Evaluasi KSM: Wujudkan Kompetisi Berbasis Nilai, Bukan Sekadar Ajang Perlombaan
Jakarta (Balitbang Diklat)---Kementerian Agama (Kemenag) tengah melakukan evaluasi menyeluruh atas program Kompetisi Sains Madrasah (KSM), dengan fokus pada efektivitas program dan kesesuaian dengan tujuan awalnya.
Kepala Badan Litbang dan Diklat Suyitno menegaskan perlu ada pengecekan data yang melatarbelakangi lahirnya KSM. Apakah sudah sesuai dengan tujuan dan visi awal ketika gagasan tersebut dicanangkan.
“KSM yang diinisiasi sebagai wadah pengembangan minat dan bakat siswa madrasah di bidang sains, kini dipertanyakan keefektifannya dalam mencapai visi tersebut. Mengingat 70% pesertanya pada akhirnya memilih perguruan tinggi di bawah Kemenag alih-alih perguruan tinggi umum,” ujar Kaban Suyitno di Jakarta, Kamis (31/10/2024).
“Asumsi awal program ini adalah agar siswa madrasah dapat bersaing di universitas-universitas umum dalam bidang sains,” imbuhnya saat memberikan arahan pada Seminar Efektivitas Program KSM (Kompetensi Sains Madrasah) dan MYRES (Madrasah Young Researches Supercamps) itu.
Menurut Kaban Suyitno, ini adalah rekomendasi yang penting, terutama di tengah arahan presiden yang ingin mengurangi program seremonial dan fokus pada penguatan STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematics).
“Jika KSM bisa dikontekstualisasi agar relevan dengan STEAM, maka itu akan sejalan dengan program 100 hari pertama presiden yang disebut PHCT (Program Hebat Cepat Tepat) atau Quick Win,” katanya.
Sebagai solusi, lanjut Kaban, Kemenag perlu mendorong integrasi KSM ke dalam kegiatan madrasah, sehingga motivasi siswa tidak berhenti pada pencapaian kompetisi, tetapi juga pada penerapan nilai ilmiah dan pengembangan keilmuan yang lebih mendalam.
“Selain itu, kata Kaban, perlu juga mendorong peningkatan peran guru madrasah dalam membimbing peserta KSM. “Selama ini, bimbingan intensif dari luar atau karantina untuk persiapan kompetisi justru menimbulkan tantangan terkait keterlibatan guru madrasah, sehingga guru internal kurang terlibat dalam pendampingan langsung siswa,” tuturnya.
KSM diharapkan menjadi sarana untuk membangun generasi saintis muda yang berlandaskan pada nilai pendidikan madrasah. Madrasah idealnya berperan sebagai tempat transfer nilai, bukan sekadar transfer pengetahuan untuk kebutuhan jangka pendek atau kompetisi saja.
“Dengan evaluasi ini, diharapkan KSM dapat diperbarui sehingga selaras dengan tujuan awalnya dan dapat berkontribusi secara efektif pada peningkatan kualitas pendidikan di madrasah,” pungkasnya.
Hadir pada kesempatan tersebut, Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Rohmat Mulyana Sapdi, Kepala Balai Litbang Agama Jakarta Irhason, dan tim dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
(Dewi Indah Ayu)