Diaspora Khazanah Keagamaan di Malaysia

29 Nov 2019
Diaspora Khazanah Keagamaan di Malaysia

Malaysia (November 2019). Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organsiasi (PLKKMO) mengadakan penelitian diaspora khazanah keagamaan di Malaysia. Penelitian berlangsung tanggal 21-26 November 2019, bertujuan untuk menjajaki jejak-jejak peninggalan khazanah keagamaan Indonesia seperti manuskrip keagamaan, artefak makam ulama, masjid, seni Islam yang berada di Malaysia.

Selain itu, penelitian ini bertujuan pula untuk menelusuri keterkaitan tradisi dan budaya keagamaan Indonesia-Malaysia melalui tinggalan kesejarahan (historical legacies).

LKKMO mengutus tiga penelitinya yaitu Masmedia Pinem, Novita Siswayanti, dan Ahmad Yunani. Menurut Novita, Indonesia-Malaysia mempunyai hubungan kekerabatan yang erat dalam tradisi dan budaya Melayu sehingga ada beberapa tempat yang dikunjungi untuk menelusuri tinggalan sejarah.

“Selama di Malaysia peneliti Puslitbang LKKMO mengadakan kunjungan ke beberapa tempat seperti Perpustakaan Negara Malaysia (PNM), Kota Melaka (kota jejak peninggalan Islam di dunia Melayu), Museum Negara Malaysia (MNM), Kampus ISTAC (International Institute of Islamic Civilisation and Malay World) dan Masjid Putra Jaya,” ujar Novita di Malaysia, Selasa (26/11).

Sesampainya di Kuala Lumpur Peneliti LKKMO terlebih dahulu melapor dan memohon izin ke Kedubes RI di Kuala Lumpur. Kedubes RI mengarahkan kepada peneliti LKKMO untuk ke Atase Pendidikan dan Kebudayaan yang menangani hal terkait kebudayaan. Atase Dikbud mengomunikasikan perizinan kunjungan peneliti LKKMO ke PNM dan MNM.   

Berdasarkan hasil penelusuran, Perpustakaan Negara Malaysia menyimpan 5960 manuskrip keagamaan yang terdapat di lantai 11 Pusat Kebangsaan Manuskrip Melayu. Manuskrip tersebut disimpan pada tempat khusus yang hanya dapat dikunjungi oleh petugas perpustakaan. Website PKMM sedang dalam perbaikan, seandainya  ada pengunjung yang ingin mengakses manuskrip hanya diperbolehkan mengakses 10 halaman saja. 

Selanjutnya, Gallery PNM menampilkan manuskrip Indonesia diantaranya Alquran Banyuwangi dengan iluminasi khas Jawa, naskah Kitab Dalailul Khairat karya Syekh Abdul Shamad al-Palambani, naskah Kitab Siratal Mustaqim karya Syekh Nuruddin Ar-Raniri. Kitab Khalq as-Samawat wal-Ard karya Syekh Nuruddin Arraniri. 

Ketika peneliti berkunjung, PNM sedang mengadakan pameran aksara, aksara, naskah dan tamadun alam melayu. Pameran mendisplay berbagai aksara dan naskah Melayu diantaranya aksara Kaganga, Lampung, Bengkulu, Melayu Jawi, naskah pengobatan dan naskah kitab Khalq as-Samawat wal-Ardh karya Syekh Nuruddin Ar-Raniri. 

Museum Negara Malaysia (MNM) bermotokan jendela dunia berarsitektur bangunan Melayu. Menelusuri ruang pameran, para Peneliti Puslitbang LKKMO dipandu oleh pemandu terbaik MNM bernama Tuan Liem.

Pria Peranakan Cina ini menjelaskan satu persatu benda pamer mulai dari ruang prasejarah, Kerajaan Malaka, Kolonial hingga Malaysia sekarang.  Ruang pamer Kerajaan Malaka berpintu kayu penuh ukiran seperti pahatan Jepara, namun pahatan tersebut ada ditemui di daerah Kelantan. Peta penyebaran Islam di Malaka yang mestinya ada pertalian dengan Indonesia tidak dituliskan dalam peta. Mata uang kerajaan Malaka berupa koin bertuliskan aksara Arab. 

Malaka adalah kota tua di Malaysia yang terdapat bangunan-bangunan kuno tinggalan sejarah. Malaka dalam kisahnya pada abad kelima belas adalah bandar pelabuhan penting di Nusantara. Museum Islam Malaka menyimpan replika artefak jejak penyebaran dakwah Islam yang berkaitan dengan Indonesia, khususnya Aceh dan budaya Melayu. Setiap bangunan kuno tinggalan sejarah di Malaka pada dindingnya terdapat tanda pengesahan akta warisan kebangsaan dari Kementerian Penerangan Komunikasi dan Kebudayaan.

Museum Islam Malaka terdisplay gambar makam Syekh Samsuddin al-Sumatrani dan bangunan masjid yang hingga sekarang masih berdiri kokoh dan berfungsi sebagai tempat peribadatan serta peradaban.

Salah satunya Masjid Keling berarsitektur Jawa yang berada di Kampung Pecinan sebagai saksi penyebaran Islam di Melaka oleh Syekh Samsuddin al-Sumatrani. Bahkan makamnya terdapat di salah satu Kelenteng peribadataan orang Cina di Kampung Keling. Syekh Samsuddin al-Sumatrani merupakan guru Syekh Nuruddin ar-Raniri yang namanya terabadikan dalam kitab karyanya yang berjudul Bustanus Salatin. Di Melaka juga dikenal seorang pujangga terkenal yang bernama Abdul Kadir Munsyi, yang karya-karyanya menjadi rujukan di Nusantara.

Sesuai dengan arahan Kapuslitbang LKKMO Muhammad Zain Peneliti LKMMO mengadakan kunjungan ke ISTAC. ISTAC didirikan oleh Syed Muhammad Naquib AlAttas pada tahun 1987. Syed Naquib adalah tokoh pemikiran dan peradaban Islam yang dilahirkan di Bogor dan mempelajari Bahasa Arab di Madrasah Al-Urwatul-Wusqa di Sukabumi.

ISTAC sebuah bangunan perguruan tinggi yang pembangunannya dibiayai oleh Turki dan arsitekturnya pun bergaya Al-Hamra, Turki. Perpustakaan ISTAC menyimpan koleksi buku-buku bacaan maupun manuskrip keagamaan terkait pemikiran dan peradaban Islam. Ada buku-buku yang di display di galeri di antaranya: A General Theory of the Islamization of the Malay-Indonesian Archipalago; The Propagation of Islam in the Indonesian-Malay Archipelago; Early Kingdom of the Indonesian Archipelago Malay Peninsula, Jakarta Batavia; Culture, Power, and Authoritarianism in the Indonesian State.   

Adapun Masjid Putra Jaya berada di kompleks pemerintahan Putra Jaya ramai dikunjungi oleh berbagai pengunjung baik Muslim maupun non-Muslim. Pengunjung non-Muslim disediakan jubah bagi yang ingin masuk ke dalam Masjid Putra Jaya. Selain itu, di pintu masuk masjid terdapat gallery berisikan artikel singkat terkait rukun Islam dan rukun iman berbahasa Inggris yang dapat dibaca dan diambil secara gratis oleh pengunjung. [] 

mp, ns, ay/diad

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI