GERAKAN KEAGAMAAN DI PERGURUAN TINGGI UMUM ; Studi Kasus di Kampus Universitas Brawijaya Malang

5 Mar 2007
GERAKAN KEAGAMAAN DI PERGURUAN TINGGI UMUM ; Studi Kasus di Kampus Universitas Brawijaya Malang

GERAKAN KEAGAMAAN DI PERGURUAN TINGGI UMUM ; 
Studi Kasus di Kampus Universitas Brawijaya Malang

Oleh: Huda Ali

Balai Penelitian Agama dan Kemasyarakatan
1995/1995


Dinamika gerakan mahasiswa Indonesia memiliki akar yang relatif panjang, dimulai sejak awal abad ini ketika sejum­lah kecil penduduk pribumi mendapat kesempatan belajar di Perguruan Tinggi di negeri Belanda atau di Nusantara yang didirikan pemerintah kolonial Belanda. Situasi sosial di masa penjajahan telah menumbuhkan kesadaran mereka mengenai arti penting posisi yang mereka miliki guna mempelopori perubahan sosial dan memimpin rakyat terjajah mencapai kemerdekaan. Kesadaran semacam inilah yang tampaknya menja­di landasan bagi berkembangnya tradisi kepedulian sosial mahasiswa Indonesia hingga saat ini; suatu tradisi yang garis persambungannya ditarik dari sejarah gerakan kebang­kitan nasional yang diprakarsai oleh mahasiswa di tahun 1908, Sumpah Pemuda di tahun 1928, revolusi fisik 1945 yang melahirkan kemerdekaan sekaligus para pemimpin bangsa dari kalangan mahasiswa, gerakan perlawanan mahasiswa tahun 1966, serta gerakan mahasiswa dasawarsa 1970-an.

Tradisi kepedulian sosial dalam bentuk gerakan itu mengan­dung warna politik yang sangat kuat, dalam arti gerakan­-gerakan tersebut baik secara eksplisit maupun implisit, bertujuan mempengaruhi proses pengambil keputusan yang berkaitan dengan penyelenggaraan kenegaraan. 
Berdasarkan data hasil penelitian ini menunjukan bahwa pembinaan keagamaan di kampus UNIBRAW cukup aktif dan menumbuhkan berbagai kreativitas keagamaan para mahasiswanya, baik dalam bentuk kelompok-kelompok diskusi sampai dengan pembentukan lembaga sosia1 keaga­maan, maupun dalam bentuk perayaan dan pameran keaga­maan.

Untuk memelihara keutuhan persatuan kampus yang berwenang Civitas Akademika UNIBRAW mengambil langkah preventif agar tidak terjadi perpecahan dengan melarang pembentukan firqah-firqah yang memberi peluang kepada terjadinya perpecahan mahasiswa.

Gerakan keagamaan yang pengikutnya konsisten menjauhi bentuk-bentuk kepartaian dan masalah-masalah politik telah memungkinkan dapat melaksanakan aktifitas keaga­maan di kampus UNIBRAW, sebagaimana jamaah Tabligh.

Berdasarkan analisis kajian ini merekomendasikan kelompok-kelompok diskusi keagamaan sebaiknya diberi dukungan agar dapat berkembang dan hasilnya dapat diapli­kasikan dalam suatu lembaga. Sedangkan untuk memperdalam agama dan menambah pengetahuan agama para mahasiswa yang terasa masih kurang dari kuliah agama kurikuler maka sebaiknya kegiatan keagamaan yang tidak menumbuhkan firqah-firqah diberi kebebasan dan dukungan di kampus***

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI