yang dikutip di Schmitt & Carter, 2000). Kelihatannya, ini akan memudahkan pengembangan kosa kata siswa. Para siswa dapat ditugaskan untuk mencari artikel, cerita dan berita yang dihubungkan dengan topik yang tertera di kurikulum. Untuk membantu pemahaman siswa, guru bisa menyediakan beberapa pertanyaan sederhana dalam bentuk esai terbuka atau tertutup. Dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan sederhana tersebut dapat menjembatani kesukaran siswa dalam memperoleh pemahaman yang penuh dari bahan-bahan yang asli (Field, 1997).

Kemudian, para siswa bisa diminta untuk menyelesaikan aktivitas tertentu secara berkelompok sebab kerja sama kelompok bisa meningkatkan kelancaran lisan dan tulis siswa dan akan merupakan suatu cara yang efektif untuk melengkapi kekuatan dan kelemahan satu sama lain. Para siswa dapat juga diminta untuk melengkapi suatu cerita atau suatu catatan dari bahan yang sudah dibaca dan mempertunjukkan cerita atau catatan tersebut di depan kelas. Aktivitas ini akan membangkitkan hasil dan kreativitas siswa yang belajar dengan lebih penuh arti dan menyenangkan.. Dalam hubungan dengan meningkatkan ketrampilan menulis mereka, para siswa boleh juga didukung untuk mencatat atau membuat ringkasan dari apa yang mereka sudah baca. Mereka boleh hanya mengambil beberapa materi kosa kata yang penting atau, jika mungkin, kata-kata penggunaan mereka sendiri dalam ringkasan mereka. Para siswa juga harus menyelidiki dan mengenali struktur dari teks agar mereka dapat mengenal berbagai jenis teks. Ini adalah penting sebab pengenalan dari jenis teks ini dapat digunakan sebagai model untuk mereka menciptakan teks sendiri.

 

Penggunaan E-mail dalam pengajaran bahasa direkomendasikan oleh Mark Warschauer (1995), selama memperhatikan tiga pertimbangan utama sebagai berikut:

Pertama, E-mail menyediakan para siswa suatu kesempatan sempurna untuk komunikasi secara riil, alami. Kedua, E-mail menugaskan para siswa untuk melakukan secara mandiri. Ketiga, penggunaan E-mail memperkaya pengalaman kita sebagai guru …… dan mengijinkan kita untuk berbagi gagasan, sumber daya, dan bahan-bahan yang baru.

 

Carrier (1997) menunjukkan bahwa ada tiga model utama dimana E-mail dapat digunakan untuk tujuan yang bersifat pendidikan: E-mail pribadi kepada pribadi, E-mail kepada anggota mailing list, dan E-mail kepada kelompok newsgroups. Masing-masing model menawarkan keuntungan yang berbeda. Lebih lanjut dikatakan bahwa E-mail adalah cara baku berkomunikasi, mengirimkan suatu pesan pribadi kepada pribadi yang lain sama halnya dengan pos tertulis biasa. Dalam suatu studi yang terbaru oleh Corbel dan Taylor (dan dikutip di Turner & Taylor, 2000) didapati bahwa E-mail adalah penggunaan Internet yang paling populer antar para siswa yang telah mengakses secara cuma-cuma, walaupun mungkin menggunakan L1 (bahasa asli) mereka. Di samping, E-mail dapat juga digunakan untuk meningkatkan kelancaran menulis siswa.

 

Dalam konteks Indonesia, E-mail dapat digunakan untuk mengajar Bahasa Inggris di kelas. Guru dapat bekerja sama dengan pihak yang lain baik dalam kerangka ESL maupun EFL. Guru dapat menyediakan suatu proyek sahabat-pena di mana para siswa dapat menukar informasi (Carrier, 1997). Guru, sebagai contoh, menemukan kelas yang lain dari sekolah yang lain yang ingin berkorespondensi dalam Bahasa Inggris. Sekolah mitra dapat berada di satu kota yang sama atau kota yang berbeda di negeri yang sama, atau bahkan suatu sekolah yang di luar negeri. Para guru dari kedua sekolah kemudian memutuskan bentuk kontak dan macam kontak; apakah student-to-student atau group-to-group, dan topik untuk disepakati.

 

Lagipula, itu juga dapat mencegah aktivitas siswa untuk tetap dalam bingkai yang bersifat pendidikan. Menurut Warschauer (1995, yang dikutip Carrier,1997) alasan yang utama untuk menggunakan E-mail adalah menyediakan kesempatan untuk para siswa untuk mempunyai komunikasi riil dan alami dan juga memberikan mereka pelajaran yang mandiri.

 

Seperti E-mail, mailing list adalah media lain untuk para siswa untuk menukar informasi, gagasan, dan mengambil bagian dalam suatu diskusi pada topik yang sesuai dan dihubungkan dengan bahasa Inggris untuk belajar latar belakang budaya dari yang lainnya. Kedua-duanya, E-mail dan mailing list, adalah jalan yang sangat efektif untuk membuat para siswa terlibat dalam aktivitas belajar sehingga mereka akan termotivasi ke arah yang secara pribadi relevan untuk mereka. (Turner & Taylor, 2000). Lebih dari itu, melalui E-mail dan mailing list, para siswa merasakan lebih bebas dan lebih yakin untuk menggunakan Bahasa Inggris mereka untuk menyatakan gagasan dan perasaan mereka. Meskipun demikian, mailing list dapat mengacaukan jika secara hati-hati tidak dimonitor oleh guru.

 

Pendek kata, Internet, sebagai salah satu aplikasi komputer yang dinamis, akan merupakan suatu media yang sangat bermanfaat untuk menyediakan sangat banyak sumber daya mengajar dengan ketentuan bahwa para guru cukup mahir dan kreatif untuk menyediakan tugas pelajaran sesuai yang menantang. Tiga hal perlu dipertimbangkan dalam menentukan tugas belajar, yakni: mengidentifikasi kebutuhan pelajaran, mengidentifikasi realia yang menghubungkan dan mendukung kebutuhan itu, dan menciptakan tugas yang sesuai kebutuhan (Corbel,1999). Pada kurikulum 1994 lalu ada sejumlah tema dan sub-themes yang diberikan sehingga para guru atau sekolah dapat memilih tema yang pantas untuk para siswa mereka sebagai alternatif. Untuk kurikulum yang berlaku sekarang, guru harus menentukan sendiri tema yang dapat disesuaikan dengan genre (jenis bacaan) yang sedang diajarkan.

 

Dalam hal ini, tugas harus dinilai yang didasarkan pada tingkat kecakapan siswa. Para guru mempunyai peran yang penting sebagai penengah antar pelajar dan sumber daya di lingkungan hypermedia tersebut (Corbel, 1999). Para siswa perlu untuk menentukan pasangan, pertukaran alamat E-mail, dan saling menulis satu sama lain pada waktu tertentu. Untuk menghindari penyalah gunaan pengiriman dan penerimaan E-mail, para siswa harus diberi gagasan yang jelas pada topik yang hendak ditulis kepada sahabat pena mereka. Semua aktivitas di sini berpedoman kepada topik telah yang disetujui oleh kedua pihak Ini dapat memberi suatu gagasan bagi para siswa tentang apa yang harus ditulis untuk satu sama lain. Tetapi hal yang paling utama adalah bahwa guru perlu secara teratur memeriksa E-mail. Dengan cara ini siswa membuka peluang guru untuk memberi umpan balik kepada pekerjaan siswa. 

 

 

 

2. Keuntungan dan penghalang penerapan CALL

Walaupun belajar bahasa yang dimediasi-komputer atau CALL menyediakan banyak keuntungan bagi pelajar dan guru, tetapi CALL juga mempunyai beberapa kerugian dimana para guru harus menyadari penghalang pengimplementasiannya di kelas, khususnya di Indonesia. Penghalangnya antara lain adalah ketiadaan peralatan yang tersedia di sekolah (Carrier,1997). Kedua CALL, baik yang tradisional dan berbahan asli memerlukan sejumlah komputer, dan kebanyakan sekolah di Indonesia belum memiliki dalam jumlah yang memadai. Untuk kelas Indonesia, ini berarti bahwa masing-masing sekolah perlu menyediakan 44-50 komputer karena ada sekitar 44-50 para siswa pada setiap kelas atau sedikitnya 20-25 komputer jika satu komputer dirancang untuk setiap dua siswa. Bahkan Internet memerlukan modem untuk dihubungkan dengan jaringan telepon, yang berarti bahwa sekolah harus membelanjakan lebih banyak uang pada rekening bulanan telepon. Penghalang yang lain adalah kenyataan bahwa masih banyak guru yang pesimis terhadap penguasaan teknologi komputer. Mereka merasa terlalu banyak yang harus dikuasai dan juga anggapan bahwa para siswa mungkin mempunyai pegetahuan lebih banyak tentang teknologi komputer (Carrier,1997).

 

Penggunaan teknologi komputer yang riil menjadi bagian dari hidup di lingkungan hypermedia (Corbel, 1999). Di banyak tempat kerja dan sekolah di banyak negara orang menggunakan teknologi ini sesuai minat mereka. Aktivitas yang berbasis Internet saat ini sedang bergairah dan menjanjikan, tetapi perlu diingat bahwa pemanfaatan ini mempunyai beberapa kerugian juga (Turner & Taylor, 2000). Di samping biaya yang mahal, sekalipun ada anggaran yang tersedia, ditambah masih dibatasinya dengan akses. Akses online yang didapat sangat lambat, dan banyak institusi pendidikan tidak mempunyai cukup uang untuk membangun akses yang paling efektif. Kerugian lainnya adalah bahwa pembelajaran berbasis Internet dapat menjadi sangat terobsesi dengan kekayaan informasi yang tersedia sehingga dapat sering mengaburkan pelayanan belajar bahasa itu sendiri, dan secara pedagogis agak pasif aktivitas (Carrier, 1997). Sebagai tambahan, pelajar bisa saja kehilangan arah dalam pencarian mereka di internet; mereka perlu diberikan arah yang mengarahkan mereka ke lokasi web tertentu. Hal lain yang guru perlu kenali adalah bahwa Internet juga berisi materi berbau seksualitas atau bahan-bahan yang terkait dengan orang dewasa, sehingga para siswa perlu dihindarkan melihatnya (Carrier, 1997).

 

 

 

 

Mempertimbangkan sejumlah penghalang untuk menerapkan belajar bermediasi Internet di Indonesia dan dampak negatif atau kerugian yang mungkin disebabkan, nampaknya CALL yang tradisional lebih bisa diterapkan di Indonesia untuk sementara waktu.

 

 

Tidak sama dengan Internet, yang memerlukan modems dan saluran telepon, CALL yang tradisional hanya memerlukan sejumlah computer, speaker dan CD-ROM. Perangkat lunak (soft ware)nya, apakah interview, konstruksi teks atau eksplorasi, dapat dipilih, dibeli dan disiapkan sesuai dengan topik dan tujuan pengajaran. Di samping, para guru bisa mendownload perangkat lunak secara cuma-cuma dari Internet dan kemudian menginstalnya kepada masing-masing komputer untuk pengajaran mereka. Ini tidak hanya lebih murah dibanding jika tiap-tiap siswa mencari Internet untuk melaksanakan aktivitas atau program, tetapi juga bisa mencegah para siswa dari tersesat, bertemu atau mendapati bahan-bahan tak sengaja yang terkait dengan seksualitas.

 

Ketika mempertimbangkan perangkat lunak dan komputer untuk belajar, para guru dan sekolah perlu benar-benar hati-hati. Para guru dan sekolah harus selektip dengan apa yang mereka beli, harus jelas sekitar bagaimana bahan-bahan itu dapat membantu perkembangan pelajaran, dan memonitor pekerjaan dan kemajuan siswa untuk memastikan bahwa para siswa diuntungkan dengan program itu (Hancock, 1985). Adalah sia-sia mempunyai perangkat komputer jika tidak ada perangkat lunak untuk lakukan apa yang kamu inginkan, atau perangkat lunaknya yang tidak cocok.

Dengan kata lain komputer harus bisa mengakomodasi perangkat lunak yang diharapkan. Dengan cara yang sama, perangkat lunak yang dikaitkan dengan bidang pendidikan, jika perangkat lunaknya baik, komputer adalah suatu alat yang besar bagi bidang pendidikan; sebaliknya, ketika perangkat lunaknya tidak baik, komputer adalah suatu kejahatan dari uang yang sangat diperlukan (Smith, 1983, yang dikutip di Hancock, 1985). Apa yang penting tentang perangkat lunak adalah kualitas mengajar atau nilai - nilai bersifat pendidikan; mutu dari perangkat lunak itu sendiri bersifat sekunder,, perangkat keras (komputer dan asesorisnya) bahkan dalam kedudukan yang lebih bawah lagi (Mcshane, 1985). C. Kesimpulan

 

CALL, dengan memotivasinya yang menarik dan karakteristiknya yang dipusatkan kepada siswa, perlu dipertimbangkan untuk penerapannya dalam mengajar Bahasa Inggris dan tentu saja dapat diadopsi di kelas Indonesia dengan beberapa adaptasi. Untuk sementara waktu, CALL yang tradisional adalah kebanyakan yang dapat menyesuaikan diri oleh karena biayanya relatif rendah dan resiko yang rendah dari bahan-bahan yang mungkin terkait dengan masalah seksual. Sedangkan Internet, dengan berbagai pelayanan menantangnya, memerlukan lebih banyak penanganan hati-hati dan bisa jadi baru sesuai dengan pengajaran Bahasa Inggris di kelas di masa mendatang.

 

Referensi:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

?

 

Carrier, M. 1997, ‘ELT online: the rise of the Internet’, ELT Journal, vol. 51, no. 3, pp. 279-301.

Chang Li, R. & Hart, R. 1996, ‘What can the world wide web offer ESL teachers?’, TESOL JournalWinter.,

Cook, V. 1991, Second Language Learning and Language TeachingEdward Arnold.,

Corbel, C. 1999, ESL Teaching in the Global Hypermedia EnvironmentACTA Background Paper No. 4, November 1999. ,

Corbel, C. 1999, ‘Task as tamagotchi: ESL teachers’ work in the emerging hypermedia environment’, Prospect vol. 14, no. 3, pp. 40-45.,

Deakin University. 2000, Language Teaching Methodology B: ReaderDeakin University, Geelong, Vic.,

Departemen Agama, 1993, Garis Garis Besar Program Pengajaran (GBPP): Bahasa InggrisDirektorat Jendral Pembinaan Agama Islam, Jakarta. ,

Departemen Agama, 2006, Standar Isi Bahasa InggrisDirektorat Jendral Pembinaan Agama Islam, Jakarta.,

Field, J. 1997, ‘Notes on listening: authenticity’, Modern English Teacher, vol. 6, no. 3, pp. 49-51.

Hancock, J. 1985, ‘Computers for Learning’ in Anderson, J. (Ed.), Computers in the Language ClassroomAustralian Reading Association, Perth.,

McShane, R. 1985, ‘Computer Software and Language Development, in Anderson, J. (Ed.), Computers in the Language ClassroomAustralian Reading Association, Perth.,

Schmitt, N. & Carter, R. 2000, ‘The lexical advantages of narrow reading for second language learners’, TESOL Journal vol. 9, no.1, pp. 5-7.,

Turner, L. 2000, Language Teaching Methodology B: Study GuideDeakin University, Geelong, Vic.,

Warschauer, M. 1995, E-Mail for English Teaching TESOL Inc., Alexandria, Virginia.,

 

Di atas semua itu, bertemunya tujuan mana saja ilmu bahasa atau metodologis yang diharapkan, guru nampak mempunyai peran yang penting dalam tahap persiapan dan monitoring. Carrier (1997) menunjukkan bahwa guru harus mendisain pelajaran bermediasi-komputer nya sebagai paduan metodologis sebagai berikut:

 

 

 

?

 

4. Saran penerapan CALL

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI