Awal Tahun 2017, Puslitbang Penda Helat Dua Agenda
Tangerang Selatan (8 Maret 2017). Puslitbang Pendididikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama pada awal tahun 2017 menyelenggarakan dua kegiatan sekaligus. Dua agenda tersebut adalah seminar bertajuk “Menangkal Sikap Intoleransi di Madrasah” dan lokakarya (workshop) Modul Dialog Lintas Guru Pendidikan Agama.
Dua agenda yang dijadwalkan selama tiga hari, Rabu-Jumat, 8-10 Maret 2017 ini dihelat di Hotel Soll Marina Serpong, Tangerang Selatan. Lebih dari 100 peserta ambil bagian dalam acara tersebut. Mereka terdiri dari para akademisi, pemerhati dan praktisi pendidikan, serta peneliti dan stakeholder Puslitbang Penda.
Dalam kegiatan ini, Puslitbang Penda ingin membangun paradigma guru-guru di madrasah agar menanamkan sikap toleransi di tengah maraknya isu intoleran yang sedang menjamur dan pada akhirnya merusak kebhinekaan.
Hal ini selaras dengan pernyataan Kepala Puslitbang Penda, Amsal Bakhtiar, yang sangat mengapresiasi kegiatan konstruktif ini. Dalam sambutannya, Amsal mendeskripsikan bahwa kegiatan ini adalah hasil dari rentetan riset yang dilakukan sebelumnya secara simultan dan berkesinambungan.
“Acara ini merupakan bagian dari pengembangan penelitian sebelumnya. Kita melihat NKRI ini tidak berdiri di atas sikap intoleran. Semangat juang yang dibangun para pahlawan kita adalah negara kesatuan yang toleran. Perlu kita pahami bahwa negara Indonesia adalah negara besar,” ujarnya mengawali sambutan di Hotel Soll Marina Serpong, Tangerang Selatan, Rabu (8/3).
Amsal menambahkan, dengan penuh komitmen dan semangat membangun NKRI tanpa kekerasan dan sikap intoleran, bahwa masyarakat Indonesia itu memiliki beraneka ragam suku, budaya, kultur, dan agama.
“Negara Indonesia ini masyarakatnya multikultur, majemuk, dan heterogen. Semuanya duduk berdampingan. Sudah sepatutnya kita aplikasikan dalam beragama dan bernegara. Nah, ini yang harus kita tanamkan dalam mindset kita. Indonesia ini banyak agama, dan agama yang banyak ini bukan menjadi faktor pemicu retaknya bangsa dan negara kita,” tandasnya.
Harapan besar Puslitbang Penda menyelenggarakan kegiatan ini adalah untuk mencetak para guru di madrasah agar memahami makna toleransi secara komprehensif. Dengan pemahaman utuh tersebut, toleransi bisa diterapkan di sekolah dan di masyarakat luas demi tegaknya NKRI yang beragam etnis, suku bangsa, kultur, dan budaya.
“Saya teringat dan sependapat dengan tulisan Pak Alamsyah bahwa agama itu pemersatu. Ini sudah terbukti di kalangan para ulama dan pemuka agama lainnya. Di dalam Islam, misalnya, banyak sekali mazhab. Tetapi sampai hari ini masih tetap rukun dan damai. Karena di kalangan ulama dan para pengikutnya sangat menjunjung tinggi toleransi,” ujar Amsal.
Ia berharap, tradisi dialog lintas tersebut bisa ditularkan kepada anak didik di sekolah. “Bila perlu kita mengadakan lomba kerukunan umat beragama yang mewakili dari setiap agama, cerdas cermat, dan lain sebagainya yang merujuk pada nilai-nilai toleransi dalam kehidupan beragama,” pungkasnya. (Andi Subhan/bas/diad)