Gandeng BPS dan Populix, Puslitbang BALK Bincang e-Survei
Jakarta (Balitbang Diklat)---Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan (BALK) menggelar Focus Group Discussion (FGD) Uji Publik Platform E-Survey Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. Kegiatan bertujuan menjaring masukan dan pendapat untuk memperoleh solusi terkait pengembangan e-survei.
Analis kebijakan Puslitbang BALK Haris Burhani mengatakan platform e-survei dapat digunakan sebagai form yang diisi enumerator menggantikan paper base reasearch. “Aplikasi ini juga bisa menjadi alternatif bagi responden untuk mengisi secara mandiri,” katanya di Jakarta, Selasa (30/7/2024).
Pada kesempatan yang sama, Pranata Komputer Puslitbang BALK Muhammad Noval mengungkapkan secara teknis platform e-survei telah diuji melalui beberapa evaluasi kebijakan. “E-survei telah digunakan untuk mengevaluasi beberapa kebijakan seperti sikap publik terhadap pengeras suara masjid, termasuk kegiatan internal berupa open recruitment tim editor Jurnal Harmoni,” kata Noval.
Merespons tim e-survei, narasumber yang berasal dari BPS Idyah Fitriandari memaparkan materi Metodologi Survei Berbasis Online dengan CAWI (Computer Assisted Web Interviewing). Ia menekankan agar e-survei memerhatikan user experience, yaitu bagaimana responden bisa tertarik mengisi survei.
“Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah user experience sebab bisa memengaruhi ketertarikan responden mengisi survei. Tantangannya adalah menahan agar responden tetap mengisi form survei tersebut,” ungkap Idyah.
“Selain itu, tim harus memerhatikan terkait sekuritas data. Ini perlu dijaga dan dipastikan validitasnya,” imbuhnya.
Narasumber kedua, Head of Social Research Populix Vivi Zabkie memaparkan Pemanfaatan Digital Survey di Era Digital. Ia menegaskan kunci terpenting e-survei terletak apda kuesionernya.
“Pertanyaan yang diajukan sebaiknya pendek dan mudah dipahami, serta harus memberikan daya tarik lainnya,” ujarnya.
Vivi memberikan tips untuk memperluas jangkuan e-survei. Pertama, memublikasi e-survei dalam bentuk poster iklan. “Melepas survei di iklan media sosial bisa menjadi cara yang efektif. Penerima iklan bisa secara spesifik menyasar responden yang diinginkan melalui screening dalam kuesioner,” paparnya.
Iklan ini, lanjut Vivi, bisa dibarengi dengan iming-iming hadiah bagi responden. Dibuat secara detail ketentuan mendapatkan hadiah.
Tips kedua, membagikan link survei melalui komunitas kelompok sasaran. Media sosial memudahkan untuk mencari komunitas.
Ketiga, hindari membuat announcement yang salah dan menimbulkan bias. Sebab bisa jadi survei diisi oleh responden yang tidak tepat sasaran tujuan penelitian. “Akhirnya data tidak valid karena responden hanya mengejar hadiah yang ditawarkan,” pungkasnya.
(diad)