Ekoteologi dan Peran Agama dalam Menjaga Lingkungan Menurut Para Pakar

Jakarta (BMBPSDM)---Kekhawatiran terhadap kerusakan lingkungan semakin meningkat di kalangan aktivis lingkungan. Berbagai spesies telah punah, dan ekosistem terus mengalami degradasi. Dalam konteks ini, muncul pertanyaan dari para tokoh agama dan masyarakat, yakni bagaimana peran agama dalam kontribusi terhadap pelestarian lingkungan.
Menurut Sekretaris Badan Moderasi beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Kementerian Agama RI Ahmad Zainul Hamdi, di saat yang sama, laju kerusakan lingkungan semakin meningkat. Tidak dapat disangkal bahwa agama memiliki pengaruh kuat dalam membangun peradaban, terutama dalam menggerakkan manusia untuk melestarikan lingkungan.
“Oleh karena itu, penting untuk menggali kembali ajaran agama mengenai lingkungan. Ekoteologi menjadi konsep yang menghubungkan agama dan lingkungan, mengeksplorasi ajaran serta praktik keagamaan agar dapat berkontribusi dalam isu-isu lingkungan,” ujarnya pada acara Talkshow Ramadan yang digagas BMBPSDM, Balai Litbang Agama Jakarta, dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), di Jakarta, Senin (17/3/2025).
Sebagai program prioritas Kementerian Agama, ekoteologi masuk dalam tahap perencanaan dan penyusunan program. Menurut Prof. Inung, --sapaan akrabnya-- program prioritas ini berada di bawah koordinasi BMBPSDM (Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia).
“Sejumlah poin telah disusun untuk dijalankan bersama, baik secara internal di kementerian maupun sebagai bahan kampanye di masyarakat luas,” terangnya.
Pada kesempatan tersebut, Prof. Inung juga menyampaikan beberapa inisiatif yang akan diimplementasikan di Kementerian Agama, antara lain penanaman sejuta pohon sebagai bagian dari gerakan penghijauan, pengembangan konsep "Green Building" oleh Kantor Urusan Agama (KUA), serta integrasi pendidikan lingkungan dalam kurikulum lembaga pendidikan.
“Langkah-langkah ini masih dalam tahap awal dan sedang dikoordinasikan bersama. Kesadaran akan kelestarian lingkungan sudah mulai tumbuh di berbagai kalangan, termasuk di komunitas keagamaan,” sambungnya.
Prof. Inung juga mengutip salah satu hadis Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa "Setiap perbuatan baik kepada makhluk hidup akan mendapat pahala dari Allah.” Hadis ini menjadi motivasi bagi umat Islam untuk menjaga kelestarian alam sebagai bagian dari panggilan iman.
“Merawat alam bukan sekadar tindakan ekologis, tetapi juga bentuk ibadah dalam menjaga keimanan,” terangnya.
Mengusung tema Merawat Alam Menjaga Iman, Membangun Kesadaran Ekoteologi untuk Masa Depan yang Berkelanjutan, Talkhsow ini juga menghadirkan Ketua Tanfidziyah PBNU Alissa Wahid yang mengulas pandangan tentang ekoteologi dalam Moderasi Beragama.
Menurutnya, ekoteologi bukan hanya perspektif dari satu agama, tetapi juga merupakan nilai universal yang diakui oleh berbagai kepercayaan. Alissa Wahid menjelaskan bahwa dalam berbagai agama terdapat prinsip menjaga keseimbangan alam:
“Dalam Islam, manusia berperan sebagai khalifah fil ardh (pemimpin di bumi) yang bertanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan,” katanya.
Selaras dengan prinsip Moderasi Beragama, konsep keberagaman yang moderat kembali pada esensi ajaran agama, yaitu memanusiakan manusia dan membangun kehidupan yang berorientasi pada kemaslahatan bersama. Isu lingkungan tidak hanya tentang manusia, tetapi juga hak alam yang perlu dijaga keberlanjutannya.
Pandemi COVID-19, kata Alissa, memberikan gambaran nyata bahwa alam dapat memulihkan dirinya ketika aktivitas manusia berkurang. Beredar banyak foto dan video yang menunjukkan bahwa lingkungan menjadi lebih bersih dan sehat saat manusia mengurangi eksploitasi. Hal ini mengingatkan kita bahwa menjaga keseimbangan alam bukan hanya kebutuhan, tetapi juga ajaran agama.
“Menjadi umat beragama berarti mengedepankan kesejahteraan bersama, termasuk menjaga kelestarian lingkungan. Jika kita berbicara tentang praktik keberagamaan yang moderat, maka perlakuan kita terhadap alam juga harus bersifat moderat,” tegasnya.
Kesadaran ekoteologi harus menjadi bagian dari kehidupan beragama. Sebagai umat beragama, kita semua diminta untuk mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, membawa keberkahan bagi seluruh alam semesta, bukan hanya bagi manusia. “Mari kita mulai dengan semangat merawat alam sebagai bagian dari tanggung jawab moral dan spiritual kita,” pungkasnya.
Barjah