Character Building Solusi Meningkatkan Kapasitas SDM Pemasyarakatan
Jakarta (27 Februari 2019). Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Abd. Rahman Masúd menjadi narasumber pada Pembangunan Karakter Bagi Petugas Pemasyarakatan. Kegiatan berlangsung di Graha Bakti Pemasyarakatan ini merupakan kerja sama antara Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama dengan Dirjen Pemasyarakatan Kemenhumham, Rabu (27/02).
Kegiatan bertema Pemasyarakatan PASTI dihelat secara live melalui zoom meeting (video conference) yang diikuti oleh 530 unit pelaksana teknis terkait dari lapas/rutan seluruh Indonesia. Pada kesempatan tersebut, dilakukan pula penandatanganan perjanjian kerja sama Peningkatan Kapasitas Petugas Kemasyarakatan di Bidang Agama.
Dirjen Pemasyarakatan Kemenhumham Sri Puguh Budi Utami mengatakan bahwa kegiatan Bakti Pemasyarakatan kali ini dimulai dengan pembangunan karakter bagi petugas pemasyarakatan.
“Mengawali Bakti Pemasyarakatan 2019, kami mengusung tema Pemasyarakatan PASTI (Profesional, Akuntabel, Sinergi, Transparan, Inovasi). Oleh karena itu, untuk mewujudkan tata nilai dan semangat tersebut, kami membutuhkan motivasi sebagai bentuk pembangunan karakter yang hendak dicapai,” ujar Sri Puguh.
Pembangunan karakter merupakan upaya untuk merevitalisasi penyelenggaraan pemasyarakatan, yaitu mengembalikan kepada mandat dari para Founding Father dengan prinsip dari hakekat pemasyarakatan itu sendiri.
“Maka berdasarkan prinsip pemasyarakatan, bukan hanya infrastruktur yang perlu dikembangkan, tetapi juga sumber daya manusianya,” lanjut Sri.
Berdasarkan data, isi lapas/rutan tidak turun tapi semakin naik, melebihi kapasitas. Masalah ini menjadi tanggung jawab bersama, tidak saja harus dianalisis, melainkan perlu dicarikan solusi yang paling tepat.
Menyikap hal di atas, Kaban Litbang dan Diklat Abd. Rahman Mas’ud sebagai narasumber memberikan motivasi terkait pembangunan karakter (character building) terutama dalam konteks agama.
“Inti dari motivasi ini adalah berhubungan dengan pembentukan karakter (character building) seperti yang sudah dicontohkan terlebih dahulu oleh nabi. Karena sesungguhnya misi nabi diturunkan ke bumi adalah untuk membangun karakter manusia (akhlak),” jelas Kaban.
Kaban mengatakan bahwa sesungguhnya bangsa Indonesia sudah dikenal sebagai bangsa yang santun dan berkarakter sehingga tinggal mengembangkan character building tersebut, apalagi sebagai ASN.
“Saat ini dalam bekerja, ASN harus berbasis pembinaan karakter. Badan Litbang dan Diklat sudah memulai dengan tiga kegiatan yang akan disinergikan bersama dalam Diklat Nasionalisme Berdasarkan Agama, Diklat Revolusi Mental Pemimpin Berkarakter Berbasis Nilai-nilai Agama, dan Diklat Menejemen Penanganan Konflik,” lanjut Kaban menjelaskan.
Dalam konteks character building (akhlak mulia), selain menjadi nilai agama, sesungguhnya ini merupakan nilai-nilai universal yang disepakati oleh semua manusia. Nilai-nilai tersebut, yaitu:
-
Etika sebagai prinsip dasar dalam kehidupan sehari-hari
-
Kejujuran dan integritas
-
Bertanggung jawab
-
Hormat pada aturan dan hukum masyarakat
-
Hormat pada hak orang lain
-
Cinta pada pekerjaan
-
Berusaha keras untuk menabung dan investasi
-
Mau bekerja keras
-
Tepat waktu
Selanjutnya, Kaban mengutip dari W.Buffet: “Look for 3 things in a person intelligence, energy, and integrity. If they don’t have the last one, don’t even bother with the first two”.
Artinya, integritas merupakan nilai paling penting yang harus dimiliki oleh seseorang. Integritas harus dijaga dalam ucapan, perbuatan, dan pekerjaan.
Menutup paparan, Kaban kembali mengutip meme motivasi yang berbunyi “It takes 20 years to build a reputation and five minutes to ruin it. If you think about that, you'll do things differently”.
“Membangun reputasi merupakan bagian dari pembangunan karakter. Bahkan semua kita adalah pemimpin, dan semua pemimpin akan dimintakan pertanggungjawabannya kelak,” tutup Kaban. []
Foto dan sumber: Dwi Nahri
diad/diad