ANDRAGOGI DALAM KEDIKLATAN SEBAGAI FENOMENA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PEGAWAI
Oleh : Monica Henny
Abstraksi:
Pembelajaran pada kediklatan melibatkan orang dewasa yang telah memiliki pekerjaan, yang diupayakan untuk ditingkatkan kualitasnya. Berbagai jenis kediklatan diselenggarakan baik oleh lembaga pemerintah maupun swasta.
Lembaga kediklatan berperan untuk meningkatkan kualitas peserta diklat. Berbagai teknik akan diupayakan untuk membuat peserta diklat senang, nyaman, antusias mengikuti diklat. Perubahan serta peningkatan para peserta diklat setelah mengkuti diklat sangat diharapkan, untuk itu satu diantaranya dengan menghargai peserta sebagai pribadi dengan aneka kemampuan.
Proses pembelajaran selama mengikuti kediklatan perlu mendapatkan perhatian dengan serius. Mengingat peserta diklat adalah orang dewasa, maka andragogi sungguh tepat diterapkan.Proses pembelajaran yang menarik, menyenangkan, nyaman sungguh dinantikan agar berbagai pengetahuan, keterampilan yang didapat selama diklat dapat diimplementasikan pada lembaga mereka berkarya. Andragogi sebagai ilmu yang relevan untuk digunakan pada kediklatan, untuk meningkatkan kualitas pegawai, serta memajukan lembaga dimana mereka berkarya.
Kata kunci: andragogi, diklat, kualitas pegawai
ABSTRACT:
Learning on the training and education involving adults who already have a job , which sought to improve its quality . Various types of training and education held by both government and private institutions .
Training and education institutions contribute to improving the quality of training participants . Various techniques will be pursued to make the training participants happy , comfortable , enthusiastic following the training . Changes as well as increased training participants after the training is expected obeying , for the one of them with respect as an individual participant with various capabilities .
The learning process during the training and education needs to be addressed seriously . Given the training participants are adults , it really right Andragogy applied . The learning process interesting , fun , comfortable really anticipated that a range of knowledge , skills acquired during training can be implemented in their organizations work . Andragogy as the science relevant for use in training and education , to improve the quality of employees , as well as advancing the institution where they work .
Keywords : Andragogy , training , employee quality
- Pendahuluan
Manusia dilahirkan sebagai mahluk individu, social, serta mahkluk Tuhan. Belajar berarti memfungsikan hidup, orang yang tidak belajar berarti telah kehilangan hidupnya sebagai manusia, karena hidup manusia bukan hanya sebagai individu tetapi juga berinteraksi dengan sesama, dengan antar generasi dan kehidupan secara universal. Kesadaran bahwa belajar adalah proses menjadi dirinya sendiri () bukan proses untuk dibentuk () menurut kehendak orang lain. Kegiatan belajar harus melibatkan individu atau dalam proses pemikiran: apa yang mereka inginkan, apa yang dilakukan, menentukan dan merencanakan serta melakukan tindakan apa saja yang perlu untuk memenuhi keinginan tersebut.
Pendidikan adalah menolong orang belajar bagaimana memikirkan diri mereka sendiri, mengatur urusan kehidupan mereka sendiri untuk berkembang dan matang, dengan mempertimbangkan bahwa mereka juga sebagai makhluk sosial. Menurut Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi.
Kegiatan belajar yang melibatkan individu atau client dalam proses menentukan apa yang mereka inginkan, apa yang akan dilakukan, adalah beberapa prinsip dari teori belajar Andragogi. Teori belajar Andragogi sering juga disebut dengan teori belajar orang dewasa. Pembahasan ini tentang Teori Belajar Andragogi dengan berbagai yang bermanfaat untuk diterapkan dalam dunia pembelajaran kediklatan. Seberapa besar pengaruh pembelajaran andragogi dalam kediklatan?
B. Pembahasan
1. Pengertian Teori Belajar Andragogi
Andragogi (Andragogy) berasal dari kata Yunani ”andr” atau ”aner” yang berarti orang dewasa, dan agogi (agogy) yang juga berasal dari kata Yunani ”agogus” berarti ”memimpin/membimbing”. Agogi berarti ”aktivitas memimpin/membimbing” atau ”seni dan ilmu mempengaruhi orang lain”.
Andragogi menurut UNESCO :
“Istilah pendidikan orang dewasa berarti keseluruhan proses yang diorganisasikan, apapun isi, tingkatan dan metodenya, baik formal maupun tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan pendidikan semula di sekolah, kolese atau universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi atau profesionalitasnya dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam perkembangan sosial, ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas.”
Andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada pembelajar itu sendiri dan bukan (Learner Centered Training/Teaching).
2. Asumsi-Asumsi Pokok Teori Belajar Andragogi
Malcolm Knowles (1970) dalam mengembangkan konsep andragogi, ada empat pokok asumsi sebagai berikut:
a. Konsep Diri: Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak dari ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri (Self Determination), mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction).
b. Peranan Pengalaman: Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Individu mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman suka dan duka kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber belajar yang demikian kaya, dan pada saat yang bersamaan individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru. "Experiential Learning Cycle" (Proses Belajar Berdasarkan Pengalaman). Hal in menimbulkan implikasi terhadap pemilihan dan penggunaan metoda dan teknik pelatihan.
c. Kesiapan Belajar : Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang seiring dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya. Orang dewasa siap belajar sesuatu karena tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi dalam peranannya sebagai pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi.
d. Orientasi Belajar: Orang dewasa mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). Bagi orang dewasa, belajar lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam waktu segera setelah mengikuti diklat..
3. Andragogi dan Psikologi Perkembangan
Orang dewasa sebagai peserta diklat yang sudah tumbuh kematangan konsep dirinya timbul kebutuhan psikologi yang mendalam yaitu keinginan dipandang dan diperlakukan orang lain sebagai pribadi utuh yang mengarahkan dirinya sendiri. Sesuai teori Peaget (1959) mengenai perkembangan psikologi, dari kurang lebih 12 tahun ke atas individu sudah dapat berfikir seperti orang dewasa yaitu dalam istilah dia sudah mencapai perkembangan pikir formal operation. Dalam tingkatan perkembangan ini individu sudah dapat memecahkan segala persoalan secara logik, berfikir secara ilmiah, dapat memecahkan masalah-masalah verbal yang kompleks atau secara singkat sudah tercapai kematangan struktur kognitifnya. Dalam periode ini individu mulai mengembangkan pengertian akan diri (self) atau identitas (identitiy) yang dapat dikonsepsikan terpisah dari dunia luar di sekitarnya.
Pembelajaran yang diberikan kepada orang dewasa dapat efektif (lebih cepat dan melekat pada ingatannya), bilamana pembimbing (pelatih, pengajar, fasilitator, instruktur) mengurangi banyak bicara, namun mengupayakan agar orang dewasa itu mampu menemukan alternatif-alternatif untuk mengembangkan kepribadian mereka. Orang dewasa pada hakikatnya adalah makhluk yang kreatif, bilamana seseorang mampu menggerakkan potensi yang ada dalam diri mereka. Di samping itu, orang dewasa dapat dibelajarkan lebih aktif apabila mereka merasa ikut dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran, terutama apabila mereka dilibatkan memberi sumbangan pikiran dan gagasan yang membuat mereka merasa berharga dan memiliki harga diri di depan sesama temannya.
Sifat belajar bagi orang dewasa adalah bersifat subjektif dan unik, maka segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, teori, sistem nilainya perlu dihargai. Namun demikian, pembelajaran orang dewasa perlu mendapatkan kepercayaan dari pembimbingnya, dan pada akhirnya mereka harus mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri.
4. Strategi dalam menerapkan Andragogi
Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian untuk mempraktikkan Andragogi adalah sebagai berikut:
1) Pengaturan Lingkungan Fisik, Sosial dan Psikologi:Pengaturan lingkungan merupakan salah satu unsur dimana orang dewasa merasa diterima, dihargai, bersahabat, demokratis, terbiasa, aman, nyaman dan mudah. Untuk itu perlu dibuat senyaman mungkin:
2) Diagnosis Kebutuhan Belajar: Dalam andragogi tekanan lebih banyak diberikan pada keterlibatan peserta pelatihan di dalam suatu proses melakukan diagnosis kebutuhan belajarnya.
3) Proses Perencanaan: Dalam perencanaan pelatihan hendaknya melibatkan semua pihak terkait, terutama yang akan terkena dampak langsung atas kegiatan pelatihan tersebut.Mereka akan merasacommitted terhadap suatu keputusan apabila mereka terlibat dan berperanserta dalam pengambilan keputusan.
4) Memformulasikan Tujuan: Setelah menganalisis hasil-hasil identifikasi kebutuhan dan permasalahan yang ada, langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan yang disepakati bersama dalam proses perencanaan partisipatif.
5) Mengembangkan Model Umum: Ini merupakan aspek seni dan arsitektural dari perencanaan pelatihan dimana harus disusun secara harmonis antara beberapa kegiatan belajar seperti kegiatan diskusi kelompok besar, kelompok kecil, urutan materi dan lain sebagainya.
6) Menetapkan Materi dan Teknik Pembelajaran: Dalam menetapkan materi dan metoda atau teknik pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Materi pelatihan atau pembelajaran hendaknya ditekankan pada pengalaman-pengalaman nyata dari peserta pelatihan, serta sesuai dengan kebutuhan;
b) Metoda dan teknik yang dipilih hendaknya yang mengaktifkan peserta , dan memadukan berbagai metode pembelajaran.
C. Kesimpulan:
Adragogi dapat diterapkan pada pembelajaran kediklatan karena peserta diklat adalah pribadi-pribadi yang matang, dapat mengarahkan diri mereka sendiri, mengerti diri sendiri, dapat mengambil keputusan untuk sesuatu yang menyangkut dirinya.
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila secara penuh ambil bagian dalam kegiatan kediklatan, mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuan, kemampuan dan keterampilannya. Melalui pembelajaran andragogi, dengan harapan peserta merasa nyaman dan aman untuk tetap semangat mengikuti kegiatan, dan kembali ke tempat tugas, membawa pengalaman dan pengetahuan yang bermanfaat untuk dapat dikembangkan.
Daftar Pustaka:
Arif, Zainuddin. (1994). Andragogi. Bandung: Angkasa.
Asmin, Konsep dan Metode Pembelajaran Untuk Orang Dewasa (Andragogi),http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/34/konsep_dan_metode_pembelajaran.htm, Diakses tanggal 11 Maret 2014.
Knowles, Malcolm S. (1970). "The modern practicsof adult education,andragogy versus ". New York : Association Press.
Lunandi, A, G. (1987). Pendidikan orang dewasa. Jakarta: Gramedia.
M. Thoyib. (2006). Memfasilitasi Pelatihan Partisipatif (Pengantar Pendidikan Orang Dewasa), http://depsos.go.id/modules.php?name=News&file =print&sid=209, diakses tanggal 1 Februari 2014.
Piaget, J. (1959). "The growth of logical thinking from childood fo adolescence. New York : Basic Books.
Sudarwan,2012,Pedagogi,andragogi,heutagogi, Bandung: Alfabeta
Tamat, Tisnowati. (1984). Dari Pedagogik ke Andragogik. Jakarta: Pustaka Dian.