Ethiopia Apresiasi Keberhasilan Indonesia dalam Program Moderasi Beragama
Ethiopia (Balitbang Diklat) --- Keberhasilan Indonesia dalam menerapkan Program Moderasi Beragama kembali mendapatkan pengakuan internasional, kali ini dari Ethiopia. Program yang dianggap mampu menjaga persatuan di tengah keberagaman agama di Indonesia ini mendapatkan apresiasi positif dalam acara Indonesia-Ethiopia Interfaith Dialogue yang digelar di Hawassa, Ethiopia.
Dialog antaragama ini diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Addis Ababa bekerja sama dengan Kementerian Agama (Kemenag) RI. Menghadirkan berbagai tokoh penting dari Ethiopia, termasuk pimpinan pemerintah, tokoh agama, akademisi, pimpinan adat, aktivis perempuan, dan perwakilan media massa.
Dari pihak Indonesia, delegasi yang hadir antara lain Kepala Balitbang Diklat Kemenag Suyitno, Dubes RI untuk Ethiopia, Djibouti, dan Uni Afrika Al Busyra Basnur, serta sejumlah rektor dari berbagai perguruan tinggi keagamaan negeri (PTKN).
Dalam pidatonya, Suyitno menjelaskan bahwa Indonesia sebagai negara dengan keberagaman agama yang tinggi, mampu menjaga persatuan melalui prinsip Moderasi Beragama. "Dengan cara pandang, sikap, dan perilaku beragama yang moderat, seluruh penduduk Indonesia dapat bersatu dalam kerangka persaudaraan dan kebersamaan," ujar Suyitno di Ethiopia, Selasa (6/8/2024).
Suyitno menambahkan bahwa prinsip Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika menjadi fondasi penting dalam merajut persatuan di Indonesia, yang bisa menjadi model bagi negara lain, termasuk Ethiopia.
Commissioner Ethiopian National Dialogue Commission (ENDC) Ambaye Agato, menyambut baik dialog antaragama ini dan menilai bahwa Ethiopia dapat belajar dari praktik moderasi beragama di Indonesia. "Dialog seperti ini sangat penting karena dapat membantu kita menemukan solusi nyata bagi keharmonisan kehidupan beragama di Ethiopia," kata Ambaye, yang juga merupakan dosen Departemen Sosiologi dan Antropologi Sosial di Universitas Addis Ababa.
President of Kuyera Adventist University Abraham Dalu juga menilai bahwa agama memiliki peran penting dalam menyelesaikan masalah-masalah kompleks yang dihadapi dunia saat ini. Menurutnya, pemahaman agama yang kontekstual adalah kunci untuk menghadapi berbagai tantangan global.
Sejumlah peserta dialog dari Ethiopia, seperti Hailetsion Abadi dari EOTC Ethiopian, mengungkapkan bahwa praktik moderasi beragama di Indonesia memberikan wawasan baru bagi mereka dalam upaya meningkatkan kehidupan harmonis di Ethiopia. "Meski potensi konflik keagamaan di Ethiopia minim, dialog seperti ini sangat penting untuk memperkuat kehidupan harmonis di negara kami," ujarnya.
Dalam dialog ini, disepakati pula rencana untuk mengadakan kegiatan serupa di Indonesia. Kehadiran delegasi Ethiopia ke Indonesia nantinya diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi mereka untuk mempelajari langsung praktik moderasi beragama yang telah berhasil diterapkan di Indonesia.
(Barjah)