Badan Litbang dan Diklat Melahirkan Tiga Profesor Riset dari BLA Makassar
Makassar (15 November 2018). Badan Litbang dan Diklat Melahirkan Tiga Profesor Riset dari BLA Makassar. Arifuddin Ismail merupakan peneliti terakhir yang menyampaikan orasi ilmiah setelah Hamdar Arraiyyah dan Abdul Kadir Ahmad pada perhelatan pengukuhan profesor riset. Kegiatan ini merupakan kerja sama antara Kementerian Agama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Arifuddin Ismail, peneliti dari Balai Litbang Agama (BLA) Makassar berhasil meraih gelar profesor riset setelah menyampaikan orasi ilmiah berjudul Radikalisme Dalam Masyarakat Islam Indonesia: Solusi Alternatif Pencegahannya Melalui Pesantren.
“Orasi ini membahas radikalisme di Indonesia. Radikalisme berpengaruh pada kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk kehidupan keagamaan dan kehidupan sosial,” kata Arifuddin di Phinisi Ballroom, Claro Hotel Makassar, Kamis (15/11).
Oleh karena hal tersebut, penelitian Arifuddin dalam Bidang Agama dan Tradisi Keagamaan menawarkan solusi alternatif pencegahan radikalisme melalui pesantren pengusung Islam Moderat. Pesantren yang menjadi pilihan adalah Pesantren Salfiyah, karena telah melakukan pendalaman ajaran agama dengan kultur keilmuan yang komprehensif, serta mengondisikan karakter Islam dengan akhlak al-karimah.
Pesantren memiliki peran dalam membentuk mentalitas santri. Pola hidup di pesantren berbeda dengan pola hidup di luar pesantren. Maka pesantren sangat memungkinkan menjadi tumpuan pilihan bagi penvegahan radikalisme, terutama dalam pendalaman ilmu agama.
“Merujuk hal di atas, pesantren dapat menjadi salah satu solusi alternatif pencegahan radikalisme dengan ketentuan pesantren yang dipilih belum tereduksi oleh penerapan pendidikan modern, seperti Pesantren Salafiyah; dan pesantren yang mengusung nilai Islam Moderat,” ujar Arifuddin.
Pada akhir orasi, Arifuddin menyampaikan rekomendasi bahwa pesantren memerlukan perhatian secara komprehensif dalam kerangka pemikiran dan perilaku politik keagamaan muslim Indonesia.
“Pesantren pengusung Islam Moderat membutuhkan penguatan sebagai penyelenggara pendidikan keagamaan yang memiliki ciri khas tersendiri, baik dari aspek regulasi, dukungan fasilitas maupun dari aspek substansi kurikulum, dan teknis pembelajaran,” paparnya.
Setelah penyampaian orasi, Ketua Majelis Pengukuhan Profesor Riset, Bambang Subiyanto, menyerakan Piagam Widyamala dan Sertifikat Pengukuhan Profesor Riset kepada seluruh peneliti.
Selanjutnya, Sekretaris Balitbang Diklat Moh. Isom memberikan sambutan sebagai wakil dari Menteri Agama. Ia menyampaikan bahwa selain hasil riset yang telah dipaparkan, telah banyak kontribusi yang dilakukan oleh Kementerian Agama.
“Tantangan selanjutnya adalah bagaimana hasil riset itu kemudian diterapkan dan ditindaklanjuti olehpemangku kebijakan danstakeholder terkait. Karena sejatinya penerapan atas hasil riset tidak hanya sekedar laporan belaka,” ungkap Isom.
Sebagai informasi bahwa profesor riset adalah pengakuan, kepercayaan, dan penghormatan yang diberikan atas keberhasilan seorang peneliti dalam mengemban tugasnya di unit litbang. Ketiga profesor riset Kementerian Agama yang baru dikukuhkan tersebut merupakan profesor riset ke-13, 14, dan 15 dari Kementerian Agama. []
diad/diad