Diklat Itu Hak Bagi Setiap Pegawai 1

24 Feb 2016
Diklat Itu Hak Bagi Setiap Pegawai 1

Jakarta (24 Februari 2016). Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama menyelenggarakan “Diklat Fungsional Berjenjang untuk Guru Bimbingan dan Konseling Madrasah Aliyah”,“Diklat Fungsional Berjenjang untuk Guru PAUD/RA”, dan “Diklat Fungsional Berjenjang untuk Guru Pendidikan Agama Kristen SMP”, bertempat di Kampus Pusdiklat, Jl. H. Juanda No. 37 Ciputat, Tangerang Selatan, mulai  23 Februari sampai dengan 4 Maret 2016.

Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Badan Litbang dan Diklat, Prof. H. Abd. Rahman Mas’ud, P.hD. yang  dihadiri pula oleh Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan, Dr. H. M. Kusasi, M.Pd., para pejabat eselon III, IV, dan Widyaiswara.

Diklat ini diikuti oleh para Guru Madya Bimbingan Konseling Madrasah Aliyah (angkatan 5);  Guru Madya PAUD/RA (angkatan 6); dan  Guru Madya Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen SMP. Masing-masing diklat diikuti oleh 30 orang peserta.

Dalam sambutannya, Mas’ud mengatakan diklat merupakan amanat Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (UU ASN). Oleh karena itu, setiap ASN mempunyai hak untuk meningkatkan kompetensinya melalui diklat. “Namun, karena keterbatasan anggaran, paling cepat 6 tahun sekali untuk setiap pegawai dapat mengikuti diklat,  padahal amanat UU ASN 1 tahun sekali,” ujarnya.

Selanjutnya, ia menambahkan bahwa wahyu pertama yang diterima rasul adalah perintah membaca. Karena itu, peran baca tulis sangat penting. Itu sebabnya, “Inti pendidikan adalah “read”. Kalau guru tidak bisa mewujudkan budaya baca pada anak didik berarti itu kegagalan dalam mendidik,” ucapnya.

Pada kesempatan ini, Mas’ud juga menyinggung problem yang dihadapi umat Islam dewasa ini, yaitu kemunduran/kelemahan umat; stagnasi pemikiran umat; absennya ijtihad umat; absennya kemajuan kultural umat; dan tercerabutnya umat dari peradaban Islam.

Selain itu, kata Mas’ud, di ranah pengajaran dan anak didik juga masih ada problem. Dewasa ini mengajar masih jadi rutinitas sehingga tidak ada tantangan. Ke depan para guru harus menemukan motivasi diri membangun tantangan. Di ranah anak didik, pembelajaran tidak mandiri dan pasif di kelas. Oleh karena itu, kreatifitas mereka harus dibangun untuk banyak bertanya agar kelak memiliki kemampuan problem solving.

Di akhir sambutan, Mas’ud menekankan pentingnya perubahan yang dimulai dari dalam diri pribadi. Meminjam metafor Buya Hamka, ia menutup sambutannya dengan kalimat: “Kalau hidup sekedar hidup, maka babi hutan juga hidup, kalau kerja sekedar kerja, maka kera juga bekerja”. (bas/epa/vick/bas)

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI