Data Bukan Hanya Angka! Cak Hasan Ungkap Kisah di Balik Produksi Data dalam Buku Barunya

18 Okt 2024
Data Bukan Hanya Angka! Cak Hasan Ungkap Kisah di Balik Produksi Data dalam Buku Barunya
Bedah buku ‘In Bed with Data: Peradaban Data, Riset dan Masa Depan Manusia’ karya Hasanuddin Ali staf khusus Menteri Agama di Jakarta, Jumat (18/10/2024).

Jakarta (Balitbang Diklat)---Buku ‘In Bed with Data: Peradaban Data, Riset dan Masa Depan Manusia’ berhasil dipersembahkan Hasanuddin Ali. Pria yang juga Tenaga Ahli Menteri Agama Bidang Riset ini, memiliki banyak legacy di bidang riset dan ia sudah berkiprah di dunia riset selama lebih 25 tahun.

 

Dalam bedah buku yang diinisiasi Balai Litbang Agama (BLA) Jakarta, Cak Hasan sapaan akrab Hasanuddin Ali mengatakan buku yang dibedahnya tersebut merupakan sebuah gambaran perjalan karirnya selama 25 tahun, dan ini menurutnya adalah satu-satunya profesi yang dijalaninya.

 

Menurutnya, buku ini menjadi gambaran proses berbagai fenomena yang terjadi sepanjang tahun 2012 sampai 2024 dimana ia membantu Gus Men. Ia menegaskan pentingnya profesi ini, karena sebagian besar orang di luar sana melihat data dan angka pada konteks hasil akhirnya, tanpa melihat porses produksi data seperti apa.

 

“Di balik data terdapat orang yang bekerja keras dan mungkin tidak muncul di permukaan. Seorang peneliti membaca fenomena alam, angka, dan data diproduksi lalu disampaikan dan digunkan oleh orang lain, sehingga seharusnya sebagai seorang peneliti harus memiliki kebanggaan,” ujar Cak Hasan di Jakarta, Jumat (18/10/2024).

 

Kita, lanjut Cak Hasan, harus ada autokritik, peneliti atau periset jangan terjebak memberhalakan data, menganggap semua angka dan data 100% benar, padahal teori statistik memberikan ruang adanya kesalahan. Dalam penelitian adanya margin of error

 

“Tugas peneliti dirangkum menjadi tiga, pertama, harus menjadi seorang mercusuar, menjadi pandu sejarah masa lalu dan masa depan manusia. Kedua, peneliti harus berani membunyikan alarm atas fenomena-fenomena yang terjadi, dan ketiga peneliti harus mampu meramalkan apa yang akan terjadi di masa depan,” imbuhnya.

 

Kalau peneliti hanya bisa menjelaskan apa yang terjadi hari ini, hal itu tidak akan berdampak terlalu banyak, tapi kalau mampu meramalkan keadaan jauh ke depan akan lebih bermakna. Oleh karena itu, dalam buku ini ditulis peradaban data riset dan masa depan manusia.

 

 

Buku ‘In Bed with Data’ dibedah oleh pakar Bayu Endro Winarko Managing Director PT BusinessFirst International, dan Staf Khusus Menteri Agama Bidang Hubungan antar Kementerian/Lembaga Mohammad Nuruzzaman dan dipandu oleh juru bicara Kementerian Agama Anna Hasbie.

 

Bukunya setebal 278 Halaman ini, Menurut Bayu lebih seperti storytelling dan sangat menyenangkan untuk dibaca. “Sebuah buku yang diceritakan dengan gaya popular, dan ini akan membuka mata kita dengan banyak belajar. Buku ini sangat menarik, bicara data, pertama itu adalah informasi yang diolah menjadi data dan menjadi insight knowledge dan wishdom,” ucapnya.

 

“Saat ini data dan informasi sangat bertebaran. Tantangannya bagaiman bisa menjadi satu, menjadi inside serta bisa digunakan menjadi knowledge dan bisa menjadi bahan keputusan. Data dan peradaban manusia, selain menjadi informasi juga bisa menjadi imajinasi, dengan dicarikan datanya, lalu bisa memuat peramalan-peralaman ke depan,” terangnya.

 

Sementara itu, Staf Khusus Menteri Agama Bidang Hubungan antar Kementerian/Lembaga Mohammad Nuruzzaman mengatakan siapa pun yang menguasai data dialah yang akan menguasai dunia.

 

“Yang menarik, pekerjaan termahal saat ini adalah data scientist, belajar cara menganalisis data, mengambil data, menjadi orang yang bisa memberikan informasi kepada orang lain terkait data,” katanya.

 

Acara yang diinisiasi Balai Litbang Agama (BLA) Jakarta ini diisi dengan diskusi para pakar dan praktisi menambah hangat bedah buku. Acara juga turut dihadiri ratusan peserta yang terdiri dari para analis kebijakan dari masing-masing unit eselon I Kemenag, para widyaiswara, dan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

(Barjah)

   

 

Penulis: Barjah
Sumber: Barjah
Editor: Abas/Dewi Indah Ayu/Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI