Ekoteologi: Jalan Spiritual Menjaga Bumi

12 Jun 2025
Ekoteologi: Jalan Spiritual Menjaga Bumi
Kepala Badan (Kaban) Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Kementerian Agama RI, Muhammad Ali Ramdhani.

Samarinda (BMBPSDM)---Kepala Badan (Kaban) Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Kementerian Agama RI, M Ali Ramdhani, menegaskan pentingnya peran nilai-nilai spiritual dalam menjaga kelestarian lingkungan melalui pendekatan ekoteologi.

 

Kaban mengatakan hal itu saat memberi arahan sekaligus membuka resmi FGD bertajuk ‘Strategi Implementasi Ekoteologi pada Perguruan Tinggi’ yang diinisiasi Pusat Strategi Kebijakan Pendidikan Agama dan Keagamaan (Pustrajak Penda) dan Universitas Mulawarman (Unmul) di Samarinda, Kalimantan Timur.

 

“Ekoteologi merupakan akronim dari ‘ekologi’ dan ‘teologi’. Konsep ini merupakan jalan spiritual menjaga bumi,” kata Kaban melalui Zoom Meeting dari kantor Kemenag RI Jl MH Thamrin no 6 Jakarta, Rabu (11/6/2025).

 

Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung tersebut dalam pernyataannya menekankan bahwa krisis lingkungan tidak hanya merupakan masalah sekuler. Akan tetapi, juga mencerminkan krisis spiritual dan keagamaan yang mendalam.

 

“Bumi ini sesungguhnya mampu mencukupi seluruh kebutuhan manusia. Namun, tidak akan pernah mampu memenuhi hasrat satu orang yang serakah,” ungkapnya mengutip filosofi tentang batas antara kebutuhan dan keserakahan.

 

Kang Dhani, sapaan akrabnya, menambahkan bahwa eksploitasi berlebihan terhadap alam terjadi akibat manusia melampaui porsi dan perannya sebagai makhluk spiritual yang seharusnya mengendalikan hawa nafsu.

 

“Konsep ekoteologi bukan sekadar pendekatan ilmiah terhadap lingkungan. Akan tetapi, merupakan ajakan untuk memahami bahwa alam adalah milik Tuhan. Manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi bertanggung jawab mengelolanya dengan amanah,” jelasnya.

 

Cicit ulama kharismatik KH Anwar Musaddad Garut ini pun mengutip sebuah hadits yang artinya, ‘Jika besok pagi terjadi kiamat, dan di tanganmu ada benih pohon, maka tetaplah menanamnya.’ Ini sebagai bukti bahwa agama sangat peduli terhadap kelestarian alam.

 

“Dalam doktrin Islam, kebersihan disebut sebagai bagian dari iman, menandakan bahwa perhatian terhadap lingkungan adalah bagian dari keimanan yang hakiki,” terangnya.

 

Tiga relasi penting

Kaban Dhani menekankan tiga relasi penting dalam konsep ekoteologi: relasi manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, dan manusia dengan sesamanya. Ketiga hal ini harus dijaga dalam keselarasan, keseimbangan, dan harmoni yang berlandaskan nilai-nilai keadilan.

 

Menurut dia, pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu mengelola dan menata dengan pemikiran berkelanjutan. “Dengan pendekatan ekoteologi, saya berharap umat beragama dapat kembali merefleksikan tanggung jawab spiritualnya terhadap bumi,” harapnya.

 

“Kita tidak hanya menjaga bumi untuk kita sendiri. Akan tetapi, untuk generasi yang akan datang. Ekoteologi mengajak kita menempatkan nilai-nilai agama dalam setiap upaya pelestarian alam,” sambung Kaban.

 

Kang Dhani menegaskan pentingnya pemahaman ekoteologi sekaligus pelaksanaannya di kampus. Sebab, kampus merupakan kawah candradimuka bagi generasi muda.

 

“Kampus memiliki tiga matra yang biasa disebut tridharma perguruan tinggi yang meliputi pendidikan dan pengajaran serta penelitian. Terakhir adalah pengabdian kepada masyarakat. Kampus wajib turun ke lapangan menanam pohon. Lakukanlah hal kecil sebelum melakukan hal besar,” pesannya.

 

Kaban berharap para mahasiswa tidak semuanya menanam pohon. Namun juga bisa melakukan hal lain seperti pengelolaan sampah dan memastikan adanya hubungan baik antara manusia dengan alam.

(Ova)

Penulis: Ali Musthofa Asrori
Sumber: Pustrajak Penda
Editor: Dewi Indah Ayu D.
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI