Angklung Iringi Pembukaan KMBAAA di Bandung

21 Des 2023
Angklung Iringi Pembukaan KMBAAA di Bandung
Dari kiri ke kanan: Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Wamenag Saiful Rahmat Dasuki, Kaban Litbang Diklat Amien Suyitno, Dubes Arab Saudi H.E. Faisal Abdullah H Amodi, dan Sesban Arskal Salim, saat membunyikan angklung tanda dibukanya secara resmi KMBAAA di Bandung, Jawa Barat, Rabu (20/12/2023). (Foto: Balitbang Diklat/Nando)

Bandung (Balitbang Diklat)---Ada yang menarik saat pembukaan Konferensi Moderasi Beragama Asia Afrika dan Amerika Latin (KMBAAA) yang diinisiasi Balitbang Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia di Bandung, Jawa Barat, Rabu (20/12/2023) kemarin.

 

Dalam kegiatan dihadiri para duta besar negara sahabat dan tamu undangan dari mancanegara ini, angklung dipilih sebagai penanda dibukanya secara resmi perhelatan internasional perdana terkait Moderasi Beragama.

 

Di panggung utama, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Wamenag Saiful Rahmat Dasuki, Kaban Litbang Diklat Amien Suyitno, Sesban Arskal Salim, dan para duta besar membunyikan angklung tanda dibukanya secara resmi KMBAAA di Bandung, Jawa Barat, Rabu (20/12/2023).

 

Permainan angklung yang dimainkan dalam KMBAAA ternyata merujuk pada (Konferensi Asia Afrika) KAA tahun 1955 silam. Saat itu, angklung juga dimainkan oleh Presiden Soekarno (Bung Karno) dan tamu lainnya. Penampilan para pemimpin negara Asia Afrika saat itu menjadi momen pertunjukan angklung yang mendunia.

 

Dalam catatan sejarah, ada sosok penting yang terjun langsung dalam memperkenalkan angklung kepada seluruh delegasi dari negara-negara peserta Konferensi Asia-Afrika tahun 1955. Dialah Daeng Soetigna, guru dari Mang Udjo Ngalagena.

 

Momen itu kemudian dikenal sebagai pertunjukan angklung yang pertama kali mendunia. Angklung jadi dikenal sebagai alat musik tradisional dari Indonesia. Bung Karno dan pemimpin negara Asia-Afrika yang hadir turut memainkan angklung dengan arahan Bapak Daeng. Beliau yang memberi kode tangga nada kepada para pemimpin dunia pada permainan angklung.

 

Pada momen bersejarah itu, angklung menyatukan para pemimpin negara peserta dan menciptakan perdamaian melalui kerja sama yang kompak. Angklung menjadi simbol persatuan dan kesatuan negara-negara peserta Konferensi Asia-Afrika. Hingga sekarang, angklung menjadi identik dengan momen bersejarah ini. Angklung tidak bisa dipisahkan Daeng Soetigna dari Konferensi Asia-Afrika.

 

Angklung juga diakui UNESCO sebagai warisan dunia takbenda pada 2010 lalu. Di situs resminya, komite UNESCO mengadakan pertemuan Fifth Session of the Intergovernmental Committee (5.COM) di Nairobi, Kenya, pada 15-19 November 2010. Dalam pertemuan itu, Indonesia mengusulkan angklung masuk Daftar Perwakilan Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity).

 

KMBAAA menggelar Plenary Sessions yang menghadirkan sejumlah narasumber. Untuk sesi pertama, Prof Nahlah Al-Shoaidy, Penasihat Utama Shekh Al-Azhar, Mesir.

 

Untuk sesi kedua, Mahamahopadhyaya Bhadreshdas Swami (Tokoh Hindu, India), Prof. Samir Boudinar (Tokoh Moderate Muslims, Maroko) dan Ven. Napan Santibhaddo (Tokoh Moderate Buddhists, Thailand), Prof. Haiming Wen (Tokoh dan intelektual Konfusianisme, Cina, dan Matius Ho (Leimena Intitute).

 

Konferensi internasional yang dihadiri Kakanwil Kemenag se-Indonesia, Rektor PTKIN, dan pejabat eselon II dan III3 di lingkungan Balitbang Diklat ini dijadwalkan selama tiga hari, Rabu-Jumat, 20-22 Desember 2023. (Ova/bas/sri)

   

 

Penulis: Musthofa Asrori
Sumber: Musthofa Asrori
Editor: Abas dan Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI