Dalam Penerjemahan Alquran, Kaban: Didorong Nilai Keagamaan dan Kebangsaan
Bogor (26 September 2019). Dalam penerjemahan Alquran, setidaknya ada dua nilai dasar dan pendorong yang sangat penting. Yaitu, keagamaan dan kebangsaan. Kegiatan penelitian, kajian terhadap kitab suci umat Islam ini merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya membumikan Alquran itu sendiri.
Hal tersebut dikatakan Kepala Badan (Kaban) Litbang Diklat Kementerian Agama, Abd. Rahman Mas’ud, saat membuka resmi seminar hasil penelitian Dinamika Penerjemahan Alquran ke dalam Bahasa Daerah. Acara yang diinisiasi Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) itu digelar di Swiss-belhotel Jl. Salak No. 38-40 Bogor, Jawa Barat, Kamis (26/09).
“Tentu tidak asing bagi kita semua yang mengakrabi Alquran, hadis tentang keutamaan mempelajari kitab suci ini. Saya masih ingat sebuah hadis yang hampir 50 tahun lalu saya hafal waktu masih di ibtidaiyah. Khairukum man taallamal Qur'an wa allamahu. Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Alquran dan mengajarkannya. Ini untuk landasan keagamaan itu,” kata Kaban.
Konteksnya, lanjut Kaban, penerjemahan ini bagian dari belajar atas kitab suci Alquran. Sudah tentu, ini merupakan pengamalan atas hadis yang sangat masyhur tersebut.
Kedua, untuk nilai nasionalisme adalah bahwa penerjemahan itu salah satunya menjaga kelestarian bahasa ibu. “Karena, ini merupakan heritage atau khazanah kebangsaan. Ya, mempelajari bahasa ibu, yakni bahasa daerah, itu merupakan bagian dari cinta kepada bangsa dan Tanah Air,” tandas Doktor jebolan UCLA Amerika Serikat ini.
Pria asal Kudus Jawa Tengah ini menambahkan, kita tentu bersyukur mempunyai lembaga resmi yang konsen terhadap penerjemahan Alquran, yakni Puslitbang LKKMO. “Saya melihat selama ini laporan penelitiannya masih dan sudah standar. Ke depan saya berharap bukan hanya executive summary, laporan tertulis saja. Tetapi juga ada video pendek atau clips agar produk kita tidak terhenti di hotel ini saja,” tegas Kaban.
Dengan adanya video pendek atau clips, lanjut Kaban, agar produk penelitian Puslitbang Kemenag bisa menusantara dengan lebih cepat. Salah satunya melalui sejumlah platform media sosial. “Karena, tidak kalah pentingnya dari seluruh kegiatan ini adalah desiminasi ke khalayak yang lebih luas. Sebagaimana proyek perubahan Kaban yang sudah dirintis sejak 2017, semua produk kelitbangan harus termanfaatkan 100% pada 2019 ini,” tambahnya
Kaban mencontohkan, pada acara peluncuran hasil kelitbangan dan kediklatan Balitbang Diklat tempo hari misalnya kita punya profil baru Balitbang Diklat. Ia merasa video pendek tersebut dilihat tidak hanya 500 orang undangan.
“Sebab, clips profil tersebut juga bisa dinikmati warganet. Sehari setelah acara itu saya posting di Facebook. baru dua hari ini sudah ditonton mendekati 400 orang. Ini tentu kebermanfaatan yang bisa kita peroleh dalam waktu singkat,” ungkapnya.
Dalam laporannya, Kepala Puslitbang LKKMO Muhammad Zain menyebut ada 17 bahasa yang sudah diterjemahkan. Hingga 2019, tim yang ia pimpin sudah menerjemahkan 21 bahasa termasuk yang sekarang dikerjakan Balai Litbang Agama (BLA) Makassar.[]
Ova/bas/diad