BAHAN AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA LEMBAGA PENDIDIKAN KEAGAMAAN USIA DINI

16 Apr 2007
BAHAN AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA LEMBAGA PENDIDIKAN KEAGAMAAN USIA DINI

BAHAN AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA LEMBAGA PENDIDIKAN KEAGAMAAN USIA DINI

Penyusun : Tim Peneliti 
153 halaman

Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan
Bekerjasama dengan Balitbang Agama Semarang
Departemen Agama RI, Tahun 2005


Guru sebagai pendidik harus mempertimbangkan aspek psikologis anak, di samping itu bagi lembaga pendidikan keagamaan anak usia dini juga perlu memperhatikan aspek bahan ajar yang disampaikan dalam proses belajar mengajar. Bahan ajar dalam kerangka pencapaian target kurikulum memiliki peran yang strategis dan dapat dikategorikan sebagai guru kedua bagi anak didik sehingga perlu dipersiapkan secara sistematis dan terintegrasi dengan proses pengembangan, perencanaan, dan evaluasi kurikulum dalam berbagai tingkatan lembaga pendidikan.

Penelitian tentang Bahan Ajar Pendidikan Agama pada Lembaga Pendidikan Keagamaan Usia Dini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek keagamaan yang diajarkan di Taman Kanak-Kanak (TK) dan Bustanul Athfal (BA). Selain itu, untuk mengetahui kompetensi dasar bahan ajar Pendidikan Agama (Islam) yang dicapai anak usia dini beserta nilai-nilai keagamaan yang dikembangkan. Disamping itu, juga untuk mengetahui tentang model strategi pembelajaran dan kendala-kendala yang dihadapi oleh guru

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar Pendidikan Agama (Islam) yang diajarkan, baik di TK maupun di BA tidak jauh berbeda. Adapun bahan ajar yang diajarkan adalah Aqidah (Keimanan), Akhlak, (Bud Pekerti) dan Syariah (Ibadah). Adapun kompetensi dasar yang dicapai siswa adalah siswa mengenal sifat dan ciptaan Allah, pembiasaan berbuat baik pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Sedangkan pada bahan ajar ibadah, siswa mengenal wudhu dan sholat.

Bahan ajar lain dan mudah dihafal dan diterima siswa adalah doa-doa, hafalan surat-surat pendek dan sirâh (sejarah Nabi). Ketiga bahan ajar ini disampaikan secara simultan, yaitu metode BCM (Bermain, Cerita dan Menyanyi). Metode atau strategi pembelajaran BCM ini cukup menarik, sehingga proses pembelajarannya menggunakan motto "Bermain Sambil Belajar".

Sementara itu, kendala yang dihadapi oleh guru adalah menyesuaikan dan menyelesaikan tuntutan kurikulum yang cepat dalam perubahan dan perkembangan, padahal rata-rata guru menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi umum dan belum mengikuti penataran maupun menyelesaikan pendidikan pada Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak (PGTK) sebagai jalur pendidikan profesional untuk anak usia dini.

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI