Bincang Moderasi Beragama, Diskusi Majelis Reboan Online Diikuti Ratusan Peserta
Jakarta (8 April 2020). Majelis Reboan yang digelar Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan (BALK) Balitbang Diklat Kemenag, Rabu (08/4), berlangsung seru. Acara yang disiarkan langsung melalui streaming akun Facebook Balitbangdiklat Kemenag RI diikuti ratusan peserta dari berbagai daerah. Tak hanya dari dalam negeri. Namun juga dari mancanegara.
Diskusi yang dimoderatori M Adlin Sila, profesor riset di Puslitbang BALK, ini mengundang Menteri Agama Kabinet Kerja Lukman Hakim Saifuddin (LHS) sebagai narasumber utama. Dalam paparannya, LHS berharap seluruh peserta bisa menangkap hikmah di balik pandemi wabah virus Corona (Covid-19).
“Hikmah itu, misalnya, bahwa Tuhan sebenarnya sedang menunjukkan kasih sayang-Nya kepada kita agar kembali ke jati diri kemanusiaan. Kita bersyukur bahwa adanya Pandemi Covid-19 ini membuat kita lebih memperhatikan kesehatan,” tandas LHS.
Selain itu, lanjut dia, pandemi Covid-19 ini membuat kita menjadi lebih familiar menggunakan teknologi informasi. Tak hanya akademisi, namun juga ibu-ibu turut serta menggunakannya. “Kemarin ada anggota keluarga yang menggunakan Zoom untuk komunikasi secara bersamaan,” ungkapnya.
Menurut putra bungsu Menag KH Saifuddin Zuhri ini, menjelang Ramadhan kita bisa mengintensifkan pesantren kilat melalui sarana digital. “Saya kira ini menjadi salah satu pilihan untuk mengisi bulan suci agar lebih berarti. Staf Menag kita, Prof Oman Fathurahman, misalnya, telah memulainya dengan acara bernama Ngariksa,” ujarnya.
Menjawab pada sesi tanya-jawab, LHS mengajak seluruh peserta untuk kembali kepada inti agama. Sebab, diturunkannya agama memiliki arti penting bagi manusia, yakni memanusiakan manusia.
“Secara keseluruhan saja, saya ingin mengawali jawaban ini dengan mengembalikan agama kepada arti yang sesungguhnya. Untuk apa Tuhan menurunkan agama ke muka bumi ini. Agama menjelaskan bahwa memanusiakan mansia agar manusia memahami karena dia mengetahui untuk apa sesungguhnya agama diturunkan, yakni agar kita tidak salah melangkah,” paparnya.
Karena, menurut dia, boleh hadi sebenarnya Tuhan menebarkan di ataas muka bumi ini tindakan kita justru merusak. Agar tidak terjadi, memahami moderasi beragama apa sebenarnya bahwa seseorang atau sudah berlebihan dalam memahami maka dalam kesempatan ini saya ingin kembalikan kepada esensi agama. Ketika pemahaman kita membawa kita lalu menyebabkan terdegradasinya maka ini salah pemahaman
Agar agama ada kesamaan ajaran pemahaman oleh karena persepsi orang terhadap Tuhan itu berbeda-beda. Aku, kata Tuhan, tergantung cara pandang bagaimana manusia mempersepsikan Tuhannya. Apakah pandemi ini kutukan, atau murka, atau cara Tuhan mengoreksi atau ini sebagai wujud kasih sayang Tuhan maka pertanyaan-pertanyaan itu berpulang kepada kita.
“Bagi mereka yang mempersepsikan demikian, maka itulah yang membawa setiap takdir-Nya. Itulah wujud kemurkaan-Nya. Kalau itu pertanyaan ditujukan kepada saya, maka saya lebih memilih bahwa ini adalah cara Tuhan menunjukkan kasih sayang-Nya,” tandas LHS.
“Seperi kalau kita kepada anak-anaknya. Lebih tegas itu tapi sebernarnya itu dalam koridor atau dalam rangka menyayangi. Jadi, saya memahami ini bukan kutukan, bukan murka Tuhan. Tetapi wujud kasih sayang-Nya kepada kita. Ini koreksi dari Tuhan kepada kita,” sambungnya.
Dalam diskusi daring melalui aplikasi Zoom ini, turut bergabung Sekretaris Badan (Sesban) Litbang Diklat Kemenag, Moh Ishom Yusqi. Sesban merasa bangga bahwa Puslitbang BALK mampu terus menggelar Majelis Reboan.
“Sebelum Covid-19, kita melakukannya di kantor Thamrin. Sekarang kita tetap bisa menggerakkan acara ini melalui sambungan virtual,” ujarnya.[]
Majelis Reboan bisa disaksikan pada link: bit.ly/MajelisReboan10
Ova/diad