53% Wanita Lebih Banyak Terjangkit GERD Dibanding Pria

16 Agt 2024
53% Wanita Lebih Banyak Terjangkit GERD Dibanding Pria
Webinar nasional yang mengupas tuntas penyakit GERD dengan tema Upgrade Your Food to Prevent GERD yang diselenggarakan DWP Balai Diklat Keagamaan Banjarmasin di Banjarmasin, Jumat (16/8/2024).

Banjarmasin (Balitbang Diklat)---Ahli Spesialis Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin dr. Diah Sukmawati Hidayah, Sp.PD. menyebutkan hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa dari 116 orang yang diteliti, sebanyak 88 pasien menderita kerusakan mukosa. Usia terbanyak yang terkena adalah di atas 50 tahun sebanyak 47% dan di bawah 50 tahun sebanyak 24%. Jenis kelamin wanita lebih banyak dibandingkan pria, yaitu sebanyak 53%.

 

Diah menyampaikan hal tersebut pada acara Silaturahmi dan Webinar Nasional yang diselenggarakan DWP Balai Diklat Keagamaan Banjarmasin di Aula BDK Banjarmasin, Jl. A Yani, Landasan Ulin, Banjar Baru, Kalimantan Selatan. Acara ini juga diikuti oleh seluruh ketua dan pengurus DWP di lingkungan Balitbang Diklat se-Indonesia.

 

Pada webinar nasional yang mengupas tuntas penyakit GERD dengan tema Upgrade Your Food to Prevent GERD tersebut, Diah menyebutkan bahwa Gastroesophageal Reflux Disease atau GERD adalah penyakit akibat kembalinya asam lambung dari lambung ke kerongkongan, sehingga menimbulkan sensasi seperti tercekik dan terbakar.

 

“GERD tidak sama dengan asam lambung atau maag. Maag itu adalah asam atau keluhan radang di lambung,” ujar Diah di Banjarmasin, Jumat (16/8/2024).

 

Menurut Diah, maag sama dengan gastritis atau peradangan lambung, dan itu hanya bisa dibuktikan dengan endoskopi. Jadi, kata Diah, kalau ada yang bilang maag tetapi belum pernah diendoskopi, berarti belum tentu itu maag.

 

Dalam webinar yang dipandu Maria Ulfah tersebut, Diah menyebutkan bahwa GERD bukan penyakit keturunan, tetapi murni masalah pola hidup atau gaya hidup. “Penyakit GERD bisa sembuh dan terlepas dari ketergantungan obat. Kalau ada yang mengatakan sebaliknya, itu adalah mitos," imbuhnya.

 

“GERD merupakan keadaan melemahnya lower esophageal sphincter (LES) yang menyebabkan terjadinya refluks cairan asam lambung ke dalam esofagus,” sambung Diah.

 

Yang menarik menurut Diah, stres menjadi salah satu pemicu terjadinya penyakit GERD. Selain itu, juga LES yang semakin lemah mudah sekali kendur, sehingga asam lambung menjadi naik.

 

Secara umum, gejala penderita GERD, kata Diah, lebih banyak pada rasa terbakar di dada, makanan yang berbalik, nyeri perut, batuk, nyeri atau sulit saat menelan, sesak, dan makanan yang masuk ke saluran pernapasan. Untuk pengobatan penyakit GERD ini tidak harus melalui endoskopi terlebih dahulu, tetapi bisa melalui pengobatan yang disarankan dokter.

 

Terapi yang bisa dilakukan pada penderita GERD di antaranya menurunkan berat badan jika obesitas atau menjaga berat badan sesuai ideal. Selain itu, meninggikan kepala 15-20 cm atau menjaga kepala agar tetap elevasi saat berbaring juga dapat membantu.

 

“Makan malam paling lambat 2-3 jam sebelum tidur, serta menghindari makanan yang dapat merangsang GERD seperti cokelat, minuman mengandung kafein, alkohol, dan makanan berlemak, asam, dan pedas,” pungkasnya.

 

Webinar ini oleh ratusan anggota DWP Balitbang Diklat se-Indonesia. Menurut Ketua DWP BDK Banjarmasin, Irma Khaeroni, pihaknya memiliki agenda rutin yang selalu dilakukan, di antaranya pertemuan bulanan yang diisi dengan berbagai kegiatan seperti pelatihan kelas kecantikan, pengajian ceramah keagamaan, praktik memasak, bakti sosial, dan kegiatan lainnya. (Barjah/bas/sri)

   

 

 

Penulis: Barjah
Sumber: Barjah
Editor: Abas dan Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI