Model Pembelajaran Bahasa Arab yang Terfokus kepada Peserta Didik

13 Okt 2010
Model Pembelajaran Bahasa Arab yang Terfokus kepada Peserta Didik

Model Pembelajaran Bahasa Arab yang Terfokus kepada Peserta Didik

(Materi Diklat Guru Bahasa Arab MTs)

 

Neneng LM*

 

Abstract

Learning model is one of the factors of success in a learning, including learning Arabic. And models for effective learning in learning Arabic is a learning model that concentrates to learn/student. In this paper the authors present the characteristics concentrates learning model to students, the benefits of this model, weakness, accompanied by way to succes, and using model.

 

Keyword: model, benefits of this model

 

I. Pendahuluan

Sekarang ini bahasa Arab masih dianggap sebagai bagian dari "Pendidikan Agama". Perekrutan para pengajarnya pun sering tumpang tindih. Seorang lulusan Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam, tidak sedikit yang diberi tugas untuk mengajar bahasa Arab. Sebaliknya, seorang lulusan Fakultas Adab Jurusan Sastera Arab juga tidak sedikit yang diberi tugas untuk mengajar pengetahuan agama Islam. Itulah sebabnya dalam beberapa LHBS (raport) kita dapatkan bahasa Arab diletakkan satu kelompok dengan mata-mata pelajaran di bawah bagian "Pendidikan Agama". Dengan adanya persepsi seperti ini, yaitu anggapan bahwa bahasa Arab merupakan bagian dari pendidikan agama, di samping latar belakang pengajarnya yang berbeda-beda, tak diherankan jika hasil pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih jauh dari apa yang diharapkan.

Dalam Kurikulum 2004 dan 2006 disebutkan bahwa salah satu karakteristik mata pelajaran bahasa Arab adalah bahwa bahasa Arab mempunyai dua fungsi, yakni sebagai alat komunikasi antara manusia dan sebagai bahasa agama Islam. Tetapi kenyataan di sekolah-sekolah atau di madrasah-madrasah pada umumnya lebih menitik beratkan pada fungsi kedua, yaitu sebagai bahasa agama Islam.

Pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing keberhasilannya tidak sekadar bertumpu pada kurikulum, tetapi juga kepada model dan metode pembelajarannya, selain faktor yang terpenting adalah pengajarnya itu sendiri.

S. Karim. A. Karhami, Kepala Bidang Bangkur SMU Balitbang Diknas dalam makalahnya yang berjudul "Mengubah Wawasan & Peran Guru dalam Era Kesejagatan" yang dimuat dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 035 Maret 2002, menghimbau para guru bahwa dalam era yang penuh dengan perubahan ini hendaknya mereka menyikapi era ini dengan perubahan pula, yaitu dengan meninggalkan pola fikir dan pola tindak lama yang sudah lazim dilakukan. Menurut pandangan lama, guru diilustrasikan sebagai seorang yang maha tahu, maha terampil, sementara siswa sebagai orang yang maha tidak tahu, belajar identik dengan mencatat dan mendengarkan ceramah guru, dan mengajar harus berperilaku seperti tukang jual obat yang mampu berkata-kata kesana kemari. Menurut pandangan baru, guru berperan sebagai "tukang penggagas dan pencipta proses belajar". Guru berperan sebagai fasilitator.

II. Model Pembelajaran Bahasa Arab

Perubahan model pembelajaran seperti yang dianjurkan oleh S. Karim. A. Karhami di atas juga berlaku pada pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing. Selama ini ada dua buah model pembelajaran bahasa asing yang dikenal dalam dunia pendidikan, yaitu (A) model pembelajaran yang terpokus pada guru yang disebut dengan teacher-centered model (TCM) dan (B) model terpokus kepada peserta didikyang disebut Student-centered model (SCM).

A. Teacher Centred Model (TCM)

Dalam TCM, belajar bahasa adalah satu produk transmisi. Guru mengirimkan pengetahuan. Pelajar adalah penerima. Guru bersifat aktif dan murid pasif. Guru bertanggung-jawab untuk mengirimkan semua keterangan kepada murid. Guru berbicara, murid mendengarkan dan menyerap.

1. Kelebihan TCM

TCM mungkin menarik bagi sebagian guru bahasa Arab karena beberapa alasan:

- TCM merupakan metode dimana ia diajari oleh gurunya dulu.

- TCM wajar disukai oleh guru karena ia akan menjadi pusat perhatian di dalam ruang belajar, karena ia satu-satunya yang mengetahui bahasa sementara para murid tidak mengetahui apa-apa.

- TCM memerlukan persiapan yang relatif sedikit: apa yang diperlukan hanya menyajikan bahan sesuai dengan yang telah digariskan pada buku teks.

- TCM juga relatif memerlukan pemikiran yang relatif kecil tentang murid dan aktivitasnya. Semua murid mendengar penyajian guru yang sama, kemudian mengerjakan latihan yang diberikan.

2. Kelemahan TCM

Bagaimanapun, pengajar bahasa yang berpengalaman melihat dari cara mereka mengajar, mengamati bahwa TCM mempunyai dua kelemahan utama, yakni :

- TCM melibatkan hanya sebagian kecil murid dalam pembelajaran bahasa yang sebenarnya.

- TCM memberikan pengetahuan "tentang bahasa", tetapi tidak otomatis membuat mereka mampu menggunakannya sehingga mereka tertarik untuk mempelajarinya.

 

B. Student Centred Model (SCM)

Untuk mengatasi kelemahan TCM ini, pembelajaran bahasa Arab hendaknya juga mengikuti model pembelajaran bahasa asing lainnya yang pada umumnya lebih maju berkembang dari pada pembelajaran bahasa Arab. Model terbaru yang biasa digunakan dalam pembelajaran bahasa asing adalah SCM.

Pembelajaran bahasa harus terpusat pada pembelajar/peserta didik, yaitu dengan menggunakan SCM. Hal itu karena penggunaan bahasa itu bersifat kreatif, dan kreativitas itu ada di tangan si pengguna yang tidak lain adalah si pembelajar (Soenjono, 2000). Tentang apa yang dimaksud dengan student-centered, Soenjono memberikan penjelasan, yaitu "suatu kegiatan pengajaran di mana perhatian kita curahkan pada proses psikologis yang dilalui pembelajar dalam usaha mereka membelajari bahasa". Guru perlu mengkondisikan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Hal ini dapat terjadi bila ditunjang oleh penerapan strategi belajar yang mendorong siswa terlibat secara fisik dan psikis dalam proses pembelajaran.

Mendengar istilah "Pembelajaran berfokus kepada peserta didik" setidak-tidaknya memuncul-kan pertanyaan, yaitu: "Apakah selama ini kegiatan pembelajaran belum berfokus kepada peserta didik?". Atau pertanyaan lain yang dirumuskan secara berbeda, yaitu: "Apakah selama ini kegiatan pembelajaran berfokus kepada guru?". Seandainya jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan ini adalah bahwa kegiatan pembelajaran tidak lagi berfokus pada guru tetapi sudah berfokus kepada peserta didik, maka pertanyaan berikutnya yang muncul adalah "Bagaimanakah konsep kegiatan pembelajaran yang berfokus kepada peserta didik itu?".

Dengan berkembangnya pemikiran tentang pembelajaran yang berfokus kepada peserta didik, apakah para guru juga sudah memahami bahwa kegiatan pembelajaran yang mereka kelola sehari-hari haruslah berfokus kepada peserta didik. Bagaimanakah peranan atau posisi guru selaku manajer kegiatan pembelajaran (instructional manager) dalam kegiatan pembelajaran yang berfokus kepada peserta didik?

Pada model TCM (model pembelajaran yang terpokus pada guru), guru dapat dikatakan sebagai satu-satunya komponen penting dalam kegiatan pembelajaran. Dikatakan sebagai satu-satunya komponen penting dalam kegiatan pembelajaran karena apabila disebabkan satu dan lain hal, guru terpaksa tidak dapat hadir di sekolah, maka kegiatan pembelajaran pun dapat dikatakan tidak akan berlangsung. Dengan demikian, guru memang benar-benar berfungsi sebagai satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik. Dari RPP yang disusun guru juga dapat dilihat apakah kegiatan pembelajaran yang dikelola guru masih berorientasi pada kepentingan guru atau peserta didik.

Apakah dengan paradigma kegiatan pembelajaran yang berfokus kepada peserta didik mengindikasikan bahwa guru telah mengubah posisi keberadaan dirinya di dalam kelas bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik? Tetapi guru telah memposisikan dirinya sebagai salah satu sumber belajar karena guru telah menerapkan kegiatan pembelajaran yang menggunakan berbagai sumber belajar di dalam kegiatan pembelajaannya. Kegiatan pembelajaran yang demikian ini disebut juga sebagai kegiatan pembelajaran berbasis aneka sumber (resources-based learning).

Manakala guru secara konsisten menerapkan kegiatan pembelajaran berbasis aneka sumber, maka guru yang bersangkutan dapat dikatakan telah menerapkan kegiatan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik. Dalam kaitan ini, yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah "Apakah yang menjadi ciri-ciri atau karakteristik dari kegiatan pembelajaran yang berfokus kepada peserta didik?". "Bagaimana pula perbedaannya dengan pembelajaran yang berfokus kepada guru?".

Dari metode mengajar yang diterapkan guru di dalam kelas, dapatlah diketahui apakah sang guru masih tetap menerapkan kegiatan pembelajaran yang berfokus kepada dirinya. Kemudian, menarik juga untuk mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini. Apakah anda sebagai guru hanya menggunakan metode mengajar chalk and talk" (kapur tulis dan bicara)? Apakah anda juga hanya menuliskan di papan tulis materi pelajaran yang perlu anda sampaikan kepada para peserta didik dan kemudian menceramahkannya?. Apakah anda juga mengkondisikan peserta didik untuk hanya duduk manis dan mencatat apa yang anda tulis di papan tulis dan kemudian mendengarkan ceramah anda secara cermat?. Apakah setelah semua tugas mengajar anda selesai, maka anda langsung meninggalkan ruang kelas dan peserta didik pun terbebas dari anda sebagai guru?

Apabila jawaban kita "YA" terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, maka hal itu mengindikasikan bahwa kita sebagai guru masih berada pada posisi yang menerapkan kegiatan pembelajaran yang berfokus kepada diri kita sendiri selaku guru. Untuk lebih memantapkan pemahaman kita mengenai pembelajaran yang berfokus kepada peserta didik atau guru, maka ada baiknya kita merespon serangkaian pertanyaan yang diajukan berikut ini. Tujuannya adalah untuk melatih kita memahami konsep kegiatan pembelajaran yang berfokus kepada peserta didik. Oleh karena itu, sejauh mana kita sebagai guru mampu memahami pertanyaan-pertanyaan tersebut dan memberikan jawaban secara tuntas, maka pemahaman kita akan semakin lebih jelas mengenai kegiatan pembelajaran yang berfokus kepada peserta didik.

"Apakah RPP yang kita susun masih menekankan aspek kemampuan atau keberhasilan kita mengajarkan materi pelajaran? Sejauh manakah materi pelajaran yang telah ditetapkan di dalam RPP telah selesai kita ajarkan kepada peserta didik kita? Atau, apakah kita sebagai guru masih menekankan kegiatan pembelajaran pada tingkat pemahaman atau penguasaan peserta didik (kompetensi) terhadap materi pelajaran yang kita rancang?

Pertanyaan selanjutnya adalah "Apakah peserta didik telah berhasil mencapai tingkat kompetensi sebagimana yang ditetapkan di dalam RPP?". "Apakah kita sebagai guru merasa puas manakala kita telah berhasil menyajikan semua materi pelajaran yang telah direncanakan di dalam RPP?". Apakah menjadi kepedulian (concern) kita juga sebagai guru mengenai materi pelajaran yang telah kita sajikan itu telah benar-benar dipahami/dikuasai oleh peserta didik kita?.

Terhadap serangkaian pertanyaan tersebut di atas, bagaimana kita sebagai guru menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dan sekaligus juga merenungkan apa yang menjadi jawaban kita? Apakah kita mengatakan, "Oh ya, berarti sebenarnya saya belum sepenuhnya menerapkan kegiatan pembelajaran yang berfokus kepada peserta didik" atau sebaliknya, "Nah, barulah sekarang saya tahu bahwa saya sebenarnya sudah mulai menerapkan kegiatan pembelajaran yang berfokus kepada peserta didik".

1. Karakteristik SCM

Karakteristik model pembelajaran yang berfokus pada peserta didik (SCM) versi Molly Jhonson (Jhonson, 2007) antara lain adalah bahwa :

a. guru lebih berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran ketimbang sebagai penyaji pengetahuan,

b. pengelolaan kelas yang lebih kondusif terhadap kegiatan dan interaksi peserta didik yang mengarah pada pengalaman belajar yang produktif,

c. peserta didik aktif dalam kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran ketimbang hanya duduk manis dan pasif selama kegiatan belajar berlangsung di dalam kelas,

d. membutuhkan investasi waktu dan energi untuk menerapkan model pembelajaran yang berfokus pada peserta didik.

2. Kelebihan SCM

Dalam SCM ini, pembelajaran bahasa Arab merupakan proses penemuan. Murid mengembangkan kemampuan untuk menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi. Guru memberikan model penggunaan bahasa dan menjadi fasilitator untuk pengembangan keterampilan bahasa murid.

Dalam SCM ini, murid dan guru masing-masing merupakan peserta pembelajaran bahasa yang aktif yang berbagi tanggungjawab terhadap pembelajaran bahasa murid. Guru dan murid bekerja sama dalam mengidentifikasi bagaimana murid mengharapkan penggunaan bahasa. Guru memberi contoh penggunaan bahasa yang baik, betul dan sesuai, sementara para murid kemudian menggunakan model bahasa itu dalam kegiatan-kegiatan praktis yang mensimulasikan situasi komunikasi yang sebenarnya. Ikatan yang aktif antara para murid dan guru akan menghasilkan lingkungan kelas yang dinamis di mana kegiatan belajar-mengajar menjadi bermanfaat dan menyenangkan.

3. Kelemahan SCM

Guru bahasa yang belum pernah menjalankan SCM biasanya merasa khawatir karena beberapa hal:

- SCM memerlukan waktu persiapan yang lebih banyak: Guru harus mempertimbangkan tujuan pembelajaran bahasa murid, mengidentifikasi aktifitas kelas yang akan menghubungkannya dengan bahan yang terdapat dalam buku teks, dan mencari bahan-bahan yang benar-benar ada dalam dunia nyata yang sesuai dan dapat melengkapi buku teks.

- SCM merupakan model yang misterius: Tidak jelas, apa yang akan dilakukan oleh seorang guru untuk membuat kelas menjadi a classroom student centered (kelas yang terpusat pada murid).

- SCM pada pertamanya akan dirasakan tidak akan berjalan dengan baik: Ketika para murid pertama-tama diminta untuk berpartisipasi secara aktif, bisa saja mereka memberikan reaksi yang lamban ketika hendak memulai tugas dan membayangkan dinamika kelas.

- Terkadang model SCM ini tampak kacau, yaitu ketika para murid mengawali pekerjaan dalam kelompok kecil, suasana kelas menjadi hiruk-pikuk dan guru harus tetap merasa nyaman dengan kenyataan bahwa para murid melakukan kesalahan yang tidak terdengar atau tidak diperbaiki.

- SCM seakan-akan justeru suatu hal yang buruk, karena model ini menjadikan kelas berisik dan guru tidak dapat mengendalikan kelas.

Poin terakhir ini cukup penting. Sebetulnya, dalam kelas yang menggunakan SCM yang efektif, guru telah merencanakan isi semua aktivitas, telah mengalokasikan waktu yang terbatas buat mereka, dan telah mempersiapkan mereka dalam konteks penggunaan bahasa yang sesuai dengan model yang disiapkan oleh guru. Guru tidak selalu menjadi pusat perhatian, tetapi tetap berfungsi sebagai pengendali kegiatan belajar murid.

4. Tips Sukses Penggunaan SCM

a. mengubah paradigma guru menjadi fasilitator pembelajaran,

b. komitmen guru dalam menyediakan waktu dan tenaga untuk membelajarkan peserta didik tentang berbagai materi pengetahuan,

c. kesediaan guru untuk mencoba menerapkan pendekatan baru dalam mengelola kelas, dan melihat secara kritis usaha penerapan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik,

d. inisiatif guru untuk bergabung dengan kelompok masyarakat pengembang strategi pembelajaran yang berfokus pada peserta didik.

II. Penutup

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan:

- Peranan baru yang pertama bagi guru yang menerapkan kegiatan pembelajaran yang berfokus kepada peserta didik adalah (1) memahami dan mengetahui secara jelas kearah mana peserta didik secara kognitif dikehendaki akan berkembang. Dalam hal ini, guru hendaknya mengetahui tingkat kemampuan berpikir yang dituntut untuk dikembangkan oleh peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung, (2) menggunakan analogi dan metafor, (3) mengembangkan mekanisme yang tidak berbahaya dan juga tidak menakutkan untuk terjadinya dialog tidak langsung antara guru dan peserta didik.

- Peranan guru yang kedua adalah mengembangkan pertanyaan yang bersifat "memaksa" peserta didik untuk menguraikan apa yang sebenarnya sedang mereka pelajari. Hendaknya guru benar-benar menghindarkan pertanyaan, seperti "Apakah ada pertanyaan?". Guru hendaknya juga memberikan berbagai kesempatan kepada peserta didik untuk membuat kesimpulan/dan atau menjelaskan materi yang baru saja selesai dibahas. Peserta didik juga haruslah dikondisikan untuk mengajukan pertanyaan yang bersifat penetrasi.

- Peranan ketiga dari guru adalah menggunakan alat/sarana visual untuk membantu peserta didik agar dapat "melihat" bagaimana informasi dapat dihubungkan dan mengajarkan kepada peserta didik cara-cara penggunaan sarana/alat visual.

- Peranan keempat yaitu mendorong pembentukan kelompok-kelompok belajar dan memfungsikannya. Kelompok belajar dapat dibentuk dalam berbagai bentuk tergantung pada besarnya kelas, mata pelajaran, dan pendapat/pemikiran guru.

 

v Penulis adalah widyaiswara madya pada Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan

 

DAFTAR PUSTAKA

 

S. Karim A. Karhami. "Mengubah Wawasan & Peran Guru dalam Era Kesejagatan" dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 035- Maret 2002, dalam situs:

http://www.depdiknas.go.id/Jurnal.35/editorial35.htm.

Soenjono Dardjowidjojo. 2000. "Pengajaran, Pembelajaran, dan Pemerolehan Bahasa Asing" dalam Kajian Serba Linguistik: Untuk Anton Moeliono Pereka Bahasa. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Sumarsono, Prof. DR., M.Ed. 1999 "Peranan Guru sebagai Lingkungan Belajar Bahasa Kedua".

http://www.nclrc.org/essentials/goalsmethods/guidelines.htm

http://www.ferris.edu/fctl/Teaching_and_Learning_Tips/Learner-Centered%20Teaching/indexLCTeaching.htm

http://www.nclrc.org/essentials/goalsmethods/learncentpop.html

Palopo Pos, Edisi Senin 26 Oktober 2009, Strategi Pembelajaran Menyenangkan Siswa

Prof Dr Roy Sembel/Sandra Sembel: "Cara Cerdas Belajar Bahasa Asing". 
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0802/26/eko08.html, diakses 13 Maret 2008.

Saifullah Kamali, H. ,Drs., Lc., M. Hum., 2006, "Penggunaan Media, Alat Peraga, Dan Teknologi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab" bahan ajar Diklat Guru Bahasa Arab.

Saifullah Kamali, H., Drs., Lc., M. Hum., 2006, "Menciptakan Lingkungan Pembelajaran Bahasa Arab" bahan ajar Diklat Guru Mata Pelajaran Bahasa Arab.

Saifullah Kamali, H., Drs., Lc., M. Hum., 2008, "Kajian Dan Analisis Terhadap Penerapan Model-Model Pembelajaran Bahasa Arab Di Madrasah Tsanawiyah" bahan ajar Diklat Guru Bahasa Arab.

 

 

 

 

 
Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI