Gagasan Brilian Rakernas Kemenag 2025: Dari Kerukunan hingga Transformasi Pendidikan!

21 Nov 2024
Gagasan Brilian Rakernas Kemenag 2025: Dari Kerukunan hingga Transformasi Pendidikan!
Kaban Suyitno pada kegiatan Pembahasan Tindak Lanjut Hasil Sidang Komisi Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kemenag RI Tahun 2025 di Jakarta, Rabu (20/11/2024).

Jakarta (BMBPSDM)---Kepala Badan (Kaban) Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Suyitno membuka kegiatan Pembahasan Tindak Lanjut Hasil Sidang Komisi Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kemenag RI Tahun 2025. Acara ini diinisiasi berdasarkan arahan Menteri Agama untuk mensistematisasi ulang gagasan-gagasan yang muncul selama Rakernas.

 

Suyitno juga menceritakan kembali bahwa Rakernas 2025 mencatatkan dinamika sidang komisi yang luar biasa. “Sidang komisi berlangsung sangat intens, diskusi berlangsung selama 3 sesi, melibatkan para professor, Kakanwil, dan pejabat lainnya. Meskipun waktu terbatas, ide-ide yang dihasilkan menunjukkan dedikasi dan semangat yang tinggi dari para peserta,” ujar Suyitno di Jakarta, Rabu (20/11/2024).

 

Dalam mensistematisasi hasil sidang, Kemenag mengacu pada tiga referensi utama: Undang-Undang RPJPN, visi presiden Asta Cita, dan Program Prioritas Nasional. Salah satu visi Asta Cita yang relevan dengan tugas Kemenag adalah mewujudkan kehidupan harmonis antarumat beragama, toleransi, dan keadilan sosial. "Penting untuk mengontekstualisasikan kerangka makro ini menjadi program-program spesifik yang relevan dengan tugas dan fungsi Kemenag," tambahnya.

 

Lebih lanjut, Suyitno mengemukakan bahwa beberapa program prioritas yang menjadi fokus pembahasan adalah pemeliharaan 100 rumah ibadah lintas agama, peningkatan kualitas pendidikan agama, dan pengembangan madrasan atau boarding school untuk semua agama. Selain itu, juga pemberdayaan filantropi keagamaan menjadi isu penting yang diarahkan pada tata kelola beasiswa pendidikan dan bantuan bencana.

 

Pada kesempatan ini, Suyitno juga meninjau transformasi Perguruan Tinggi Keagamaan menjadi universitas yang kerap kali menghadapi tantangan operasional, terutama dalam hal pendanaan. “Pendapatan yang bergantung pada UKT mahasiswa menjadi masalah, apalagi jika jumlah mahasiswa tidak sebanding,” ucapnya . Ia menegaskan bahwa transformasi ini harus realistis, serta memperhitungkan kemampuan dan kebutuhan.

 

Acara ini diakhiri dengan arahan agar semua gagasan ini dikelompokkan sesuai dengan prioritasnya, dan menekankan agar program yang dirancang harus realistis, serta berfokus pada kebutuhan umat, dan mengacu pada visi jangka panjang.

 

“Kami berharap program-program ini mampu memberikan dampak nyata bagi masyarakat dan mendukung visi besar Kemenag dalam memperkuat kehidupan beragama di Indonesia," pungkasnya. (Natasya Lawrencia)

   

 

Penulis: Natasya Lawrencia
Sumber: Natasya Lawrencia
Editor: Abas dan Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI