Kemenag Dorong Kurikulum Ekoteologi Masuk Pendidikan Nasional

30 Apr 2025
Kemenag Dorong Kurikulum Ekoteologi Masuk Pendidikan Nasional
Sesban BMBPSDM Kementerian Agama Ahmad Zainul Hamdi saat memberikan paparan pada Workshop Penyusunan Draft Kurikulum dan Panduan Pelatihan Deep Learning & Personalised Learning, Kurikulum Cinta, dan Ekoteologi di Pusbangkom SDM Pendidikan dan Keagamaan Ciputat, Selasa (29/4/2025).

Ciputat (BMBPSDM)---Sekretaris Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Kementerian Agama, Prof. Ahmad Zainul Hamdi, menjadi narasumber dalam Workshop Penyusunan Draft Kurikulum dan Panduan Pelatihan Deep Learning & Personalised Learning, Kurikulum Cinta, dan Ekoteologi yang diselenggarakan oleh Pusbangkom SDM Pendidikan dan Keagamaan.

 

Dalam paparannya yang bertajuk "Rumusan Ekoteologi dalam Kurikulum", Sesban Ahmad Inung—panggilan akrabnya—menyoroti pentingnya pembacaan ulang konsep-konsep dasar dalam teologi lingkungan Islam, terutama dalam konteks penyusunan kurikulum nasional. Ia menekankan bahwa selama ini kecenderungan antropomorfisme dalam tafsir agama-agama Abrahamik telah menempatkan manusia sebagai pusat penciptaan secara berlebihan, yang dapat berdampak buruk pada hubungan manusia dengan alam.

 

“Penting bagi kita untuk menyusun kurikulum ekoteologi yang tidak terjebak pada narasi dominatif manusia atas alam. Banyak ayat yang diterjemahkan secara literal sebagai penundukan alam untuk manusia, padahal bila ditelusuri lebih dalam, ayat-ayat tersebut justru menunjukkan relasi tanggung jawab dan kesatuan antara manusia dan ciptaan lainnya,” ujarnya di Ciputat, Selasa (29/4/2025).

 

Lebih lanjut, ia menguraikan tiga prinsip dasar ekoteologi dari perspektif Islam yang dapat menjadi fondasi kurikulum, yakni kesucian ciptaan (the sacredness of creature), ketunggalan makhluk (unity of creation), dan stewardness (tanggung jawab pemeliharaan). Menurutnya, ketiga prinsip tersebut memiliki akar kuat dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis sahih.

 

“Kita sering menekankan manusia sebagai khalifah, namun tanpa pemahaman yang tepat, narasi ini justru memperkuat dominasi. Padahal dalam Surah Al-Baqarah ayat 30, para malaikat sendiri mempertanyakan peran manusia sebagai khalifah karena potensi kerusakan yang ditimbulkan,” jelasnya.

 

Ia juga mengingatkan bahwa banyak ayat yang menggambarkan seluruh ciptaan sebagai bagian dari sistem ekosistem yang saling terhubung. Salah satunya adalah dalam Q.S. Al-An’am ayat 38, yang menyebut bahwa semua makhluk adalah umat seperti manusia.

 

Kegiatan berlangsung di Pusbangkom SDM Pendidikan dan Keagamaan, Ciputat dengan dihadiri oleh sejumlah akademisi, penyusun kebijakan kurikulum, serta tokoh-tokoh keagamaan. Workshop tersebut bertujuan untuk merumuskan arah kebijakan kurikulum berbasis nilai, termasuk nilai-nilai lingkungan hidup dalam bingkai agama.

 

Melalui workshop itu, diharapkan rumusan kurikulum ekoteologi yang disusun tidak hanya merepresentasikan nilai-nilai Islam, tetapi juga membuka ruang bagi keberagaman pandangan dan praktik lintas agama yang sejalan dengan semangat moderasi beragama.

 

(Halimah Dwi Putri)

Penulis: Halimah Dwi Putri
Sumber: Pusbangkom SDM Pendidikan dan Keagamaan
Editor: Dewi Indah Ayu D.
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI