Arah Baru OJS Balitbang Diklat, Utamakan Kualitas Daripada Kuantitas

20 Nov 2023
Arah Baru OJS Balitbang Diklat, Utamakan Kualitas Daripada Kuantitas
Sesban Arskal Salim pada kegiatan Koordinasi Pengelolaan Open Journal System (OJS) di lingkungan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, bekerjasama dengan Rumah Jurnal UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, pada 20 Sampai 22 November 2023.

Yogyakarta (Balitbang Diklat)---Beberapa tahun belakangan ini, Balitbang Diklat sudah menggunakan dan mengembangkan Open Journal Systems (OJS).  Aplikasi perangkat lunak tersebut merupakan sumber terbuka untuk mengelola dan menerbitkan jurnal ilmiah secara online.

 

“Terdapat 30 jurnal di lingkungan Balitbang Diklat. Dari 30 jurnal tersebut, yang dianggap berkualitas yaitu lima jurnal dengan Sinta 2, dan tiga jurnal dengan Sinta 3. Selebihnya, kita perlu memikirkan kualitas daripada kuantitas, karena itu juga menjadi titik tekan arahan pimpinan” ujar Sekretaris Badan (Sesban) Litbang dan Diklat Prof. Arskal Salim, di Yogyakarta, Senin (20/11/2023). 

 

Arskal menyampaikan hal tersebut pada kegiatan Koordinasi Pengelolaan Open Journal System (OJS) di lingkungan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, bekerjasama dengan Rumah Jurnal UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, pada 20 Sampai 22 November 2023.

 

Menurut Arskal, dari OJS yang di luar Sinta 2 dan Sinta 3 tersebut, sisanya masih tertatih-tatih. Ini yang ingin kita terus tingkatkan kualitasnya, atau dengan pertimbangan dan berbagai opsi, apakah akan di-merger atau dikerjasamakan dengan pihak lain, seperti kampus yang jurnalnya sudah terindeks Scopus.

 

“Kegiatan ini sebagai proses evaluasi, sekaligus refleksi untuk para pengelola jurnal di seluruh unit Pusat maupun UPT BDK dan BLA, apakah kita mau lanjut, ataupun mundur dengan melakukan merger,” kata Arskal.

 

Oleh karena itu, lanjut Arskal, para pengelola jurnal diharapkan dapat merumuskan kesepakatan, karena kita juga tidak mewajibkan satu institusi harus memiliki satu jurnal, kalau memang realitasnya kita tidak sanggup mengelolanya. Solusinya, di-merger kemudian kolaborasi dengan pihak-pihak kampus.

 

“Termasuk juga kita akan memperhitungkan SDM yang selama ini kita berikan beban dalam pengelolaan OJS. Hal lainnya yang terpenting juga adalah skema besarnya, grand design, dan tatanan dari sistem yang kita miliki, yaitu domain dan servernya yang dimiliki,” ucapnya. 

 

Sebelumnya, penanggungjawab sistem informasi, Rahmatillah Amin dalam laporannya mengatakan, kegiatan ini diikuti sebanyak 40 peserta terdiri dari para pranata komputer dan pegawai yang mengelola OJS dari lingkungan Balitbang Diklat, satu orang dari BKKBN, dan lima orang dari UIN yang memiliki OJS yang sudah terindeks Scopus.

 

“Alasan menghadirkan para pengelola jurnal dari UIN tersebut, kita ingin mengggali pengalamnnya bagaimana pengelolaan jurnal sampai terindeks Scopus, bahkan sudah sampai Q1, karena itu adalah predikat Scopus tingkat paling tinggi,” ungkap Rahmatillah. (Barjah/bas/sri)

   

 

Penulis: Barjah
Sumber: Barjah
Editor: Abas dan Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI