Guru Harus Tahu! Ini 4 Tantangan dan Strategi Menghadapi Kids Zaman Now

17 Feb 2023
Guru Harus Tahu! Ini 4 Tantangan dan Strategi Menghadapi Kids Zaman Now
Kaban Litbang dan Diklat Kemenag Prof. Suyitno saat mengisi Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Angkatan IX, di Aula Kantor Kemenag Kota Mataram, NTB, Jumat (17/2/2023).

Mataram (Balitbang Diklat) –-- Perbedaan anak zaman dulu dan sekarang alias “kids zaman now” memiliki perbedaan yang sangat jauh. Begitupun dengan cara guru mengajar, seharusnya menyesuaikan perkembangan dan siap menghadapi tantangan-tantangan yang ada khususnya di era yang sudah serba digital seperti saat ini.

“Kita harus mengikuti perkembangan supaya tepat memberikan terapi atau treatment dalam menghadapi anak-anak zaman sekarang,” kata Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Prof. Suyitno saat mengisi Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Angkatan IX, di Aula Kantor Kemenag Kota Mataram, NTB, Jumat (17/2/2023).

Menurut Kaban, terdapat empat tantangan sekaligus strategi dalam menghadapi anak masa kini yang juga sering disebut generasi Z. Mereka yang juga disebut kids zaman now ini punya karakter unik, membedakannya dengan generasi sebelumnya.

Pertama, kata Kaban, generasi Z atau generasi milenial terbiasa mengerjakan lebih dari satu pekerjaan dalam satu waktu. “Anak-anak sekarang kebanyakan bisa belajar sambil makan lalu sambil bermain HP, dan sambil nonton TV atau sambil dengar musik. Tapi mereka memang bisa seperti itu jadi kita enggak usah heran,” katanya.

Kedua, generasi Z kecenderungannya serba ingin quick response, jadi harus direspons cepat. Mereka tidak menginginkan hal detail dan cenderung meminimalisasi komunikasi verbal, jadi harus lebih banyak komunikasi digital.

“Kalau gurunya kan masih kebanyakan pakai komunikasi verbal, ini produk lama. Karena itu meskipun produk lama tunjukkan bahwa kita sudah move on. Walaupun produk zaman old tapi kami rasa zaman now. Jadi umur boleh tua tapi rasa baru,” ujarnya.

Ketiga, Kaban menilai, anak-anak yang memiliki ciri-ciri seperti tersebut bukan berarti mereka memiliki sifat nakal. Menurutnya, gaya komunikasi anak masa kini juga cenderung serba apa adanya. “Kalau kita bilang kan gak sopan. Enggak gitu, memang anak milenial itu ngomongnya apa adanya. Menurut kita enggak sopan, tapi menurut anak milenial itu biasa-biasa saja,” bebernya.

“Maka kita jangan mudah tersinggung, jangan baperan ketika menghadapi anak-anak sekarang yang seperti itu. Itu cara komunikasi mereka, verbal apa adanya,” katanya lagi.

Keempat, lanjut Kaban, anak-anak generasi z milenial itu orangnya instan alias tidak sabaran. Karena itu maka jangan banyak diberi ceramah. “Semakin Bapak ceramahi itu semakin mual. Makanya sekarang banyaki pakai media visual. Artinya cara mengajarnya sudah harus masuk YouTube, TikTok, dan sebagainya,” imbuhnya.

Pada kesempatan itu Kaban pun meminta pelatihan PTK ini harus dilakukan dengan kesungguhan. Idealnya PTK itu juga mengaplikasikan pembelajaran dengan berkaca pada pengalaman sendiri. “Jadi supaya ada proses before and after dalam proses pembelajaran. Kalau masih kasusnya berulang padahal sudah melakukan PTK berarti yang salah siapa? Gurunya dong,” kata Guru Besar UIN Raden Fatah Palembang itu.

Selain itu ia juga tidak ingin ada lagi istilah yang lulus atau tidak lulus, kemudian dapat surat keterangan telah mengikuti kegiatan tersebut. Tujuannya agar proses dari awal sampai berakhirnya PTK ini betul-betul diikuti dengan serius.

“Jadi enggak usah diberikan surat keterangan ikut, enggak ada gunanya. Berarti yang diberikan surat keterangan lulus hanya yang lulus. Ini sudah saya canangkan di semua BDK, tidak ada lagi surat keterangan ikut,” pungkasnya.

Turut hadir pada kegiatan ini Kepala Balai Diklat Keagamaan Denpasar, Suyatno.  Adapun peserta pada PTK ini adalah para guru madrasah dan sekolah umum setempat. Kegiatan ini telah berlangsung sejak Senin (13/2/2023) dan akan berakhir pada Sabtu (18/2/2023) besok. (julian/diad)

Penulis: Julian
Editor: Dewi Indah Ayu
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI