Trilogi Baru Kerukunan: Menag Dorong Harmoni Antarmanusia, Alam, dan Tuhan

Tangerang (BMBPSDM)---Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia Nasaruddin Umar mengajak seluruh elemen bangsa untuk memperluas makna kerukunan menuju dimensi yang lebih utuh dan mendalam. Ia menekankan perlunya memulai babak baru dalam merawat harmoni bangsa melalui Trilogi Kerukunan Jilid Dua, yang mencakup relasi manusia dengan sesama, alam semesta, dan Tuhan.
“Selama ini, trilogi kerukunan mencakup relasi antarumat beragama, internal umat, dan hubungan umat dengan pemerintah. Sekarang saatnya kita naik tingkat—membangun kerukunan manusia, alam, dan Tuhan,” ujar Menag saat membuka Silaturahmi Nasional Forum Kerukunan Umat Beragama (Silatnas FKUB) di Tangerang, Rabu (6/8/2025).
Menag menegaskan bahwa agama sejatinya adalah kekuatan pemersatu, bukan pemicu perpecahan. Ia mengibaratkan agama seperti energi nuklir—dapat menjadi sumber kemaslahatan luar biasa jika diarahkan secara bijak, namun bisa berubah menjadi kekuatan destruktif bila disalahgunakan.
“Agama harus menjadi faktor sentripetal, bukan sentrifugal. Kerukunan tidak cukup hanya diatur secara formal, tapi harus lahir dari kesadaran batin—sebuah state of mind yang menjadikan keberagaman sebagai kekayaan, bukan ancaman,” tegasnya.
Menag juga mendorong penguatan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) dan konsep ekoteologi sebagai pendekatan spiritual yang memuliakan alam. “Kita harus mulai melihat alam bukan sebagai objek, tapi sebagai bagian dari diri spiritual kita,” imbuhnya.
Senada dengan itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Kamaruddin Amin menekankan pentingnya komunikasi lintas iman yang terbuka dan sistematis sebagai kunci pencegahan konflik sosial, khususnya terkait pendirian rumah ibadah.
“Bukan perbedaan keyakinan yang memicu ketegangan, melainkan kurangnya ruang dialog dan miskomunikasi,” jelasnya.
Kemenag kini memperkuat sistem Early Warning System berbasis relasi sosial, dengan FKUB sebagai simpul utama dalam menjaga harmoni masyarakat. Sekjen juga mengingatkan pentingnya rekonsiliasi dan pengampunan sebagai kekuatan moral bangsa.
“Negara ini tak cukup dengan regulasi. Ia butuh keteladanan, dan para tokoh agama adalah suluh moral bagi masa depan Indonesia,” tutur Kamaruddin.
Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari sejumlah kementerian dan lembaga, antara lain Irjen Pol. Ahmad Nur Wahid mewakili Menko PMK, Bahtiar Baharuddin mewakili Menteri Dalam Negeri, dan Cecep Agus Supriyanta dari Kemenko Polhukam.
Tampak pula tokoh-tokoh dari berbagai majelis agama, seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), dan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin).
Turut hadir para pejabat eselon I Kementerian Agama, termasuk Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM), Muhammad Ali Ramdhani, serta 350 peserta dari FKUB se-Indonesia dan para Kepala Kanwil Kemenag Provinsi.
(Zakiatu Husnil Fuada Hara