Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Agama untuk Kemandirian Siswa Perlu Ditingkatkan

1 Nov 2024
Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Agama untuk Kemandirian Siswa Perlu Ditingkatkan
Kapus Rohmat saat menyampaikan arahan pada Finalisasi Penyusunan Policy Brief Survei Karakter Siswa yang digelar di Jakarta, Kamis (31/10/2024).

Jakarta (Balitbang Diklat)---Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan (Penda) Rohmat Mulyana Sapdi menekankan pentingnya peningkatan dimensi kemandirian siswa melalui pengembangan kemampuan Critical Thinking (berpikir kritis) dalam pembelajaran agama.

 

“Pendidikan agama tidak hanya berfungsi sebagai penyampaian nilai-nilai spiritual, tetapi juga harus mampu membekali siswa dengan keterampilan berpikir kritis yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Kapus Rohmat saat menyampaikan arahan pada Finalisasi Penyusunan Policy Brief Survei Karakter Siswa yang digelar di Jakarta, Kamis (31/10/2024).

 

Kapus Rohmat mengungkapkan bahwa tantangan global saat ini menuntut generasi muda untuk mampu menganalisis dan menilai informasi dengan baik.

 

“Dengan mengembangkan critical thinking, siswa tidak hanya dapat memahami ajaran agama secara mendalam, tetapi juga dapat menerapkannya dalam konteks yang lebih luas, termasuk dalam mengatasi isu-isu sosial yang kompleks,” jelasnya.

 

Dalam pembelajaran agama, Kapus Rohmat merekomendasikan metode interaktif yang mendorong siswa untuk bertanya, berdiskusi, dan melakukan refleksi. “Pendidikan harus membangun ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi pemikiran mereka, mempertanyakan dogma, dan berargumentasi dengan dasar yang kuat,” tambahnya.

 

Pria asal Tasikmalaya ini juga mengajak para pendidik untuk merancang kurikulum yang lebih dinamis dan kontekstual, sehingga siswa dapat melihat relevansi ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

 

“Dengan demikian, kita tidak hanya menciptakan siswa yang taat beragama, tetapi juga individu yang mandiri, kritis, dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat,” tandasnya.

 

Seminar ini dihadiri oleh sejumlah peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan praktisi pendidikan yang mendukung upaya peningkatan kualitas pembelajaran agama di Indonesia.

 

“Harapan kami langkah ini dapat menciptakan generasi yang tidak hanya memahami ajaran agama. Akan tetapi juga mampu berpikir kritis dalam menghadapi tantangan zaman,” pungkas Rohmat.

 

(Ova)

Penulis: Ali Musthofa Asrori
Sumber: Puslitbang Penda
Editor: Dewi Indah Ayu
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI