Batam (7 Februari 2017). Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama menyelenggarakan Rapat Koordinasi Kediklatan Teknis Tahun 2017 dengan mengusung tema “Menuju Lembaga Kediklatan Teknis Yang Prestisius” di Hotel Planet Holiday, Batam, 7-10 Februari 2017. Rakor ini dihadiri Kepala Pusdiklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan, Dr. H. Mahsusi, M.M., Kanwil Kemenag Kepri, Drs. H. Marwan, Kepala Balai Diklat Keagamaan, dan perwakilan dari seluruh unit eselon I Kementerian Agama. Rakor dibuka oleh Sekretaris Badan Litbang dan Diklat, Dr. H. Rohmat Mulyana Sapdi mewakili Kepala Badan Litbang dan Diklat, Prof. H. Abdurrahman Mas’ud, Ph.D. Dalam sambutannya, Rohmat menyinggung peran vital diklat dalam rangka peningkatan kualitas SDM ASN di lingkungan Kementerian Agama. “Seluruh unit Satker di lingkungan Kementerian Agama yang berjumlah ribuan, dalam hal peningkatan kualitas dan kapasitas SDM itu tergantung dari bagaimana kualitas kediklatan kita,” ujarnya. “Peran yang sangat vital tersebut hendaknya menjadikan kita sebagai pemegang tugas yang berkaitan dengan kediklatan agar lebih agresif, inovatif, dan juga professional,” ujarnya lagi. Rohmat berharap kegiatan Rapat Koordinasi Kediklatan Teknis ini bisa menjadi media yang mampu menyatukan persepsi dan sinergitas program yang berkesinambungan. “Dalam Rakor ini sudah semestinya kita mampu memikirkan sinergitas program kita yang berkesinambungan, yakni program yang berangkat dari evaluasi pada tahun sebelumnya, dan berpijak pada implementasi tahun berjalan serta berpikir untuk mempersiapkan program pada tahun berikutnya,” ungkapnya. “Sinkronisasi dan sinergitas tersebut sangatlah penting agar program kediklatan kita tidak parsial yang bermuara pada rendahnya kualitas output dan sasaran target kita,” ungkapnya lagi. Di akhir sambutan, Rohmat menekankan empat hal utama yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan program kediklatan. Pertama, perlu memperhatikan kualitas dan profesionalitas pengelola diklat. Kedua, perlu memperhatikan kualitas content atau kurikulum diklat. Ketiga, perlu memperhatikan kualitas sarana dan prasarana diklat. Keempat, perlu memperhatikan kualitas output dari peserta diklat. “Jika memperhatikan empat hal tersebut, maka insya Allah diklat Kementerian Agama bisa menjadi garda depan dalam pengembangan kapasitas SDM di lingkungan Kementerian Agama,” pungkasnya. (topeq/bas/sri)

14 Feb 2017
Batam (7 Februari 2017). Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama menyelenggarakan Rapat Koordinasi Kediklatan Teknis Tahun 2017 dengan mengusung tema “Menuju Lembaga Kediklatan Teknis Yang Prestisius” di Hotel Planet Holiday, Batam, 7-10 Februari 2017.  Rakor ini dihadiri Kepala Pusdiklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan, Dr. H. Mahsusi, M.M.,  Kanwil Kemenag Kepri, Drs. H. Marwan, Kepala Balai Diklat Keagamaan, dan perwakilan dari seluruh unit eselon I Kementerian Agama. Rakor dibuka oleh Sekretaris Badan Litbang dan Diklat, Dr. H. Rohmat Mulyana Sapdi mewakili Kepala Badan Litbang dan Diklat, Prof. H. Abdurrahman Mas’ud, Ph.D.  Dalam sambutannya, Rohmat menyinggung peran vital diklat dalam rangka peningkatan kualitas SDM ASN di lingkungan Kementerian Agama. “Seluruh unit Satker di lingkungan Kementerian Agama yang berjumlah ribuan, dalam hal peningkatan kualitas dan kapasitas SDM itu tergantung dari bagaimana kualitas kediklatan kita,” ujarnya. “Peran yang sangat vital tersebut hendaknya menjadikan kita sebagai pemegang tugas yang berkaitan dengan kediklatan agar lebih agresif, inovatif, dan juga professional,” ujarnya lagi.  Rohmat berharap kegiatan Rapat Koordinasi Kediklatan Teknis ini bisa menjadi media yang mampu menyatukan persepsi dan sinergitas program yang berkesinambungan. “Dalam Rakor ini sudah semestinya kita mampu memikirkan sinergitas program kita yang berkesinambungan, yakni program yang berangkat dari evaluasi pada tahun sebelumnya, dan berpijak pada implementasi tahun berjalan serta berpikir untuk mempersiapkan program pada tahun berikutnya,” ungkapnya. “Sinkronisasi dan sinergitas tersebut sangatlah penting agar program kediklatan kita tidak parsial yang bermuara pada rendahnya kualitas output dan sasaran target kita,” ungkapnya lagi.  Di akhir sambutan, Rohmat menekankan empat hal utama yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan program kediklatan. Pertama, perlu memperhatikan kualitas dan profesionalitas pengelola diklat. Kedua, perlu memperhatikan kualitas content atau kurikulum diklat. Ketiga,  perlu memperhatikan kualitas sarana dan prasarana diklat. Keempat,  perlu memperhatikan kualitas output dari peserta diklat. “Jika memperhatikan empat hal tersebut, maka insya Allah diklat Kementerian Agama bisa menjadi garda depan dalam pengembangan kapasitas SDM di lingkungan Kementerian Agama,” pungkasnya.  (topeq/bas/sri)

Jakarta (14 Februari 2017). Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama mengadakan bedah buku berjudul: “200 Tanya Jawab Salat Dalil dan Hikmah” karya Dr. H.M. Hamdar Arraiyyah, M.A., bertempat di Aula HM. Rasjidi Gedung Kementerian Agama Jl. M.H. Thamrin No. 6 Jakarta Pusat, Selasa 14 Februari 2017.

Diskusi dihadiri Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Dr. H.M. Hamdar Arraiyyah, M.A., perwakilan dari institusi Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Negeri, para dosen, pengawas PAI di madrasah, guru PAI di sekolah umum, Penyuluh Agama Islam, para ustadz dan ustadzah dari pondok pesantren, serta pejabat Eselon III dan IV di lingkungan Kementerian Agama.

Tampak hadir sebagai pembahas utama Prof. Dr. H. Darwis Hude, M.Si, Direktur Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta dan Dr. H. Muchtar Ali, M.Hum, Direktur Penerangan Agama Islam, Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag RI dengan moderator Prof. Dr. H. Imam Tolkhah, M.A.

Dalam kata sambutannya, penulis menuturkan buku ini merupakan pengembangan dari buku sebelumnya berjudul: “150 Tanya Jawab Salat: Dalil dan Hikmah”, diterbitkan Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan 2013. Pengembangan terkait dengan penambahan jumlah pertanyaan menjadi 200 tanya jawab. Selain itu, terdapat juga satu dua pertanyaan yang jawabannya diperluas. Misalnya, menambahkan teks hadis terhadap teks yang sudah ada sebelumnya pada penjelasan. Juga perubahan bersifat teknis, yakni terkait penulisan nama dan urutan periwayat hadis serta urutan pertanyaan. Jumlah buku rujukan juga mengalami perubahan. Semuanya dilakukan dalam rangka memenuhi saran pembaca dan masukan para ahli.

Lebih lanjut, penulis yang juga pandai berpuisi ini, mengatakan sesuai dengan judulnya buku ini membahas masalah fikih terutama praktik salat yang diamalkan komunitas muslim di berbagai daerah di Indonesia yang sempat penulis alami dan saksikan. Selain itu, juga terdapat beberapa pertanyaan dan jawaban masuk wilayah pembahasan usul fikih, tafsir, dan tasawuf. Bahkan ada pertanyaan yang jawabannya diperluas dengan memakai pendekatan psikologis, sosiologis, dan antropologis. “Karenanya, buku tanya jawab salat ini memiliki distingsi dan kekhususan yang membedakannya dari sejumlah buku tanya jawab salat sejenis lainnya, “ungkap Hamdar.

Terkait buku ini, salah seorang pembahas, Dr. H. Muchtar Ali, M.Hum mengatakan ada beberapa catatan dan usulan koreksi bila nanti diperlukan revisi, yaitu minimnya literatur kitab-kitab kamus (dictionary) yang lebih otoritatif khususnya ketika membedah makna sebuah lafaz/pengertian atau ta’rif (definisi). Misalnya, gunakan kitab al-Ta’rifat karya sang linguis Arab Imam al-Jurjani atau kitab Kamus Al-Muhith atau Lisan al-‘Arab. Menurutnya, buku tema salat ini secara umum cukup menarik namun belum menjawab problem fikih salat yang lebih bercorak modernitas seperti salat Jumat yang dilakukan sebanyak 2 shift(silih bergantian) dan intruksi pada saat khatib sedang menyampaikan khutbah pada salat Jumat.

Sedangkan pembahas lain, Prof. Dr. H. Darwis Hude, mengapresiasi terbitnya buku ini, yang ditulis di sela-sela kesibukan kerja dan dinas kantor yang menyita waktu produktif. Tema yang diangkat cukup memikat karena ibadah salat yang kita lakukan mengandung nilai intrinsik dan ekstrinsik, begitu juga ibadah mahdah lainnya. “Sisi intrinsiknya adalah pendekatan kepada Allah (taqarrub ilallah) secara vertikal yang semakin mendekatkan hamba (makhluk) kepada Sang Pencipta (Khalik), “ungkapnya. “Sedangkan aspek ekstrinsiknya ialah salat memiliki hikmah-hikmah yang begitu dalam, seperti waktu salat yang sudah ditentukan itu mengajarkan kita untuk berperilaku disiplin waktu dan juga taat pada seorang imam, “ungkapnya lagi. (nasrullah/bas/wan)         

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI