Siapkan SDM Unggul, Kemenag Luncurkan Strategi Pelatihan Demi Wujudkan Masyarakat Rukun, Maslahat, dan Cerdas

Bogor (BMBPSDM)---Profesionalisme sumber daya manusia (SDM) Kementerian Agama dalam konteks birokrasi modern menjadi kunci dalam mewujudkan layanan publik yang kompetitif. Dalam upaya mendukung visi Kemenag 2025, yaitu terwujudnya masyarakat yang rukun, maslahat, dan cerdas, berbagai strategi penguatan kapasitas SDM terus didorong, salah satunya melalui pelatihan berbasis teknologi dan adaptif terhadap dinamika sosial.
Hal tersebut disampaikan Plh. Sekretaris Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Kemenag RI M. Sidik Sisdiyanto dalam Pelatihan Kerukunan Umat Beragama (KUB) Angkatan II yang diselenggarakan Balai Diklat Kegamaan (BDK) Bandung di Bogor, Rabu (9/7/2025). Kegiatan ini diikuti 30 peserta dari unsur penyuluh dan Lembaga Kerukunan Umat Beragama Desa Pabuaran serta 30 pembina kemasjidan dari Kabupaten Karawang secara hybrid.
Menurut Sidik, kata kunci rukun sangat relevan dalam konteks kebhinnekaan Indonesia. “Rukun lahir dari kesadaran akan toleransi dan kesetaraan,” tegasnya. Sementara itu, maslahat dimaknai sebagai hadirnya nilai-nilai agama dalam praktik yang bermanfaat, dan cerdas dilihat dari kemampuan adaptif SDM dalam mengelola potensi konflik dan melahirkan keputusan untuk kebaikan bersama.
Sidik juga menekankan peran penting pranata sosial keagamaan seperti masjid dalam membentuk masyarakat harmonis, sejalan dengan nilai-nilai Asta Protas Kemenag --delapan program prioritas Kementerian Agama yang menjadi fondasi reformasi birokrasi berdampak.
Sebelumnya, Kepala Balai Diklat Keagamaan (BDK) Bandung Agus Nasihatul Ahyar menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari dukungan terhadap implementasi Asta Protas dan penguatan agenda agama yang berdampak di tengah masyarakat. Ia menambahkan bahwa tantangan SDM Kemenag hari ini adalah mendorong profesionalisme melalui penguasaan kompetensi manajerial, teknis, dan sosial-kultural.
“Oleh karena itu, terobosan dalam layanan pelatihan menjadi penting, salah satunya melalui adaptasi dengan teknologi informasi. Kita perlu kembangkan model pelatihan daring, blended learning, dan MOOC untuk pemerataan akses, penguatan SDM pelatihan, penjaminan mutu, dan perluasan sasaran,” ujar Agus.
Pelatihan KUB dan Manajemen Kemasjidan ini menjadi contoh nyata dari pelaksanaan strategi pelatihan berbasis kebutuhan lokal, yang menyasar penguatan kompetensi aktor-aktor kunci kerukunan umat beragama di tingkat akar rumput. Dengan SDM yang mumpuni dan strategi pelatihan yang inovatif, Kemenag optimis dapat mendorong kehidupan keagamaan yang inklusif dan bermartabat.