FENOMENA KEBERAGAMAAN KELAS MENENGAH PERKOTAAN: Studi Tarekat Naqsabandiyah Di Surau Saiful Amin, Ngaglik Sleman-Yogyakarta
FENOMENA KEBERAGAMAAN KELAS MENENGAH PERKOTAAN:
Studi Tarekat Naqsabandiyah Di Surau Saiful Amin, Ngaglik Sleman-Yogyakarta
H. Moh.Zahid
Balai Penelitian Agama dan Kemasyarakatan, Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan,
Departemen Agama RI, 2002, 25 hal.
Sebagian masyarakat memandang pesimis terhadap nasib tarekat setelah begitu gencarnya propaganda modernisasi dan urbanisasi. Seolah modernisasi telah merampas simpatisan dunia tarekat. Hasil penelitian di Surau Saiful Amin yang mengembangkan Tarekat Naqsabandiyah menyuguhkan kenyataan yang berbeda. Masyarakat kelas menengah perkotaan yang relatif kritis dan terdidik justru berminat mengikuti program tarekat tersebut. Hasil penelitian ini juga menggambarkan fenomena berbeda dengan apa yang terjadi pada masyarakat Amerika yang menolak agama formal dan justru menerima spiritualitas. Di Jogya kecenderungan mengikuti tarekat tidak disertai dengan penolakan terhadap agama formal. Tetapi justru bagian dari aktivitas memperkuat agama itu sendiri. Melalui pendekatan empati sosial, penelitian ini menjelaskan adanya modifikasi tarekat Naqsabandiyah dengan kultur keindonesiaan yang dikembangkan oleh sang tokoh. Hasilnya adalah bentuk tarekat modern dengan pendekatan metafisika ilmiah.***
BADAN LITBANG DAN DIKLAT
Kementerian Agama RI