Dialog Vol. 41, No. 2, Des 2018
Jakarta (21 Januari 2019). Jurnal Dialog Volume 41, Nomor 2, Desember 2018 ini menyajikan sejumlah tulisan dengan beragam tilikan dan temuan. Salma Afifah dan Gazi Saloom, misalnya, memberikan gambaran tentang pengaruh teman seusia atau sebaya dalam kaitannya dengan bagaimana seorang santri baru menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya.
Husen Hasan Basri mencoba membicarakan sarana dan prasarana yang perlu ditingkatkan agar sesuai standard pelayanan pendidikan keagamaan bagi pemeluk agama Kong Hucu.
Selanjutnya, Muhtadi menunjukkan belum optimalnya hasil dari pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh pengurus Dewan Kemakmuran Masjid. Pasalnya, program yang dilaksanakan belum efektif karena belum menghasilkan perilaku-perilaku positif yang diharapkan.
Syarifuddin dan Dwi Widayati mengulas tentang bahasa Haloban, Alas, dan Gayo. Keduanya menemukan bahwa bahasa tersebut memiliki hubungan yang amat erat dalam kaitannya dengan perkembangan bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat.
Adapun Sri Rayani Tanjung menunjukkan temuan adanya hubungan yang kuat antara pelaksanaan diklat yang baik dengan pelayanan publik di Medan. Menurut dia, pendidikan dan pelatihan yang diberikan dengan sistematis dan baik pada aparat negara dapat meningkatkan pelayanan pada pihak lain.
Sedangkan Muhammad Nurkhoiron mencoba memberikan gambaran tentang signifikansi perlindungan secara hukum bagi kaum minoritas agama di suatu negara. Nurkhoiron mengungkapkan bahwa masih ada kendala dalam kasus aliran kepercayaan yang sejatinya masuk dalam kelompok minoritas agama, karena aliran kepercayaan ini sesungguhnya bagian dari suatu keyakinan seperti halnya agama.
Untuk mencermati lebih detail dan mendalam lagi, silakan unduh daftar isi dan jurnal terlampir. (bas/ar).